Petak Umpet (2)

5.8K 577 13
                                    

"Hahaha" Suara ketawa Ekki dan Andre terdengar jelas dari ruang tamu. Walaupun sedang berada di ruangan yang berbeda, rumah yang ukurannya kecil ini membuat Agatha bisa mendengar dengan jelas tawa mereka berdua.

Mereka berdua sedang asyik menonton kartun di ruang tamu, sedangkan Agatha sibuk membuat spaghetti yang seharusnya dibuat Ekki. 

"Kayaknya tadi dia bilang dia yang mau buat spaghetti nya deh"

"Ekki, Andre. Makan yuk." Agatha menaruh mangkuk besar berisi spaghetti buatannya di atas meja makan.

Tapi anehnya tidak ada balasan sahutan dari Ekki maupun Andre, hanya suara televisi yang masih menyala. Bingung, Agatha langsung pergi ke ruang tamu untuk memeriksa mereka berdua.

Melihat apa yang terjadi di ruang tamu membuat Agatha tersenyum. Mereka berdua sama-sama sudah tertidur di sofa dengan posisi yang sama juga. Agatha mematikan televisi dan kembali menatap mereka berdua. 

"15 menit lagi baru gue bangunin deh"

Alih-alih kembali ke dapur untuk mencuci piring kotor, langkah kakinya malah membawanya mendekati Ekki. Dia berdiri tepat di depan Ekki dan membungkukkan tubuhnya untuk menyetarakan tinggi mereka saat ini. Agatha berusaha menahan tawanya melihat Ekki yang tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Gue nggak nyangka hubungan kita bisa sampai sedekat ini." Ucap Agatha sangat pelan sambil merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Ekki dengan jari telunjuknya

"Karna semua omongan jelek mereka nggak akan merubah keputusan gue untuk ada buat lo!" Dia teringat kata-kata Ekki di kelas sebelum mereka akhirnya terkunci di dalam gudang. 

"Banyak-banyakin senyum ya"

"Gue suka lihat lo senyum"

Senyum Agatha meluntur secara perlahan saat dia mengingat ucapan orang lain yang diberikan padanya waktu itu.

"Lo yakin Ekki mau temenan sama orang kayak lo?"

"Nggak...nggak boleh" Agatha menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Saat dia hendak melangkahkan kakinya pergi meninggalkannya, tiba-tiba tangannya ditarik, membuat keseimbangan tubuhnya hilang dan jatuh di atas tubuh Ekki. 

Dejavu... dia teringat dirinya yang pernah melakukan hal yang sama pada Ekki di UKS dulu.

Entah perempuan itu sedang dalam keadaan tidak sadar, setengah sadar, atau mungkin...sadar? Dia mengangkat kedua tangannya dan memeluk tubuh Agatha sangat erat.

"Bayar utang somay dulu baru gue lepasin" Ekki mengingau dengan matanya yang masih tertutup.

"Ekki, ini gue, Agatha"

"Bodo amat. Bayar nggak?"

"Gue nggak pernah utang somay sama lo"

Nggak ada jawaban lagi dari Ekki. Pelukan tangannya melonggar dan dengkuran halusnya mulai terdengar lagi. Agatha menghela napas lega. Pasti Ekki akan marah-marah kalau dia sadar posisi mereka seperti ini.

Agatha menarik sedikit tubuhnya untuk menatap wajah Ekki, tidak peduli jarak wajah mereka yang kurang lebih hanya sejengkal.

"Dia beneran cuma ngigo?"

Masih dengan posisi berpelukan membuat Agatha bingung apa yang harus dia lakukan. Dia takut Ekki terbangun saat dia berusaha melepas dirinya dari pelukan Ekki. Tidak mungkin juga dia membiarkan Ekki terus memeluknya seperti ini sampai dia terbangun nanti.

"Boleh ya, Ki?" Bisik Agatha di telinga Ekki.

Secara perlahan Agatha melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ekki dan memeluknya. Dia menaruh kepalanya  di bahu kanannya dan menutup kedua matanya. Jantungnya berdebar semakin cepat tapi entah kenapa dia justru menikmatinya. 

"Dia udah tahu kebusukan lo dan dia udah jijik banget sama lo"

"Ekki jangan pergi ya"

Tepat setelah Agatha mengucapkan kalimat itu, kedua tangan yang sedari tadi masih melingkar di pinggangnya kembali mempererat pelukannya.




TBC

You Make Me Melt (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang