Chapter 11

1.3K 148 18
                                    

Sepasang pria dan wanita paruh baya, berlari tergesa di koridor rumah sakit. Kepala mereka terus menoleh kiri-kanan, dan matanya menelusuri seluk beluk rumah sakit. Mereka terlalu panik, sehingga lupa untuk menanyakan letak kamar di mana putri semata wayang mereka dirawat pada resepsionis. Mereka menghembuskan napas lega, saat melihat dua orang pemuda duduk di kursi di depan sebuah ruangan, mereka mengenal salah satu dari pemuda itu. Jeon Jungkook.

Mereka yakin ruang inap dengan nomor '69' itu adalah ruangan di mana anak mereka dirawat. "Kook-ah!" Panggil lelaki tua itu.

Jungkook berbalik, dan menatap nanar kearah mereka. Raut wajah kedua orang itu terlihat risau. Tentu saja. Di dalam sana, anak mereka sedang terbaring lemah.

"Bagaimana keadaan Sejong?"

〰〰〰

Di dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Dua orang gadis saling berhadapan. Keduanya bernafas terengah, keringat bercucuran di wajah dan tubuh mereka.

Prok prok prok...

Suara tepuk tangan menggema di ruangan tersebut. "Bagus sekali, Jjeuwi-ya," puji perempuan yang berdiri di hadapan Tzuyu saat ini. "Untuk seorang pemula, Kau cukup bagus!"

"Terimakasih, Eonni!" Ucap Tzuyu tersenyum hangat. "Tidak salah, Sana Eonni merekomendasikanmu, untuk menjadi pelatih baletku," katanya.

Gadis itu tersenyum manis, membuat pipinya terlihat semakin chubby. "Tentu saja," ia melangkah ke sudut ruangan, menghampiri barang-barangnya yang tadi ia letakkan di sana. "Lain kali, jangan lupa membawa perlengkapan baletmu!" Peringatnya. "Aku tidak menyangka, bisa-bisanya Kau melupakan latihan perdana Kita," katanya, "padahal, Kita baru bertemu kemarin lusa, dan sudah menceritakan ini!" Ia mengomel sambil terus merapikan barang-barangnya, tanpa menoleh sedikitpun pada Tzuyu.

Tzuyu mendunduk lesu, "Mian-hada, Jihyo Eonni," lirihnya.

Gadis yang bernama lengkap Park Jihyo itu berbalik dan menatapnya. Ia tidka marah sama sekali pada Tzuyu. Hanya saja ia ingin gadis yang lebih muda darinya itu, menjadi lebih disiplin. "Gwaenchana-yo," katanya. Tzuyu memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, iris matanya memandang lekat kedalam bola mata bulat milik Jihyo, dapat ia lihat senyum ketulusan terbit dari bibir gadis itu. "Lain kali, jangan Kau ulangi! Arasseo?"

Tzuyu mengangguk semangat, "Ne, Ara!"

"Ngomong-ngomong, bukankah kemarin lusa Kau sangat bersemangat untuk cepat-cepat latihan? Tapi bagaimana, Kau bisa lupa?"

Pertanyaan itu, sukses membuat wajah Tzuyu bersemu merah. Tidak mungkin ia harus mengatakan semua ini terjadi, semata-mata karena seharian ini ia terus membayangkan Jungkook.

"Mmnn, anu~~" Jihyo menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kedua alisnya terangkat, telapak kaki kanannya disentak-sentak kecil. Gadis itu sedang menunggu jawaban dari pertanyaannya yang sedang digantung. "Semalam Aku menginap di rumah temanku!"

Finally, Tzuyu menjawab jujur, meski sebenarnya itu bukanlah alasan aslinya.

Tawa Jihyo pecah, ia tahu betul. Bukan itu yang berusaha Tzuyu katakan oadanya, sejak awal. "Hhh, sudahlah.. Kalau Kau tidak ingin memberi tahu yang sebenarnya," katanya. "Lagipula, Aku sudah tidak tertarik dengan alasanmu!" Cibirnya.

Ia berjalan mendekat kearah Tzuyu, "bereskan barang-barangmu," pintahnya. "Biar ku antar kau pulang."

Tanpa berpikir lama, Tzuyu segera membereskan berang-barangnya, lalu bergegas menyusul Jihyo yang telah meninggalkan ruangan mendahuluinya.

〰〰〰

"Sejong-ah!"

Semua orang di dalam ruangan jadi heboh, saat kelopak mata gadis yang kerap dipanggil Sejong itu, sedikit bergetar.

