415 34 15
                                    

"Kami tunggu di depan," kata Riku. Hokuto meng-iya-kan sambil keluar dari apartemen mereka terlebih dulu. "Kazuma, ayo."

Kazuma mendecak. "Tidak kah kau lihat dasiku belum rapi, huh?"

"Sudah kubilang, tidak usah pakai dasi! Kau jadi seperti pegawai real estate tahu!" omel Riku yang memantau Kazuma di kamar. "Jangan berpikir untuk memakai jas panjang itu juga!" Kazuma urung mengeluarkan zoot suit dari lemari pakaiannya.

"Bagaimana dengan berhenti berkomentar, Riku-san?"

Riku berdiri di ambang pintu kamar Kazuma dan bersedekap. "Cukup pakai blazer atau jas itu saja dan aku akan berhenti berkomentar." Kazuma menarik dasinya dan melemparkan ke sembarang arah. "Kita hanya akan bertemu Hiroomi-sama seperti biasanya, bukan menghadiri Gala Dinner bersama jajaran selebritis!"

Kazuma membuka dua kancing teratas kemeja merah marunnya dan memakai jas hitam. "Aku hanya ingin tampak luar biasa di mata Hiroomi-sama."

"Memangnya Hiroomi-sama pacarmu?" Riku menertawakan.

"Sembarangan!" bentak Kazuma kesal. "Kita berangkat." Yang ditunggu dari tadi malah berjalan mendahului, diikuti Riku yang kebagian jatah mengunci pintu.

Keluar dari gedung apartemen, Hokuto sudah siaga dengan mobilnya. Kazuma mengernyitkan dahi sedangkan Riku langsung protes, "Serius kita masih naik mobil ini? Mana Audi-mu?"

Hokuto mengusap-usap dagunya. "Jadi, Riku-san memilih Kazuma duduk di pangkuanmu dan naik mobil mewah daripada duduk nyaman di mobil tua?"

"Terserah, kau pelit!" Riku menyerah berdebat dengan Hokuto dan menyusul Kazuma di bangku belakang.

"Hey! Tidak ada yang duduk di depan denganku?!" tanya Hokuto tidak terima tampak seperti sopir mereka berdua. "Ugh! Besok-besok belajarlah menyetir, Tuan!"

"Padahal kau sendiri yang menolak kalau aku yang menyetir," balas Kazuma sengit.

Percobaan pertama menyalakan mobil tua itu gagal. "Urus SIM-mu dulu ya, Tuan."

Mesin mobil Toyota Crown tahun 1998 pemberian khusus dari Hiroomi merengek, menolak dinyalakan. "Mobil ini memang harusnya sudah pensiun atau setidaknya kau reparasi besar-besaran," komentar Riku. "Tapi kau malah membeli mobil untuk dua penumpang. Egois sekali." Riku mendadak merasa seperti ibu-ibu hobi mengomel melihat kelakuan dua teman yang lebih muda darinya itu.

"Apa?! Kenapa kau protes? Aku bahkan tidak memakai uangmu untuk membelinya!" Hokuto tidak terima, ia masih berusaha menyalakan mesin mobil. Makian dan umpatan kasar tidak lupa ia suarakan.

"Tapi kau memakai uangku!" sergah Kazuma. "Aku tidak te-"

"Ssstt, berhenti berbicara Tuan-tuan. Hiroomi-sama sudah menunggu," potong Hokuto bersamaan dengan menyalanya mesin mobil.

Selama perjalanan Riku bungkam, tidak mencoba bercanda dengan kedua temannya. Sesampainya di gedung empat lantai bergaya modern dengan halaman parkir yang luas itu, Riku berjalan mendahului. Kedua temannya berjalan tergesa-gesa melihat Riku sudah di dalam elevator sambil bersedekap.

"Berhenti bersikap kekanakkan Riku-san! Aku minta maaf," kata Hokuto yang akhirnya merasa bersalah karena perdebatan perihal mobil tadi. "Kau juga minta maaf! Kau bersiap paling lama tadi!" bisiknya pada Kazuma.

Kazuma mendekat ke sisi kanan Riku. "Maaf," ucapnya pelan. "Riku-san."

Yang lebih tua itu tiba-tiba merangkul Kazuma dan Hokuto. "Dasar kalian bocah!"

"Kau juga, sial!" protes Kazuma. Suara dentingan diikuti terbukanya pintu elevator. Beberapa anggota Tosaka-gumi menyambut mereka hormat. Riku melepaskan rangkulannya dan memasang ekspresi berwibawa.

Dark Side [The Rampage from Exile Tribe/AU]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora