Bad Day

8 1 0
                                    

Pantai Samudera Indah. Tujuan tempat liburan Darry tahun ini bersama teman se-gengnya adalah Singkawang. Segalanya sudah dipersiapkan. Mulai dari perbekalan, tenda, dan beberapa helai pakaian sebab mereka berencana bermalam beberapa hari di sana. Kendaraan roda empat sudah tersedia.

"Mama! Papa! Darry sama teman-teman berangkat," pamit Darry mewakili teman-temannya.

"Hati-hati di jalan, ya. Kalau ngantuk, gantian nyetirnya," pesan Nandy, ibu kandung Darry.

Darry mengangguk cepat. Menyalami punggung tangan kedua orang tuanya, disusul kelima temannya. Mobil ber-merk Toyota Kijang Innova sudah menanti di halaman.

Darry duduk di kursi kemudi. Kenny, Novy, Qyra, Vio, dan Geisa duduk di kursi penumpang. Barang-barang mereka letakkan di bagasi mobil. Sebelum mobil benar-benar meninggalkan pekarangan, keenam remaja yang menginjak dewasa itu melambaikan tangan pada kedua orang tua Darry yang masih berdiri di teras.

Sepanjang perjalanan mereka
mengobrol seru. Memperhatikan jalanan yang sepi ketika sudah keluar dari Kota Pontianak. Bernyanyi bersama. Sesekali tergelak. Hingga akhirnya tertidur. Menyisakan Darry yang fokus pada kemudi. Gadis berwajah oval dengan rambut hitam kelam itu belum menampakkan tanda-tanda mengantuk. Ia menyetel musik sebagai pengusir sepi. Sedikit mengeraskan volume tanpa membangunkan kelima sahabatnya yang tertidur pulas.

Setelah menempuh perjalanan tiga jam delapan menit, akhirnya mereka tiba. Rasa letih menguap seketika melihat pemandangan menakjubkan terpampang di depan mata.

"Pantaiii!" seru Geisa riang. Rambut merah bergelombangnya melambai-lambai ditiup angin pantai. Gadis itu berlari mendekati pantai berair biru.

"Ah, Geisa kebiasaan," gerutu gadis yang mencepol rambutnya asal, Qyra. Wajah bantalnya masih terlihat jelas ketika membantu teman-temannya memindahkan barang.

"Biarin aja, Ra." Darry menepuk pundaknya sambil tersenyum tipis.

Pukul setengah satu siang tenda selesai didirikan tidak jauh dari pantai. Keenam gadis itu menikmati bekal makan siang yang sudah disediakan. Setelahnya lima gadis memilih berjalan-jalan di sekitar pantai, sedangkan Darry memilih masuk tenda untuk beristirahat. Ia belum ada memejamkan mata sejak tadi.

_

"Tolong! Tolong! Ken! Kenny!"

"Dar? Darry? Aku di sini. Bangun, hei!" Kenny membangunkan Darry yang mengigau memanggil namanya.

Darry terbangun dengan wajah pias dan berkeringat dingin. Memandang sekeliling dan saat bersitatap dengan Kenny, Darry langsung memeluknya erat. Dan ia … menangis.

"Kamu kenapa, Darry? Mimpi apa?" tanya gadis blasteran Indo-China, Vio, dengan lembut.

"Aku … aku mimpi … Ken tenggelam." Patah-patah gadis itu berbicara. Terlihat sangat panik, kelima sahabatnya sibuk menenangkannya. Qyra mengambilkan air putih untuk Darry.

"Minum dulu."

Kenny yang menerima dan membantu Darry meminumnya.

"Udah jangan nangis lagi. Cuma mimpi kok, kamu kecapean. Aku nggak apa-apa," ujar Kenny menenangkan. Perlahan gadis bersurai hitam itu mulai tenang.

"Bangun, Dar. Jam lima sore, waktunya mandi. Yuk, kita mandi di pinggiran pantai sambil nikmatin sunset. Pasti keren banget." Geisa berseru-seru semangat. Ah, gadis bertubuh paling kecil diantara lima gadis yang lainnya itu terkadang memang suka bertingkah sok imut.

"Yuk, Dar. Biar seger juga, kan kamu baru bangun." Novy yang sejak tadi diam, bersuara.

Darry mengangguk setuju.

Mereka berseru riang. Berlari-lari kecil menuju tepian pantai. Mengejar ombak, lalu tertawa lepas. Sementara matahari semakin meredupkan cahayanya. Menyisakan bias jingga yang memperindah pemandangan lautan.

Darry dan teman-temannya masih masih enggan kembali ke daratan. Asyik mencipratkan air ke satu sama lain, bermain timbul tenggelam hingga malam menyapa. Dan saat itu mereka tidak menyadari sesuatu. Hingga selesai pun mereka masih mengira tidak ada yang kurang. Bahkan Darry sudah melupakan mimpi yang merupakan sebuah firasat buruk.

Berlima mereka masuk ke tenda. Dan saat itu mereka sadar. "Kenny mana?" Novy yang lebih dulu bersuara, kepalanya celingak-celinguk keluar tenda. Kelima remaja itu saling pandang.

"Ken … Kenny … di mana dia? Mimpi itu … nyata!" Darry tiba-tiba berlari keluar tenda menuju laut.

"Darry! Di sana gelap! Berbahaya!" teriak Geisa berlari mengejar Darry yang panik.

"Kalian cari pertolongan ke kedai di sana!" Vio memberi arahan sebelum menyusul dua gadis yang berlari ke arah pantai. Novy dan Qyra mengangguk dan langsung menjalankan tugas.

"Kenny!" teriak Darry saat tiba di bibir pantai. Deru suara ombak meredam suaranya.

"Kenny! Kamu di mana?!" Darry terus melangkah maju jika tidak ditahan oleh Vio dan Geisa.

"Darry jangan nekat!" gertak Vio.

"Lepasin!" Darry melotot galak ke arah Vio dan Geisa. "Aku mau nyari Kenny!"

"Biar orang yang lebih dewasa aja yang turun tangan, kita juga khawatir," ujar Geisa lembut.

Beberapa orang laki-laki dewasa bersama Novy dan Qyra menghampiri tiga gadis yang sedang bersitegang itu. Tanpa banyak bicara dua dari mereka yang mengenakan senter di kepala terjun ke laut.

Beberapa jam berlalu, dua pria itu belum juga kembali. Darry terus menangis dirangkulan Vio.

Dua sosok keluar dari air, berjalan menuju tepi. "Kami tidak menemukan siapapun!" seru salah satu dari mereka.

Kenny menghilang!

SELESAI

Вы достигли последнюю опубликованную часть.

⏰ Недавно обновлено: Jul 30, 2019 ⏰

Добавте эту историю в библиотеку и получите уведомление, когда следующия часть будет доступна!

Antologi CerpenМесто, где живут истории. Откройте их для себя