STERIL (Bab 5): The Broken Beautiful Doll

15.8K 1.6K 104
                                    

Hideo akhirnya menerima misi baru. Misi rahasianya bersama Tuan Altar. Dia masih tidak percaya menerima misi itu begitu saja. Ketika Tuan Altar memintanya untuk jadi pasangan Tahta jelas dia sangat terkejut, namun juga tidak marah. Apa yang sudah merasukinya hingga dia berkata 'ya'?

Hideo pulang ke rumah dengan pikiran campur aduk. Mungkin mandi akan membuat pikirannya segar dan sedikit tenang, jadi dia pergi untuk membersihkan diri. Guyuran air dibiarkan berjatuhan dari kepala hingga membasahi tubuh kekarnya. Sentuhan dari partikel air terasa menyegarkan di kulit. Sekarang perasaannya jauh lebih baik.

Namun, kekosongan itu masih terasa dan lebih kentara ketika dia keluar dari kamar mandi mendapati rumahnya sepi. Acara makan malam seorang diri sudah menjadi kebiasaan rutin dan sebentar lagi akan mendarah daging jika dia tidak segera memiliki pasangan. Terbiasa, mungkin itulah satu-satunya penyelamat agar kehidupannya tidak menyedihkan. Adakalanya Mark dan Leonard berkunjung, tapi tidak setiap hari. Hideo sadar mereka punya urusan masing-masing.

Hideo menghela napas sebelum akhirnya memaksakan kedua matanya agar terpejam. Entah kesialan apa yang sedang menghampirinya, dia malah terbayang sosok Tahta yang sedang berjongkok di depan air conditioner portable. Hideo tersenyum geli hanya karena mengingatnya.

"Aku benar-benar sudah gila," gumamnya.

****

Setelah Hideo menyetujui misi rahasia antara Tuan Altar dengan dirinya, dia jadi sering pergi mengunjungi ruangan Tahta, sekadar memantau atau bertanya pada sahabat ilmuwannya tentang perkembangan zombie itu. Setelahnya dia akan mengabari ayah Tahta.

"Kau ke sini lagi, Hideo?" Leonard yang saat itu sedang berjalan sambil menenteng berkas tidak lagi terkejut melihat Hideo berada di ruang rehabilitasi. Setelah bertugas, Hideo tidak akan pulang, melainkan melihat Tahta walau hanya dari balik dinding kaca.

"Yo! Aku cuma melihat-lihat."

"Melihat-lihat atau melihat Tahta?" Leonard tersenyum di sudut bibirnya.

"Ck. Keduanya."

"Kudengar Tuan Altar memanggilmu waktu itu? Apa ada sesuatu? Atau jangan-jangan dia memintamu untuk jadi pasangan anaknya?"

Hideo berdehem. Ucapan Leonard sangat tepat sasaran. "Tidak ada. Dia cuma mau berterima kasih padaku karena berhasil menemukan anaknya."

"Cuma itu?" Leonard memukul lengan Hideo dengan berkas yang dibawa "Pasti ada yang kau sembunyikan. Sejak kau berbicara dengan Tuan Altar, kau jadi sering menemui Tahta. Aku tidak yakin dia cuma mengucapkan terima kasih. Jangan membodohiku."

"Sebenarnya ada sesuatu, tapi beliau memintaku untuk merahasiakannya."

"Oh. Baiklah."

****

Hideo berjalan di koridor dan menemukan Tahta sedang berdiri di depan air conditioner portable berukuran besar seperti waktu lalu. Poni pirang keperakkannya mengayun-ayun ke atas tertiup angin, terlihat lucu. Raut wajahnya tak berubah, masih datar seperti sebelumnya.

"Hey, apa kau kepanasan?" tanya Hideo. Dia tahu Tahta tidak akan menjawab, tapi tetap mengajaknya mengobrol. Apa yang dia harapkan? Saling berinteraksi? Masih terlalu dini.

Tahta tidak peduli. Dia pergi dan mengabaikan Hideo dengan langkah setengah diseret. Bunyi 'Cling-cling' dari gelang rantai di kedua kakinya menjadi satu-satunya suara di antara mereka. Saat itu tidak ada satupun perawat di sekitar Tahta. Dari sekian banyak zombie yang direhabilitasi, hanya anak Tuan Altar yang dibiarkan berkeliaran saat sore hari.

Bangunan Atlantis berbentuk hexagonal enam sudut dan memiliki tujuh lantai. Di tiap lantai memiliki taman di dalam ruangan sebagai terapi untuk menyentuh sisi manusiawi para zombie. Udara diatur sedemikian rupa. Ketika memasuki area ini, bau udara segar pegunungan  langsung tercium. Untuk manusia normal bau alam sangat menenangkan, namun bagi zombie bau ini berfungsi sebagai relaksasi yang menekan agresivitas. Itu sebabnya zombie di area Atlantis sangat tenang meski ada manusia di sekitar mereka.

STERIL: My Bottom Is A ZombieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang