33 - 2

159 19 16
                                    

Aku kembali menekan simbol telepon yang ada di ruang obrolan LINE-ku dengan Joshua. Aku sudah mencoba menghubunginya lebih dari dua kali, tetapi ia tetap tak menjawabnya, ia juga tidak membaca sederetan pesan yang telah kukirim. Kalau dalam jangka waktu sepuluh menit Joshua tidak datang juga, kurasa aku lebih baik pergi seorang diri.

"Kak, Bang Josh belum dateng juga?" tanya Aretha yang baru saja memasuki kamar. Aku menjawab pertanyaan Aretha dengan gelengan kepala. "Oh iya, Kak, lo semua surprise-in Mawar waktu kapan?"

Aku mengangkat kedua bahuku. Sejujurnya aku tidak terlalu mengetahui bagaimana jalannya surprise nanti. Tugasku nanti hanyalah menonton karena sebenarnya, aku tidak lihai dalam beradu mulut. "Lo kalau mau nonton, ayo, ikut sama gue."

"Gue gak ada undangan, Kak, emangnya bisa masuk?" tanya Aretha. "Lagian acaranya udah mau mulai, ya kali gue ke sana dengan muka gembel gini."

"Kak Bella! O, Kak Bella!" panggil Ethan seraya mengetuk pintu kamarku. Tak berapa lama kemudian, pintu kamarku terbuka dan menampilkan sosok Ethan dengan sebuah mainan yang masih terbungkus di tangan kanannya. Mainan itu pasti berasal dari Joshua. Joshua memang pandai dalam mengambil hati Ethan yang sangat anti dengan orang luar. "Bang Joshua udah di bawah, Kak."

"Mainan dari Bang Joshua lagi?" tanyaku seraya mengambil tas kecilku dan berjalan ke arah Ethan yang sekarang sudah berada di luar kamar.

Ethan menganggukkan kepalanya seraya membuka bungkusan mainan barunya itu. Saat kami sedang menuruni tangga, Ethan berkata, "Bang Joshua bilang kalau Ethan mau mainan lagi, Ethan gak boleh sakit."

Aku tersenyum mendengar perkataan Ethan barusan. Ethan memang tidak boleh sakit lagi. Aku tak mau lelaki yang kusayang ini menderita di atas kasur tempat tidur yang menyedihkan itu. "Ethan memang gak boleh sakit lagi. Ethan harus sehat terus, oke?"

Ethan menganggukkan kepalanya lalu ia mempercepat langkah kakinya sehingga ialah yang terlebih dahulu menghampiri Joshua yang sudah duduk di sofa yang berada di ruang tamu. "Bang Josh, itu Kak Bella."

Joshua pun menoleh ke arahku dengan tersenyum lalu ia kembali menatap Ethan yang berdiri di hadapannya. "Kakak kamu cantik, ya, Than."

"Iya dong, Bang, kan Kak Bella cantik karena dekat sama Bang Joshua ganteng," ucap Ethan.

"Sogokan kamu berguna juga, ya, Josh," ucapku saat aku sudah berada di dekat mereka berdua.

"Itu bukan sogokan, Bel, aku emang mau ngasih hadiah sama Ethan yang sekarang udah sehat. Iya, kan, Than?" tanya Joshua kepada Ethan seraya beranjak dari tempat duduknya.

Ethan menganggukkan kepalanya.

"Than, Kakak sama Bang Joshua mau pergi dulu, ya. Kamu kalau mau makan bilang sama Kak Etha, ya," pesanku kepada Ethan.

Ethan kembali menganggukkan kepalanya.

"Kamu kalau main jangan sampai capek, ya, Than," pesan Joshua seraya mengacak-acak rambut Ethan yang tak seberapa panjang itu.

Ethan menganggukkan kepalanya. "Hati-hati, ya, Kak, Bang."

×××

Bertepatan dengan terparkirnya mobil Joshua di parkiran Kafe Redroom, sebuah mobil yang tak asing juga parkir di sebelah mobil Joshua. Aku sangat mengenali mobil itu. Mobil itu adalah mobil milik Jonah. Kaca mobil Jonah sangat gelap sehingga aku tak bisa mengetahui orang yang berada di dalam mobil itu.

"Yang di sebelah mobilnya Jonah, kan, Bel?" tanya Joshua seraya melepaskan sabuk pengamannya.

Aku menganggukkan kepalaku. "Kita biarin si Jonah turun dulu-" Aku menghentikan kalimatku karena aku terkejut dengan orang yang keluar dari pintu yang berada tepat di samping pintu Joshua. Aku tak menyangka mereka sedekat itu sekarang.

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang