Ⅰ : They Don't Know About Us

318 121 112
                                    

"Brengsek!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Brengsek!"

Seru Elkhairo menghantam rahang lelaki dihadapannya hingga tubuhnya tersungkur ke tanah. Tangannya terkepal kuat karena emosi yang ia tahan sejak pagi menguar seperti tak terkendali sekarang ini.

Para siswa yang sedari awal memperhatikan dari kejauhan mulai bergerombol mengitari. Bukannya melerai dua pemuda yang tengah berkelahi, yang mereka lakukan malah memberikan sorakan dan diantaranya mengarahkan kamera ponselnya pada Elkhairo yang tengah membabi buta mengarahkan kepalan tangannya pada sang lawan ditengah lapangan.

Demian, Lelaki yang menjadi sasaran tinju Elkhairo, menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya lalu menatap Elkhairo remeh sebelum ia kembali beranjak berdiri dengan sedikit terhuyung.

"Kepancing juga Lo ternyata?" Demian tertawa dengan tatapannya yang memandang rendah Elkhairo. "Gimana ya.."

Bugh . . !

Tanpa aba-aba Demian membalas Elkhairo dengan hantaman yang mengenainya bagian ulu hatinya dan menjegal kaki kiri Elkhairo hingga membuatnya merasakan posisi yang sama dengan Demian sebelumnya. "kata-kata gue 'kan bener, Lo aja yang nggak tau diri."

Demian mengibas-ngibaskan telapak tangannya, tak menyadari kehadiran tatapan Elkhairo yang penuh kilat kemarahan. "Lo harusnya ber-"

Bugh . . Bugh . . !

Pundak Elkhairo nampak naik turun mengikuti napasnya yang berderu. "Lo kebanyakan pidato. Jangan sok, kalau nggak paham lawan Lo siapa."

Ya.. belum selesai Demian berbicara, Elkhairo dengan cepat membalikkan situasi. Ia sekali lagi melayangkan kepalan tangannya pada Demian dan meludah kan darah dari mulutnya.

Ricuh suasana dilapangan semakin menjadi, hingga beberapa siswa memutuskan untuk melaporkan hal ini pada guru karena rasa takut akan adanya nyawa yang melayang jika tetap dibiarkan.

"Gila ya, ngirim anjing pesuruh kok lemah gini. Harusnya yang setara dong biar asik." Cemooh Elkhairo menatap Demian yang terkapar di tanah.

"ELKHAIRO! DEMIAN!" suara menggelegar itu membuat sorakan para siswa terhenti dalam sekejap.

Lautan manusia yang mengelilingi Elkhairo dan Demian terbelah untuk memberi jalan pada sosok pria jangkung yang baru saja tiba.

"Apa-apaan kalian berdua ini!? Bukannya belajar malah adu mekanik!?" Tak membutuhkan waktu lama, pria itu melerai keduanya dengan cengkraman di bahu masing-masing. "Kalian berdua, ikut bapak ke ruang BP."

"Dan kalian," Pria bertubuh kekar bernama Hildan yang dikenal sebagai guru BP itu menatap sekeliling, "ngapain kalian ngumpul disini sambil sorak-sorak? emang ini konser, hah? Cepat bubar!"

Rasa kecewa terpampang diseluruh ekspresi siswa yang menonton, beberapa dari mereka menggerutu dan sebagian dari yang lain langsung beranjak tanpa berlama-lama dengan membawa topik hangat untuk disebarkan.

          

"Leh. . . eh!" Seru Pak Hildan kembali mencengkram bahu Elkhairo dan Demian saat merasakan perselisihan diantara mereka, "Dasar kalian ini, udah ketangkep masih aja songong." Pak Hildan mendengus, "Kalian tunggu di ruang BP sampai orang tua kalian dateng."

Elkhairo mengalihkan pandangannya nampak terkejut, "Pak!"

Nampaknya reaksi Elkhairo membuat Demian senang, ia tertawa. "Kira-kira, siapa nih yang jabanin dateng ke sekolah buat ngurus anak nggak tau dirinya?"

"Brengsek Lo!"

"EL!" tegur Pak Hildan membuat Demian semakin menjadi mengeluarkan tawa merendahkannya.

"Kamu juga berhenti Demian, nggak ada yang lucu disini." Pak Hildan dengan tegas kembali mendorong keduanya menuju ruang BP, "Dasar anak muda sekarang sok jago semua."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi Elkhairo, benar kamu yang duluan mukul Demian?"

Saat ini, terlihat empat orang duduk saling berhadapan bersama Pak Hildan yang duduk diantaranya.

"Udah jelas saya cuma ngelakuin pembelaan pak." Ujar Elkhairo.

Wanita paruh baya yang duduk berdampingan dengan Demian segera menyela. "Pembelaan apa yang kayak gini?"

Wanita itu mengalihkan pandangannya dan mengarahkan telunjuknya pada wanita disamping Elkhairo, "Situ ngedidik anak jadi kriminal apa gimana sih?"

Mendengar hal itu membuat tangan Elkhairo kembali terkepal, tetapi Wanita paruh baya disampingnya dapat dengan cepat menenangkan emosi sang anak. Wanita itu mengelus punggung tangan Elkhairo dan menggeleng pelan, 'sudah jangan dilanjut, Khai.'

Demian memutar kedua bola matanya merasa jijik dengan pemandangan yang ia dapatkan.

"Kalau gitu gue juga ngelakuin pembelaan dong, orang gue digebuk masa gue diem gitu aja?" Demian menatap Elkhairo dengan bersedekap dada.

"Dan kalau Lo nggak bersikap kayak orang kesetanan, gue nggak bakal mukul Lo tiba-tiba."

"Sembarangan-"

"Pak, anak saya nggak akan ngelakuin hal tanpa ada pemicunya-"

"Jadi ibu mau bilang kalau anak saya yang buat gara-gara huh?" Tanya ibu Demian kembali memotong.

"Ibu-ibu tenang," Pak Hildan berdeham sembari membenahi kacamatanya yang sedikit merosot. "Pertama, perkelahian ini terjadi ditempat banyak mata bisa melihat, dan pastinya video perkelahian mereka telah tersebar luas. Hal ini saya takutkan bisa mencoreng nama baik sekolah yang menjunjung lingkungan damai. Siswa yang menyebarkan hal ini masih diselidiki dan secepat mungkin akan kami bereskan."

NAWASENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang