BAB 30

1.1K 159 73
                                    

*Lars's POV

Aku berjalan dengan cepat di belakang Ketua dan setelah mengumpulkan keberanianku, aku akhirnya bertanya pada Ketua.

"Ketua... Apakah benar yang tadi dikatakan oleh mereka?" gumamku dengan cukup keras agar Ketua mampu mendengarku.

Langkah Ketua terhenti namun dia tidak melihatku.

"Apa maksudmu?" gumamnya dengan pelan.

Aku menelan ludahku dengan gugup. "Soal Lacey... Apakah benar kalau dia sudah... meninggal?"

Ketua diam untuk beberapa saat. Bahkan aura dingin yang biasa dia keluarkan hilang.

Seolah - olah dia sedang tenggelam di dalam pikirannya sendiri.

Tiba - tiba Ketua menghela napasnya dengan perlahan dan berkata. "Kalau ia memangnya kenapa?"

Tubuhku tersentak karena terkejut. "La—Lalu?! Si—Siapa Lacey yang selama ini bersama dengan kita—?"

Suaraku terpotong saat Ketua membalikkan tubuhnya untuk menatapku.

Dan tubuhku membeku. Mungkin lebih tepatnya, saking terkejutnya aku tidak dapat melakukan apa - apa.

Ketua tidak menatap mataku, namun aku dapat melihat dengan jelas—sangat jelas ekspresi sedih dan penderitaan yang tertera di wajahnya.

Ini pertama kalinya aku melihat Ketua memperlihatkan ekspresi seperti itu padaku.

Dia selalu terlihat dingin, sulit ditebak dan aku selalu merasa kalau dia selalu berada sangat jauh dan selalu membangun aura dingin di sekitarnya agar tidak ada orang yang bisa dekat dengannya.

Namun Ketua yang sekarang benar - benar berbeda...

Dia terlihat seperti... seorang manusia biasa yang sangat rapuh dan lemah.

Sesaat, Ketua membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun dia berhenti.

Kemudian dalam sekejap, aura dinginnya kembali terasa dari tubuhnya dan dia memandangku dengan mata merahnya yang dingin. "Kurasa aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu itu Lars."

Aku terkejut saat mendengar Ketua mengatakan hal itu, kemudian dia membalikkan tubuhnya lalu lanjut melangkah ke arah ruangannya.

Setelah Ketua pergi, aku menghela napasku dan mengacak - acak rambutku dengan kesal.

"Apa - apaan tadi...." gumamku namun aku terkejut saat merasakan sebuah benda tajam dan dingin yang berada tepat di belakang leherku.

Aku membalikkan kepalaku dengan sangat perlahan dan mendapati Nightmare sedang menatapku dengan wajahnya yang terlihat seperti boneka itu. Dia menggunakan DWnya dan mengarahkan salah satu mata pedangnya ke arah leherku.

"Apa yang sedang kau lakukan, Nightmare?" gumamku dengan tenang namun aku dapat dengan jelas merasakan aura membunuh yang keluar dari tubuh gadis ini.

Jangan bilang kalau ingatannya kembali? Tapi matanya masih berwarna merah, dan lagi ekspresinya masih terlihat mati.

Nightmare diam untuk beberapa saat kemudian berbicara dengan sangat pelan. "Kau... membuat Ketua sedih... Aku tidak akan mengampunimu."

Mataku terbelak dan langsung membalikkan badanku dan menatapnya sambil mencoba untuk menenangkannya. "Oi, oi! Jangan bercanda! Aku hanya bertanya pada Ketua kan... Lagipula aku sendiri terkejut karena dia berekspresi seperti itu..."

Aku meletakkan tangan kananku di daguku seolah sedang berpikir. Pedang silver itu masih mengarah ke leherku namun Nightmare hanya menatapku diam.

LEGEND OF ASWALD - The Gift HolderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang