-Terjalin (3)-

25.9K 1.6K 126
                                    

“Kamu tadi bilang apa sama Igo?” aku bertanya begitu memiliki kesempatan untuk bisa berduaan dengan sahabatku itu. “Dia sampai pergi dengan wajah pucat pasi.”

            Gerrick tertawa memamerkan gigi putihnya yang rapi yang dibingkai bibir tipis nan angkuh dan kemudian bayang-bayang samar bulu di sekeliling dagu  dan mulutnya, sepertinya dia tidak bercukur tadi pagi.

            “Hanya memberi batasan untuknya sejak awal Nia, dia nggak boleh deket-deket kamu dan mengambil keuntungan dari kamu lagi, seseorang harus mengatakan itu sebelum dia berpikir jika penerimaanmu terhadap anaknya berarti kamu juga bisa menerimanya.”

            “Aku sudah mengatakan itu padanya sejak awal, kok, Rick.”

            Gerrick menatapku ragu, “benarkah?”

            “Ihh ... kamu kira aku orang tolol apa, mau kembali dekat-dekat sama dia tanpa memberinya ultimatum lebih dulu.”

            “Kamu bilang apa ke dia?”

            “Dia sempat ngajakin aku rujuk,”

“Sshhh ... dasar bajingan.” Gerrick melontarkan makian penuh kebencian. “Lalu?”

“Aku bilang ke Igo secara tersirat kalau aku sudah memiliki orang lain dan ingin menikah dengannya.”

Sahabatku tersenyum kecil sambil mendengus pelan, “Aku suka itu Nia, lalu apa reaksinya?” desaknya ingin tahu.

Aku terdiam, berusaha mengingat kembali ekpresi wajah Igo waktu itu, dan jujur saja kekecewaanku saat Igo bisa berlapang hati menerima dan tidak ingin memaksa entah kenapa terasa sedikit menyedihkan bagik. “ Tidak ada, dia hanya sedikit terkejut.”

“Sedikit?”

Aku mengangguk “Seperti seseorang yang pantatnya kena sundutan rokok, hanya itu.”

Gerrick mengernyit sekilas, “Tapi kulihat reaksinya lebih membara saat tadi aku mengambil alih permainan, membingungkan!”

Aku balas mengernyit memandanginya, “Membingungkan kenapa?”

“Kupikir, sebenarnya reaksi Igo padamu tidak sesederhana yang kita pikirkan Nia.”

“Maksudnya?”
”Aku melihat kecemburuan terang di matanya.”

“Gerrick!” aku berseru kesal. “Itu enggak masuk akal, kami sudah cerai dan,”

“Dan dia memintamu kembali padanya.”

“Cuma demi Davinka.”

“Tidak, bukan cuma demi anaknya. Dia masih menginginkanmu Nia, mungkin perasaannya malah lebih membara dibanding dulu.”

“Itu tidak mungkin.”

“Sangat mungkin.”

“Stop mengkhayalkan dongeng pahit untukku lagi Rick, Igo dan aku tidak bisa kembali bersama. Cukup sudah, tiap tetes kesempatan kami sudah habis enam tahun yang lalu atau mungkin sudah lebih lama lagi.”

“Kupikir belum,” Gerrick tetap bersikeras bahkan saat aku mempelototinya dengan sepenuh hati. “Setidaknya baginya,” dia meralat.

“Itu lebih baik, cinta nggak mungkin berjalan secara sepihak, iyakan?”

Gerrick mengangguk, senyum tipisnya terkuak saat dia menatap padaku, matanya begitu dingin, dalam, serta menusuk. Apa yang tidak pernah kutemukan dulu padanya. Gerrick yang dulu begitu hangat dan bahagia, bukan lelaki sinis dan dingin seperti ini. Seseorang sudah merusaknya dari dalam, dan itu aku. Kuulurkan tangan untuk merengkuhnya dalam pelukanku, meredakan ketegangan yang muncul acap kali kami saling bersentuhan secara fisik dan emosi.

La MagiaWhere stories live. Discover now