Bag. 9

5K 619 58
                                    

"Lo makin deket aja sama Tyar, nyet?" Ya, gue tau kalau dari nadanya Vano bertanya dengan sedikit sindiran dan nggak suka gitu.

Tapi, yang gue heran itu ya kenapa? Apa alesannya sampai orang yang seperti Revano tuh kayanya nggak suka banget sama Tyar? Mungkin karna si anak populer satu itu sejenis bad boy, yang kali aja takut segala keburukannya menular ke gue nantinya, atau ada hal yang lainnya?

Entahlah.

"Nyet, lo paham jaga jarak nggak sih? Agak menjauh bukan malah kaya makin mau mepet gitu." Vano masih aja mendumal sambil menatap gue sinis. Sementara gue cuma bengong.

Seriusan, ini semakin membuat gue menjadi bingung...

"Vanㅡ",

"ㅡdengerin gue dulu, monyet!"

Oke, gue kali ini gue memilih aman dengan nggak menjawab terlebih dahulu ocehan Vano. Jadi pendengar yang baik ajalah, daripada kena dampratan si Vano.

"Pertama, gue tau lo baik sama siapapun. Tapi bisa nggak sih lo juga kasih batasan? Lo harus tau porsi kebaikan lo sama orang lain jangan sampe nanti malah jadi salah paham."

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Vano, membuat gue melongo.

Sejak kapan sih Vano jadi super bawel kaya kang sayur komplek gini?

Apa karna Dika belakangan ini yang lagi liburan sama keluarganya, sehingga Vano berubah jadi sensitif ya?

Iya, itu membuat gue yang malah kena imbas esmosinya gitu?

"Kedua, gue harap lo lebih peka sama sekitar lo. Berteman emang sama siapa aja, tapi plis lo juga harus milih-milih juga kali, nyet."

Heh, gimana maksudnya?

Kenapa sedari tadi gue nggak menangkap apa yang di 'ceramahin' sama sahabat monyet satu gue itu sih?

"Gue tau lo pinter dalam akademis, makanya lemot banget dalam mencerna semuanya yang gue kasih tau lo. Cuma ya nyet, lo bisa mencari tau sendiri kan informasi mengenai Tyar? Lo udah tau fakultasnya, lo bahkan tau tempat nongkrongnya, atau lo bisa nanya ke orangnya langsung gitu?"

Lagi-lagi gue cuma bisa mengernyitkan dahi gue bingung.

Sebentar,

Ini temanya masih mengenai Tyar?

"Satu lagi, lo bisa mencari tau lewat Mitha kalau lo terlalu malas dengan semua yang gue kasih tau ke lo."

Ini seriusan Vano bukan sih? Dia nggak lagi kesurupan atau kenapa gitu?

"Eh bangsat lo kok diem aja sih? Nyimak gue nggaㅡ",

"ㅡsih?".

Serba salah.

Jadi, mau nggak mau gue harus melakukan hal ini. Kali aja dengan memberikan sebuah pelukan hangat ke sahabat semonyet gue ini, ya mungkin bisa aja buat Vano berenti marah-marah di Minggu pagi hari ini.

"Gue yakin, Dika di Bali sana nggak akan jelalatan. Jadi lo tenang ajㅡ akhh, sakit bangsat." Niatnya gue mau menenangkan Vano tapi kok gue malah kena amuk dia sih?

Nggak tau terimakasih.

Ngomong-ngomong ya, sakit anjir cubitan monyet satu itu.

"Nggak usah mengalihkan pembicaraan! Ini bukan masalah Dika tau!"

Selain gue mengusap perut gue yang di cubit 'sayang' sama Vano, gue pun langsung menggaruk tengkuk gue yang nggak gatel sama sekali.

"Gue nggak mau kasih tau kalau lo sendiri aja nggak mau mencari tau!"

Normal [I'm Straight] - CompletedWhere stories live. Discover now