Jungkook yang awalnya berada di luar ruangan, ikut masuk saat mendengar suara gaduh itu. "Eomeonim, apa yang terjadi?" Tanyanya.

Yang ditanya hanya menggeleng lemah, ia panik. Mereka belum dapat memastikan pergerakan tadi itu merupakan pertanda baik atau buruk.

Baru saja Jungkook akan menekan tombol darurat, gadis itu sudah terbangun. "Noona?" Panggilnya.

Sejong perlahan mengedarkan penglihatannya. Ia tahu betul, dirinya sedang di rumah sakit sekarang. Gadis itu meringis pelan, tangan kanannya memegang kepalanya yang terasa sakit. "Apa yang terjadi?" Tanyanya.

"Jungkook bilang, ia menemukanmu pingsan di lantai dengan kondisi kepala berdarah," jawab Kim Gikwang, ayahnya. "Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanyanya.

Sejong menggeleng lemah, "seingatku, Aku hanya menaiki tangga untuk mengambil air untuk mengepel di WC lantai atas, karena WC di lantai dasar, airnya tidak keluar. Lalu kakiku terkilir dan Aku terjatuh, hingga semua terasa gelap." Jelasnya lesu.

"Eoh, aigoo... Ini semua salahku," runtuk Kim Taejong, ibunya. "Andai Aku tidak merasa 'tidak enak badan' hari ini, pasti ini tidak terjadi. Seharusnya aku melarangmu menggantikanku!" Ucapnya sambil menangis tersedu-sedu. "Mianhae, maafkan Eomma, Sejong-ah!"

Ya, Taejong bekerja sebagai cleaning service di SOPA, ia mulai bertugas saat sekolah sudah sepi, setelah jam pulang sekolah. Agar tidak ada yang kembali mengotorinya setelah dibersihkan.

"Eomma, Aku baik-baik saja!" Lirihnya sambil mengelus-elus surai ibunya, yang kepalanya tersandari di ranjangnya.

Jungkook yang melihat itu, tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa tersentuh. Kim Sejong, adalah teman masa kecilnya, bahkan mereka sudah seperti saudara kandung. Jungkook yang ingin mempunyai seorang Noona, dan Sejong yang ingin memiliki seorang Namdongsaeng, pertama kali dipertemukan saat keluarga Jungkook pindah ke Seoul.

Meski status sosial yang jauh berbeda, anak seorang pengusaha terkenal dan seorang pekerja paruh waktu, tidak menjadi alasan untuk membatasi pertemanan mereka. Bahkan Jungkook telah menganggap orangtua Sejong sebagai keluarga keduanya, dan begitupun sebaliknya. Tidak aneh saat Jungkook memanggil orangtua Sejong dengan sebutan 'Abeoji dan Eomeonim'.

"Jungkook-ah," panggil Gikwang.

"Ye, Abeoji?"

Gikwang menyodorkan sebuah kantongan plastik hitam. "Pakailah, Aku membawanya untukmu, berjaga-jaga saat Kau belum mengganti seragammu. Dan ternyata, benar!" Jungkook tersenyum hangat, lengan berototnya dengan senang hati menerima pemberian dari ayah keduanya itu. "Maaf, Aku tidak memiliki cukup uang untuk membelikan baju baru untukmu. Bahkan Aku tidak bisa memberikannya dengan paperbag, atau semacamnya, yang setidaknya lebih bagus dari plastik."

"Gwaenchana-yo, Abeoji.. Kamsahamnida, Aku mengerti. Kau peduli padaku padaku, pun. Aku sudah merasa sangat senang!" Ucapnya tersenyum hangat.

〰〰〰〰〰〰💘〰〰〰〰〰〰

To Be Continue

Gimana, gimana? Kurang kampret tah,Authornya??

Pendek? Iya tau!! Nesty lagi capek, BTW. Biasa, anak sekolah. (padahal hari ini angka di tanggalnya merah)

BTW, yang sadar akan hilangnya Jihyo di 'YAMF' dan bermonolog, "Kemana dia?" Dia lagi mencoba hijrah, biar gak urak-urakan sendiri ditinggal Sana. :v

Udahlah, gak usah dipikirin. Nih, aku kasih spoiler buat chapter berikutnya:)
Aku kan, baek!

"Minatozaki Sana?"

Hems, yang baca 'YAMF', ada yang ingat?

Okay, see you in next chapters. Bye-bye:)

【COMPLETE】 Endless Love-TzuKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang