394 38 29
                                    

Kazuma, Hokuto, Riku dan Itsuki duduk di meja makan. Yakuza muda itu sedang mengadakan diskusi, di pagi buta. Masih belum pukul 4, Hokuto hendak protes karena dirinya baru tidur kurang dari dua jam lalu. Sedangkan Riku yang nyawanya belum sepenuhnya kembali malah bertugas membuatkan asupan kafein untuk teman-temannya. Hanya Kazuma dan Itsuki-yang kebetulan belum tidur dan kebetulan juga menginap di apartemen mereka, yang hadir dengan kesadaran penuh.

"Jadi apa?" tanya Hokuto kesal.

"Itsuki, berikan kesaksianmu tentang gudang Hamada di Tempozan," perintah Kazuma. Itsuki hendak membuka mulutnya tetapi Hokuto menyela—

"Yang itu aku sudah tahu lebih dulu daripada kau. Ada hal lain tidak?" Nada bicara Hokuto yang tinggi membuat Kazuma menjadi kesal. Riku menghidangkan cangkir-cangkir kafein yang dibuatnya tadi.

"Ada di antara kalian yang menggunakan nama Bailey?"

Mata Riku yang setengah terpejam langsung terbuka lebar. "Memang ada apa dengan Bailey?"

"Jadi kau adalah Bailey?" tanya Kazuma lagi. "Tidak kusangka kau sepintar itu, Riku-san."

Riku menyesap kopinya. "Aku tidak tahu kau sedang mengejekku atau benar memuji."

"Kau pintar dengan inisiatif membuat Makoto bekerja padamu, aku berbicara tentang website perdagangan Hamada yang sedang dikerjakannya—"

"OH Q-B ITU MAKO-CHAN?! EH BENARKAH? AH... AKU RINDU ANAK ITU," pekik Riku antusias. Tidak pernah sebelumnya ia tahu pemuda yang ia temui di SNS itu adalah adik-adikkannya dulu. "Kau bertemu Mako-chan?"

"Eh, apa dia bekerja di Paradise? Aku kurang yakin dengan nama host club-nya tapi aku sempat melihatnya di sekitaran situ," timpal Hokuto yang mulai meredakan kekesalannya. "Antara host club atau gay bar, aku tidak yakin."

Kazuma menautkan kedua alisnya. "Kenapa kau tidak bilang kalau bertemu Makoto? Dan ya, aku bertemu Makoto kemarin di Paradise."

"Aku tidak yakin itu Makoto," jawab Hokuto enteng. "Lanjutkan tentang website apa itu tadi."

"Makoto mendapat pekerjaan itu dari Hamada Kaori. Wanita yang kau bunuh itu 'kan?" Kazuma menunjuk kepada Hokuto. "Dan teman kencanmu?" Kini ia menunjuk Itsuki.

"Aku tidak berkencan dengannya. Walau sebetulnya aku membantu penyelundupan sesuatu yang tidak kuketahui—yang ternyata narkotika—karena aku suka padanya," kilah Itsuki. "Lagian, dia istri muda Hamada."

Riku menganga, "Apa?"

"Aku baru tahu yang itu," timpal Kazuma. "AH! Karena itu dia pindah ke Explotion ya! Dulunya kan dia di club lain."

"Aku semakin yakin, kalau Hamada tahu yang membunuh Kaori adalah aku dari Tosaka-gumi, semuanya akan semakin berbahaya," kata Hokuto, dibalik wajahnya yang menggemaskan dia yang paling suka mencari masalah di antara Kazuma dan Riku.

"Kupikir Hamada belum ingin mencari pembunuh istrinya. Temanku—Natsu, dia yang diincar Hamada sekarang." Itsuki memberitahu isi pesan yang diterimanya dari Hori Natsuki.

"Atas hal apa?" tanya Riku. "Setahuku kau yang menyebabkan hilangnya salah satu transaksi narkotika mereka."

"Tapi yang mengincar Itsuki polisi," sahut Hokuto. "Untung juga ya kau bisa bebas."

"Hari itu aku memang datang bersama Natsu. Tapi ia pulang lebih larut setelah aku ditangkap polisi," jelas Itsuki. "Katanya, dia melihat Hamada dan rekannya membunuh seorang pria di Explotion."

"Kalian tahu apa yang lebih mengejutkan?" tanya Itsuki sebelum melanjutkan ucapannya, untuk menambah efek dramatis di dalam diskusi mereka. Riku dan Kazuma kompak menggeleng. "Partner Hamada adalah seorang polisi."

Dark Side [The Rampage from Exile Tribe/AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang