_Baikkan_√

2.1K 252 29
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 19 • Baikkan
________________________

Setelah pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Renjun, suasana berubah lengang sejenak. Sebab gadis bermarga Lee sedang dalam mode memproses kalimat lelaki berkacamata di depannya. Dan didetik selanjutnya barulah Nakyung membuka suara, ia malah balik bertanya.

"Emangnya sama?" tanya Nakyung dengan kepala yang dimiringkan ke kanan. Kening mulusnya juga berubah berkerut.

Renjun diam. Diam diam memperhatikan ekspresi lucu gadis cantik di depannya. Tanpa Nakyung sadari Renjun tersenyum tipis. "Kan aku tanya, kok kamu malah tanya balik?" Dirinya malah kembali bertanya.

"Ish, kan gua tanya Jun. Renjun NCT Dream emangnya beneran mirip sama sodara lo itu?"

Renjun lagi lagi tersenyum tipis. "Kan aku tanya Nakyung. Coba perhatiin baik baik muka orang yang ada di handphone kamu, sama ga kaya sodara aku."

"Iya iya." Nakyung mulai memperhatikan handphonenya lalu berpikir sejenak, mungkin ia sedang membayangkan wajah saudaranya Renjun. "Em..." Ia meletakkan jari telunjuk kirinya di dagu.

"Gimana? Mirip ga sama sodara aku?" tanya Renjun dengan nada menggoda. Suka saja ia melihat ekspresi random gadis cantik di depannya.

Nakyung menggebungkan pipi lucu lalu merebahkan punggungnya di sofa. Sepertinya ia sudah menyerah.

"Kamu kenapa?"

"Huh, pusing! Gara gara mikirin kemiripan sodara lo sama idola gua. Sama sama ganteng, eh." Nakyung langsung membekap mulutnya sendiri. Lalu ia melirik Renjun satu dua kali. Raut wajah lelaki di depannya berubah datar. Tapi Nakyung juga tidak salah. Dia kan disuruh menjawab antara visual Renjun NCT Dream dengan saudaranya Renjun mirip atau tidak. Dan dirinya menjawab sama sama tampan. Toh, itu memang benar.

"Lupain aja. Ini kita jadi ngerjain ga?" Nakyung mencomot topik yang sekiranya mampu mengalihkan. "Kok malah bengong?" Ia melambaikan tangan di depan wajah Renjun.

"Eh, iya."

Keduanya mulai mengerjakan tugas ekonomi yang telah diberikan oleh Pak Ceye beberapa hari lalu.

Nakyung tiba tiba meletakkan bolpoinnya asal sampai bagian bukunya ada yang tercoret. Lalu direbahkan tubuhnya di punggung sofa. Ia bosan sedari tadi terus berkutat dengan rentetan tulisan di depannya. Rasanya jam berputar lama sekali.

"Kok berhenti?" Renjun menjeda acara tulis menulisnya. Atensinya kini mengarah pada gadis di depannya yang nampaknya mulai jenuh.

"Jun, ini kita kapan selesainya?" Nakyung balik bertanya dengan wajah kusut.

Renjun diam diam terkekeh pelan. Mungkin jika dia dengan Nakyung masih sedekat dulu, tangan Renjun akan terulur untuk mencubit pipi Nakyung yang sedikit berisi itu. Rasanya gemas, kalau bisa Renjun ingin menggigitnya, eh.

"Sebentar lagi. Ini kita tinggal nambahin materi dikit aja buat ngelengkapinnya. Makanya kamu cepet nulis supaya cepet selesai."

Nakyung mengangguk pelan. Ia kembali meraih bolpoinnya meskipun uring uringan.

"Kamu sebenernya sakit apa sih, Na? Kok tadi Bu Sunmi bilangnya kamu sakit pusing. Jelas jelas kamu sekarang kelihatan fresh gini." Kata Renjun disela sela menulisnya.

"Tadi gua emang pusing, tapi sekarang udah ga." Jawab Nakyung yang masih sibuk berkutat dengan tulisannya.

Renjun mengangguk sebagai respon. Ia mengulum bibirnya bawahnya. Mencuri pandang pada Nakyung yang masih sibuk menulis. Sepertinya Renjun ingin mengatakan sesuatu, tapi masih dalam proses pemantapan. "Na." Panggilnya pelan.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang