6 - monday, again

319 63 2
                                    

Xiaojun tertawa keras setelah mendengar cerita Meira.

Di hari senin, mereka kembali bertemu di stasiun. Meira menceritakan mengenai pengalamannya kemarin bertemu bocah laki – laki yang bernama Liu Yangyang.

"Iya, puas banget lo ngetawain gue, Jun," ucap Meira, kesal. Berpura – pura ngambek.

"Abis lucu banget, Mei!" Xiaojun menghentikan tawanya. "Sori,".

"Dery juga, gue ceritain dia ketawa geli tanpa suara," ucap Meira sambil manyun.




Kemarin, di hari minggu, ketika Meira akan kembali ke Jakarta, dirinya bertemu lagi dengan Yangyang. Membuat Meira langsung memohon ampunan Tuhan di tempat, begitu melihat Yangyang yang menyapa dirinya di peron Stasiun Tawang.

Yangyang menyapa dirinya dengan ceria, mengucapkan terima kasih secara tulus karena telah mau menampungnya, di hari pertama Yangyang tiba di Semarang. Setelahnya, Yangyang dengan gigih meminta nomor ponsel Meira (lagi), setelah sebelumnya gagal ia dapatkan di hari pertama. Alasan Yangyang meminta nomor ponsel Meira, adalah untuk berterima kasih.

Karena tahu bahwa gerbong mereka berbeda, Yangyang memberikan jaket yang ia pakai pada Meira.

"Biar kita ketemu lagi, Tante! Pas ketemu, balikin jaket gue yaa!".

Dan dengan itu, Yangyang berlari menuju gerbong enam.




"Emang dia ninggalin kertas bertuliskan nomer hp-nya?" tanya Xiaojun.

"Nggak. Gue cek kantong jaket dia, nggak ada apa – apa. Pede banget sih bakal ketemu lagi," Meira memijit keningnya.

"Ya gapapa Mei, siapa tau kan bisa jadi kenalan. Jodoh," ujar Xiaojun.

"Amit – amit! Sama bocah kayak dia?? Stress yang ada tiap hari," balas Meira.

"Lo baru sekali ketemu, udah segitunya ya. Sepertinya dalam sekali pertemuan kalian," komentar Xiaojun.

"Siapa yang nggak kesel sih, pagi – pagi udah ngadepin begituan? Dia nggak minta maaf pula!".

Xiaojun tertawa lagi, kemudian menepuk – nepuk pundak Meira. "Yaudah. Terus, itu jaketnya dia mau lo apain?".

"Tau. Gue simpen di gudang kali ya,".

"Ehh, jahat banget,".

Mendengar kata 'jahat' yang terlontar dari Xiaojun, Meira refleks menoleh. Ia langsung terperangah, begitu melihat Xiaojun yang tertimpa cahaya matahari.

Terlihat begitu indah.

"Mei?" Xiaojun melambaikan tangannya didepan wajah Meira.

"Ya? Duh, silau," Meira membuat alasan.

"Silau?" Xiaojun menoleh ke arah belakang punggungnya.

Terdengar pengumuman kereta akan memasuki peron tiga.

"Jun, keretanya udah mau nyampe," ucap Meira, mengalihkan perhatian Xiaojun.

"Oh?" Xiaojun menoleh padanya kembali. Kaget, Meira mengalihkan matanya, karena tatapan Xiaojun yang begitu tiba – tiba.

"Sini, Mei," Xiaojun memberi gestur agar Meira mendekat padanya. "Hari senin. Here we go,".

Meira tertawa kecil karena mengerti maksud Xiaojun, setelah melihat kerumunan orang yang akan menaiki kereta.

Stasiun | XiaojunWhere stories live. Discover now