❤ 16

16.2K 2.2K 462
                                    

"Can I kiss you?" detak jantungku seperti berhenti saat mendengar pertanyaan itu.

"Eh?"

Perlahan, kelopak mata Changbin mulai terbuka. Saat itu aku berusaha sekuat tenaga untuk mengontrol diri, demi bersikap tenang meski sebenarnya aku sangat gugup. Dia mengarahkan pandangannya ke arahku hingga kami saling bertatapan selama beberapa detik.

"Baju tidur kamu," ia beralih pada pakaian yang aku kenakan, "tulisannya 'can I kiss you?'" Changbin tersenyum, "lucu."

Hah? Gimana?





















00

Tenang, semalam tidak terjadi apapun antara aku dan Changbin. Semuanya berakhir dengan Changbin yang mengejekku karena wajah ini terlihat begitu merah, malu. Tentu saja aku salah tingkah. Perempuan lajang mana yang tidak tersipu ketika ditawari berciuman?

Beruntung hari ini aku sibuk mengurus keperluan di luar kantor. Dengan begini, aku dapat melupakan kejadian semalam yang sangat membuatku kesal ketika mengingatnya.

Aku langsung kembali ke kantor begitu segala urusanku bertemu distributor selesai. Berhubung jam makan siang hampir berakhir, aku langsung menuju kantin sebelum lauk disana benar-benar habis.

Setelah mengambil makanan, aku langsung mengambil tempat duduk didekat jendela. Biasanya spot ini selalu ramai karena di tempat ini, mata kami langsung dimanjakan oleh air mancur besar yang indah. Disini juga terasa hangat karena matahari langsung menembuskan cahayanya pada tempat dimana aku duduk.

Aku mulai menyuap makananku sambil berharap salah satu anggota divisiku datang bergabung. Makan sendirian itu, terasa sepi sekali. Ditambah kantin yang memang sudah tidak terlalu ramai karena para karyawan sudah kembali naik untuk lanjut bekerja.

Perlahan aku mengangkat kepalaku setelah seseorang mengetuk meja yang aku tempati. Kepalaku terangkat, saat itu juga kedua mataku membelalak karena terkejut dengan kedatangan seseorang. Senyumnya menyambut kebingunganku.

Sampai laki-laki itu menarik kursi untuk duduk dihadapanku, aku masih tak bereaksi. Dengan susah payah menelan makanan yang belum sempat aku kunyah dengan sempurna sebelum akhirnya mengedarkan pandanganku ke sekeliling.

"Ngapain kamu disini?" tanyaku setengah berbisik, "cepet naik! Kalau orang liat gimana?"

Changbin bersandar pada kursinya sambil mengalihkan pandangan keluar jendela, tak menghiraukan ucapanku.

"Aku pergi setelah kamu menghabiskan makanan. Aku janji," kata Changbin, matanya kini mulai beralih menetapku setelah lama terdiam.

Alisku terangkat hingga membuat dahiku mengerut heran, "kamu nemenin aku makan ceritanya?"

"Nggak mau ditemenin emangnya?" kedua tangan Changbin mulai terlipat didada.

Aku tersenyum, tak menolak maksud baiknya untuk menemaniku disini. Tapi memangnya dia tidak sibuk? Kenapa dia kemari? Kok dia bisa tau aku disini? Meski banyak yang ingin aku tanyakan, aku lebih memilih diam sambil kembali menyantap makan siangku.

Changbin tak melakukan apapun selain diam. Dia tak mengajak bicara untuk sekedar menanyakan bagaimana hari atau kesibukanku. Namun dengan keberadaannya saja membuatku melupakan kesepian yang aku rasakan sebelumnya. Yah, memang pada dasarnya dia orang yang pendiam. Aku tak bisa memaksanya untuk jadi sosok yang cerewet.

Hanya perasaanku saja, atau memang rasanya udara disekitarku mulai terasa hangat?

"Kamu nggak ngerasa kehilangan sesuatu?" tanya Changbin setelah aku menghabiskan makanan.

somebody to love • changbinWhere stories live. Discover now