4. "....aku membencinya...."

1.3K 69 9
                                    

"Hei, Sonoko!" panggil Ran pada gadis yang sudah menuruni beberapa tangga.

"Ya?" sahut Sonoko seraya menoleh pada orang yang memanggilnya.

"Aku pengen ganti baju dulu." ucap Ran sedikit malu.

"Taku, ya sudah cepat sana ganti!" seru Sonoko, Ran segera naik ke lantai atas untuk mengganti baju seragam yang masih dipakainya.

|10 menit kemudian|

"Sudah, yuk jalan." ajak Ran yang kini memakai baju pink yang senada dengan warna roknya dan kardigan berwarna biru muda, membuatnya terlihat sebagai gadis yang manis dan ceria.

"Ya ampun, lama sekali gantinya." keluh Sonoko yang bersandar pada dinding dengan wajah lelah.

"Maaf, soalnya tadi aku bingung mau pakai baju apa."

Sonoko memperhatikan Ran dari atas sampai bawah. "Wah, kau terlihat manis Ran! Aku yakin kalau Shinichi-kun yang melihatnya dia pasti akan pingsan saking senangnya." ucap Sonoko dengan gaya khasnya yang melebih-lebihkan.

"Itu berlebihan, masa' sampai pingsan segala."

"Mungkin saja kan? Ayo, kita jalan lagi." Sonoko melepaskan sandarannya pada dinding lalu menuruni tangga diikuti oleh Ran.

.

"Ah, gagal lagi!!" ucap Ai setengah berteriak. Ia kesal karena salah mengukur takaran suatu zat yang harus dicampurkan, dan ia sudah telanjur mencampurkannya.

"Huhuhu... Kapan ini akan selesai?!" ucap Ai yang merasa stress dengan pekerjaannya sebagai ilmuwan yang harus membuat antidote dari APTX4869, racun yang seharusnya tidak pernah ada.

"Andai saja racun itu tidak ada, semua ini pasti tidak akan terjadi." gumam Ai yang menelungkupkan wajahnya pada meja kerjanya. Entah sampai kapan ia harus bertahan dalam kondisi seperti ini.

"Rasanya aku mau pergi dari dunia ini..." ucapnya lagi seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang didudukinya.

"Mungkin lebih baik dari awal aku tidak kabur dari sana ya..." Ai menaruh salah satu lengannya di atas kepalanya.

"Kalau aku mati saat itu juga, aku tidak akan pernah mengalami saat-saat yang sulit selama ini, dan juga tidak mengenal siapa pun." Ai memandangi fotonya bersama para detektif cilik yang ia letakkan di pojok meja kerjanya, tentu saja dilapisi oleh frame baru pengganti frame lamanya yang ia rusakkan waktu itu.

"Kau tidak boleh bicara seperti itu!" ucap seorang pria muda berkacamata yang tinggal di rumah sebelah, Ai dibuat terkejut dengan kedatangannya yang sama sekali tidak terdeteksi.

"Ke.. Kenapa kau ada di sini?" tanya Ai dengan rasa syoknya yang belum mereda.

"Aku diminta oleh Hakase untuk menjagamu selama ia pergi." jawab Subaru dengan kedua matanya yang selalu tertutup.

"Hakase pergi? Sejak kapan?" Ai mengerutkan keningnya. Ia tidak merasa Hakase mengatakan padanya bahwa ia akan pergi.

"Sejak 10 menit yang lalu, kukira dia sudah mengatakannya padamu."

"Dia tidak mengatakannya padaku sama sekali." balas Ai dingin dengan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Wah, sepertinya kau membenciku ya.. Kalau begitu, aku akan menghubungi anak berkacamata itu, biar dia saja yang menjagamu." ucap Subaru yang membenarkan letak kacamatanya. Mendengar ucapan Subaru, Ai menjadi gelagapan, ia menelan ludahnya. Ia segera kembali mengarahkan pandangannya pada Subaru yang sudah sibuk menekan beberapa nomor di ponselnya.

"Tidak!! Jangan!!" teriakan Ai berhasil membuat jari Subaru terhenti. Subaru mengalihkan matanya dari layar ponsel ke arah gadis kecil berpakaian jas lab yang berjarak hanya beberapa meter darinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

信じられない事Where stories live. Discover now