05

62.5K 9K 965
                                    

Dirgantara Keanu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dirgantara Keanu. Seorang dokter spesialis forensik yang masih muda untuk dokter di kalangannya. Auranya memang banyak memikat orang disekitarnya, tapi dia lebih memilih untuk sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Kalau menurut suster muda di rumah sakit tempatnya bekerja sih, Dirga itu ganteng tapi terlalu cuek.

"Woy! Bengong terus perasaan."

Dirga yang memang sejak tadi memilih untuk sibuk dengan pikirannya, mendadak tersentak ketika mendengar suara dari sahabatnya yang menurutnya sangat menganggu telinga.

"Apa sih lo Jeff!! Ganggu dah, keluar sana. Cari jodoh kek lo, jangan main ke ruangan gue terus."

Jeffrey Reynald. Sahabat sekaligus adik tingkat Dirga. Dulu mereka berada di satu kampus dan jurusan yang sama bahkan dalam organisasi kampus pun mereka di pertemukan lagi.

"Dih, masih tuaan juga lo kali sok cermahin gue tentang jodoh." Jeffrey mendengus kemudian memilih untuk berbaring di sofa panjang yang ada di ruangan Dirga.

"Kurang ajar lo dasar pucet."

"Yeu lo nya aja punya warna kulit terlalu gelap."

Dirga menghembuskan nafasnya ketika mendengar bantahan yang terus menerus dikeluarkan Jeffrey. Memang salah ketika Dirga mengajak Jeffrey untuk berdebat. Kalau menurut Dirga, Jeffrey itu kalau diajak debat bisa dari pagi sampai pagi lagi. Lebih cocok jadi penyiar radio ketimbang dokter forensik.

Jeffrey terlihat bangun dari posisinya yang sebelumnya tidur menjadi duduk menghadap ke arah Dirga. Jeffrey tersenyum dan menaikan alisnya untuk menggoda Dirga.

"Eh tapi gimana lo sama si cewe itu?"

"Cewe mana sih Jeff? Jangan ngaco kenapa sih."

"Gini nih manusia kelamaan jomblo. Ya gue nanya perkembangan lo sama si cewe psikologi itu gimana? Lancar ga bosku?"

"Cerita dong. Tega ya lo ga cerita-cerita." Tambah Jeffrey yang semakin menjadi-jadi.

Dirga yang semakin kesal mendengar pertanyaan Jeffrey, dengan senang hati melemparkan kotak tissue yang ada di atas meja nya ke arah muka Jeffrey.

"HEH LO!! MUKA GUE ASET NIH!! KALO LECET GIMANA??"

Jeffrey dengan segala drama yang dia buat. Padahal kotak tissue nya berbahan dasar kain busa, yang pastinya tidak akan sakit bahkan menimbulkan lecet sedikitpun

"Bacot anjir!! Mending makan. Ikut gak lo?"

"Makan?"

"Iya Jeffrey bin Suparto. Buruan kenapa sih."

"Enak aja lo ganti-ganti nama bapak gue. Gue aduin mampus lo abis masa depan lo ntar."

Mau tidak mau Jeffrey langsung mengikuti Dirga keluar dari ruangan nya dan menuju kafetaria yang ada di bawah. Sebenarnya ada kantin, tetapi kalau di jam makan siang seperti ini pasti ramai karena banyak karyawan rumah sakit yang memilih makan di kantin dengan beralasan lebih murah dan hemat.

"Seriusan lo mau pesen sebanyak ini?" Tanya Dirga pada Jeffrey yang sekarang sedang asik memainkan handphone nya setelah tadi bertanya password wifi kepada salah satu pelayan.

"Heem." Jeffrey mengangguk.

"Kan lo yang bayarin." Tambah Jeffrey.

"Gak- gak.. apa-apaan lo ngelimpahin ke gue. Bayar sendiri sana, emang gue emak lo."

Dirga yang sedang serius protes sekaligus memarahi tingkah laku sahabatnya itu yang dia rasa sudah terlalu berlebihan, tiba-tiba entah darimana kedua indra pendengarannya lebih fokus untuk mendengarkan percakapan kedua gadis yang berada di meja yang tidak jauh dari mejanya sekarang. Hanya terhalang dua meja saja.

"Sumpah ya Cal lo harus liat ekspresinya Kak Tian pas tadi pagi gue numpahin susu ke atas handphone nya."

"Lo jail banget sih Je, abang lo itu juga sih ah sabar banget heran gue punya adek kebangetan jail gini masih aja tabah. Mau tukeran aja gak Je sama abang gue?"

"Ih sama mas lo itu? Ogah hahahaha mending gue minta maaf terus sungkem sama Kak Tian daripada punya abang bau kaki gitu."

"Kurang ajar lo. Tapi seriusan ya Je, nyokap lo tuh ngidam nya beda banget gitu apa pas hamil lo sama Kak Tian? Ya secara gitu kan Kak Tian kalem gitu nah lo bar-bar gini. Abis terus Kak Tian sama lo."

"Ya gatau gue juga, tanya nyokap gue gih. Tapi walaupun gue sering jailin Kak Tian, gue sayang kok sama dia. Ga rela kalo Kak Tian jauh."

"Nah ini emang dasar manja lo, gimana kalo nanti abang lo nikah?"

"Nanti rumah gue sama Kak Tian harus sebelahan pokoknya."

"Woy!! Cewek lo tuh. Gak disamperin?"

Fokus Dirga yang sejak tadi mendengarkan percakapan kedua gadis tersebut langsung buyar ketika mendengar suara Jeffrey. Lagi-lagi Jeffrey merusak fokusnya.

"Lah kok lo makan duluan?"

"Ya lo gue liatin daritadi sibuk dengerin cewek lo terus. Dasar bucin." Sungut Jeffrey sambil memakan makanan nya.

"Anjir lo ya, udah gue bilang gue sama dia ga ada apa-apa. Bacot lo nih kalo orang denger bisa jadi gosip yang engga-engga."

"Ya Ya Ya untuk sekarang kan ga ada hubungan, tapi soon.. siapa yang tau." Ucap Jeffrey sambil menaikan kedua bahunya.

"Kejauhan omongan lo. Lagipula gue sama dia baru ketemu beberapa kali." Bela Dirga.

Jeffrey yang mendengar perkataan Dirga kemudian tertawa keras, untung saja tidak menganggu orang yang ada di kafetaria walaupun tetap saja suara tawanya mengalihkan perhatian dari kedua gadis yang ada di 2 meja di depan mejanya.

"Heh lo kalo tawa liat tempat kenapa sih!! Malu diliatin yang lain." Hardik Dirga pada Jeffrey yang masih saja sibuk tertawa.

"Lo malu sama yang lain apa sama Jeana? Hahaha dasar bucin."

Dirga semakin dibuat pusing oleh tingkah sahabatnya itu. Bisa-bisanya dia membuat malu di tempat umum seperti sekarang. Terlebih lagi di depan Jeana.

Tunggu.. kenapa Dirga sekarang jadi memperdulikan keadaanya di depan Jeana? Perasaan kemarin tidak sampai seperti ini.

DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang