5. Mate

1.6K 82 7
                                    

"Ngg..."

Hm. Akhirnya pemuda imut ini menjadi milikku sekarang. Akhirnya kutemukan juga mate ku, setelah sekian lama.

Wajahnya damai ketika ia sedang tertidur seperti sekarang, dan mengundang untuk diserang. Cih, ingin rasanya kusantap dia saat ini juga!

Sesampainya ia di rumahku, aku merebahkannya dengan perlahan di atas kasur. Dadanya naik turun perlahan, seirama dengan nafasnya yang teratur.

"Ngh- haah..."

Ia membuka matanya perlahan, menguap dan mengusap-usap pipinya, dan melirik ke arahku dan seketika wajahnya menjadi semerah tomat.

"Ah..."

○●○

Jadi... ini sarangnya. Cukup besar untuk satu orang dan... Aku dapat mencium aromanya yang memenuhi rumah ini, dan seketika rasa sakit itu muncul lagi.

"Ngh! Mafu..."

Ia menangkupkan wajahku di tangan kokohnya, mendekatkan wajahnya dan membuat wajahku semakin memanas.

"Aku akan menolongmu. Tapi, jadilah milikku seorang, Soraru-san..." mata merah darahnya menatapku dengan serius, dapat ku rasakan dominasi yang kuat darinya lagi.

Aku mengangguk pasrah, membiarkan air mataku menitik karena rasa sakit yang teramat sangat di bawah sana, dan tak lupa untuk mengeluarkan wangi tubuhku, agar ia tahu bahwa aku setuju dengannya.

Ia semakin mendekatkan wajahnya, dan tak lama kemudian bibir kami bertemu, saling terpaut satu sama lain. Ia memagut bibir bawahku pelan, meminta akses masuk.

Awalnya aku tak mau, namun ketika rasa sakit itu menyerang, aku segera membuka mulutku, dan membuat lidahnya menyeruak masuk.

Dapat kurasakan lidahnya mengabsen gigi-gigiku, menyentuh titik di mana aku merasa nikmat di dalam sana. Satu erangan kulontarkan, dan ia terlihat semakin bersemangat dalam ciuman kami.

Ia bahkan memutar lidah kami, membaurkan saliva dan saling merasakan kehangatan mulut masing-masing. Sayangnya, ciuman itu berakhir karena aku harus mengambil nafas. Belum selesai aku beristirahat, tiba-tiba ia langsung memangsa leherku.

Bibirnya dengan lincah menciumi titik sensitif yang ada di sana, bahkan sesekali ia menggunakan gigi seri dan taringnya untuk menciptakan beberapa tanda merah di sekitar leherku.

"Hng- Mafu..."

Tanpa sadar, aku mengerangkan namanya. Membuatnya sedikit tersipu dan kemudian dengan satu gerakan, ia menyobek kemeja ku dan membuat seluruh kancingnya terputus dari jahitannya. Aku tak peduli, aku menginginkannya sekarang.

Ia menatap tubuh atasku yang tak tertutup apa-apa, kemudian langsung menurukan celanaku juga. Hebat sekali, aku ditelanjanginya kurang dari dua menit.

"Jangan lihat..." aku menghindari tatapannya sembari berusaha menutupi tubuhku, walaupun aku tahu itu mustahil. Tetapi ia terus menatapku, dan hal itu membuatku jengkel lama-lama

"Sudah kubilang jangan lihat, bodo—"

"Cantik sekali..."

Eh?

"Cih! D-dasar mesum! Cepat selesaikan!"

Kukira ia akan melanjutkan apa yang ia tinggalkan, tapi ia malah menyeringai dan menciumi daun telingaku.

"Tidak secepat itu, sayang. Mari kita lakukan perlahan, karena ini kali pertamaku juga." Bisiknya sembari memagut daun telingaku pelan.

Aku menggigit bibirku, berusaha menahan agar tidak ada suara aneh yang keluar. Tangannya menggerayangi tubuhku, dan aku menggenggam erat lengannya ketika ia hampir sampai di area bawahku.

"Ahh!"

Mataku membelalak dan aku melengkungkan punggungku ketika aku merasa ada sesuatu yang basah menyapu lubang bawahku.

"Hm... manis, rasa mu semanis madu, Soraru-san..."

Tak usah diperjelas, bodoh! Dasar kau mesum!

Aku merasa tak nyaman ketika ada sensasi basah di lubang bawahku. Jadi ini yang dinamakan slick, heh? Dan rasa yang aneh ini... Benar-benar baru bagiku.

"Hmm."

Ia menjilati barangku, kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Tanganku yang semula diam, seketika menjambak rambutnya sembari menggerakkan pinggulku sedikit.

"Ahh... ngh..."

Mulutnya yang panas dan basah membuat rasa nikmat tersendiri. Dapat kurasakan lidahnya menari-nari di bawah sana. Aku memejamkan mataku perlahan, menikmati setiap sentuhan dan perlakuannya padaku.

Aku kembali membelalakkan mataku ketika sebagian dari barangku memasukki tenggorokannya. Dan dengan ia bergumam, getarannya semakin terasa.

"Mafu- hentikan... aku... mau- ahh!"

Oh, tidak. Jangan bilang aku buang air kecil di dalam mulutnya. Aku menatap wajah Mafu dengan sedikit ketakutan.

Eh?

Kenapa... warnanya putih? 

Fragrance Where stories live. Discover now