Bag. 14 - Final Part 1

6.1K 650 108
                                    

"Mau apa lagi lo?"

Ya Tyar adalah Tyar. Meskipun beberapa hari yang lalu cowok populer seantero kampus itu mengaku kalau menyukai gue, tapi sifat galak dan ketusnya nggak akan bisa di ajak kompromi.

Oke, anggap aja Tyar sewot karna beberapa menit yang lalu dengan seenaknya gue melakukan aksi pemaksaan atas 'penyeretan' dirinya ke taman belakang fakultas Bahasa.

Lagian mau bagaimana lagi? Semenjak kejadian itu, Tyar melakukan aksi menghindarnya dari gue dengan gencarnya. Bahkan gue nggak menemui dia lagi di kantin fakultas Hukum, atau di tempat makan siap saji yang biasa dia datengin. Dia beneran nyaris kaya menghilang, bahkan gue nggak melihat batang hidungnya barang sedikitpun, maka dari itu gue pun nekat.

Pertama,  mau nggak mau gue harus mendatangi fakultas Bahasa yang notabennya adalah area yang paling gue malesin selama kuliah di kampus gue ini. Karena fakultas yang isinya rata-rata mahasiswa maupun mahasiswi populer tersebut terbilang sangat menyebalkan.

Contohnya, kaya Tyar Subagja.

Kedua, dengan modal tau nama Tyar aja itu membuat gue mengumpat sepanjang jalan setelah bertanya ke satu persatu orang yang sekiranya bisa ditanyakan. Oke anggap aja otak cerdas gue menciut, buktinya fakultas Bahasa terdiri dari Bahasa Jepang, Mandarin, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Tapi, gue nggak mengetahui sama sekali Tyar berada di jurusan mana.

Ketiga, cuma bisa berdoa supaya beruntung. Dan sepertinya gue nggak sia-sia nekat, karna gue ketemu sama temen ceweknya Tyar. Bisa di bilang sih, temen ceweknya Tyar yang menghampiri gue. Lalu, setelah gue kasih tau alesan gue kesiniㅡFakultas Bahasa, akhirnya gue di anterin menuju tempat persembunyian Tyar.

Dan ya, bukannya disambut dengan pelukan atau apa gitu malahan dengan sebuah tatapan tajam penuh tanda tanya.

"Yar, kita harus bicara." Ucap gue sembari senderan di sebuah pohon yang nggak jauh dari tempat duduk Tyar.

Sementara Tyar mendengus, "mau bicarain apalagi? Gue kira urusan mengenai itu udah selesai, Ka."

"Emangnya lo nggak penasaran apa kenapa gue suka sama lo?" Tanya gue to the point yang membuat Tyar menatap gue heran.

Mungkin saking bingungnya kali ya.

"Jangan bercanda, udah gue bilang perasaan gue itu bukan lelucon, Jaka..." Sahut Tyar dengan segala penekanannya yang bikin gue menghembuskan napas kasar.

Gue tau Tyar terlihat sangat kesel, tapi kan yang gue ucapin itu seriusan. Bukan lelucon. Ternyata meyakinkan perasaan gue ke Tyar lebih sulit, dibanding melakukan meyakinkan oriental seksual gue ke Mitha.

"Nggak usah kasian sama gue", Ucapnya gantung. "Gue baik-baik aja, lagian jangan merasa iba karena gue mahasiswa populer yang lo tolak perasaannya." Lanjutnya yang lagi-lagi membuat gue menghembuskan napas gue kasar.

Beneran salah paham ini anak satu ya.

"Yar, sebelumnya gue emang nggak pernah jatuh cinta." Gue tau, ini nggak nyambung sama apa yang di lontarkan sama Tyar. Tapi, gue mau memberi jabaran ke Tyar supaya dia paham apa yang gue maksud.

Tyar cuma menatap gue sambil mengernyitkan dahinya bingung.

"Dulu, gue sering banget di bilang homoan sama Vano. Tapi itu nggak buat gue maupun Vano risih, bahkan kita berdua sering ketawa atau saling sindir aja." Gue mulai menceritakan sedikit apa yang menjadi pengalaman gue dulu.

Sepertinya Tyar sedikit menyimak, soalnya dia hanya berdiam sambil menyenderkan dirinya di kepala bangku yang didudukinya tersebut.

Normal [I'm Straight] - CompletedWhere stories live. Discover now