13

45.6K 7.4K 1.7K
                                    


Jeana yang sejak selesai acara tadi masih nyaman dengan memeluk kakaknya dari arah samping, sementara anggota keluarga yang lainnya menatap kelakuan Jeana dengan tatapan maklum.

"Udah dek, malu loh itu di liatin calon suami." Ucap Tian sembari mengusap puncak kepala adiknya.

"Kakaaakk!!" Protes Jeana.

Semuanya hanya bisa tertawa melihat kelakuan Jeana dan kakaknya. Sebenarnya Jeana hanya belum bisa melepas kakaknya yang tidak akan tinggal dirumah lagi karena sudah menikah.

"Dirga! Nih urusin ah calon bini lo, keburu malem nanti." Ucap Tian pada Dirga.

Mau tidak mau Jeana yang mendengar hal itu langsung melepaskan pelukannya pada Tian.

"Udah sana pulang, nanti kakak main kok ke rumah."

"Bener?"

"Iya adek."

Setelah berpamitan dengan seluruh anggota keluarga, Dirga langsung mengajak Jeana pulang karena dirinya memang mendapat perintah langsung dari Tian untuk mengantarkan adiknya itu sampai ke rumah.

👯‍♂️👯‍♀️

Begitu sampai di dalam mobil, Jeana sibuk melepaskan sepatu yang mempunyai tinggi 7cm itu dan cukup membuat kakinya pegal.

"Makan dulu yah? Kamu kan belum makan tadi?" Ucap Dirga yang hanya dibalas anggukan malas dari Jeana.

"Mau makan apa?" Tambah Dirga.

"Aku mau McD tapi drivethru aja soalnya aku cape kalau harus turun lagi."

"Oke."

Setelah itu Dirga langsung mengarahkan mobilnya menuju McD terdekat dan memesan beberapa jenis makanan yang tentunya sesuai permintaan dari Jeana.

"Besok pulang sama aku ya." Ucap Dirga sambil melirik Jeana yang masih sibuk memisahkan antara daging ayam dan kulitnya.

"Loh kenapa? Kan biasanya juga aku bawa mobil."

"Kita ketemu WO besok. Omongin semua konsep pernikahan yang kamu mau disana. Aku tinggal ikutin kamu aja."

"Mas Dirga..."

Jeana menjeda ucapannya sebentar sebelum melanjutkan kembali ucapannya.

"Hm?" Balas Dirga sambil membagi fokusnya antara jalanan dan Jeana.

Jeana yang melihat hal itu langsung memekik protes. "Ih jangan liat ke aku, Mas Dirga fokus aja cukup dengerin suara aku."

Dirga terkekeh pelan kemudian mengangguk setuju dan mempersilahkan Jeana untuk kembali berbicara.

"Mas.. aku tau ini berlebihan, tapi aku pernah pingin nikah di suatu tempat di Bali. Tapi, Mas Dirga gak usah cape-cape buat ngabulin itu, hehe tenang aja itu cuma lamunan sesaat aku aja kok. Sekarang cari tempat di Jakarta aja."

"Kenapa?" Timpal Dirga dengan cepat.

Jeana menaikan alisnya tanda tidak mengerti dengan maksud ucapan Dirga. "Maksud Mas?"

"Iya maksud aku kenapa kamu ngomong gitu selagi aku masih bisa wujudin semua yang kamu mau, inget tadi aku ngomong apa, hm? Aku serahin semua konsep pernikahan nya sama kamu termasuk lokasinya mau dimana, terserah kamu, sayang."

Jeana sudah tidak bisa menahan semburat berwarna merah muda yang muncul dengan alami di wajahnya dan untungnya Dirga tidak melihat kejadian itu. Ada untungnya juga ketika menyuruh Dirga untuk hanya fokus pada jalan yang ada di depan mereka.

Terlebih lagi ini pertama kalinya Jeana mendengar Dirga mengucapkan kata sayang untuknya.

"Hei.. kok diem? Kenapa, hm?" Tanya Dirga yang merasa perkataannya tidak mendapat respon dari Jeana.

"Malu ya pasti,"

"Aw-- sakit-sakit.. iya ampun, aduh." Keluh Dirga ketika sebuah cubitan mendarat di lengan kirinya.

Sepersekian detik kemudian tangan milik Dirga sudah berada tepat di atas puncak kepala Jeana dan mengusapnya dengan penuh sayang.

"Tidur gih, masih lama kok baru masuk tol. Kursinya turunin aja sama ambil selimut di kursi belakang kalau kedinginan."

Tanpa melakukan apa-apa lagi, Jeana langsung menurunkan dan sedikit memundurkan kursi penumpang setelah itu dirinya terlihat menyamankan posisi dengan selimut yang sudah menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya. Dirga yang melirik ke arah kiri pun tersenyum ketika mendapati Jeana masih belum bisa memejamkan matanya.

"Tidur sayang.. sini aku puk-pukin." Ucap Dirga sembari menepuk pelan puncak kepala Jeana.

DIRGANTARA | Kim Doyoung ✔ [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now