Bertemu Lagi

1.1K 164 6
                                    

Karisa POV

Piala Oscar:
Siap, nanti kasih info ke saya ya Karisa.

Aku terkekeh saat membaca pesan dari manusia tipis yang ku jumpai belum lama ini. Aku sudah cerita tentang kehadiran Oscar di hidupku dengan Reza.

Katanya, di jalani saja siapa tahu cocok. Apa yang di jalani? Kenal saja baru beberapa percakapan.

Hari ini aku menemani Reza bertemu pujaan hatinya.
Namanya Alina, wajahnya cantik dan kulitnya putih. Tidak seperti ku yang hitam terlalu sering tersengat sinar matahari langsung.

Bahagia itu saat bisa menghirup aroma downy dari jaket yang ia pakai. Biasanya Reza akan meninggalkan aku sendirian di Gramedia selama dia apel wajib dengan pacarnya.

Tapi hari ini, aku ingin menikmati menjadi turis lokal di Malioboro. Aku ingin membeli sebuah flatshoes.

Selesai lomba terbitlah uang saku. Itu yang ku alami.

Jadilah sekarang aku ada dalam perjalanan menuju Malioboro. "Nanti kamu minta di temani Oscar-oscar itu loh Ber." Aku hanya mendengus tiap kali ia memanggilku Ber. Ber singkatan dari Beruang.

Katanya badanku mirip dengan boneka Beruang yang berwarna coklat. Untung sayang, kalau tidak sudah ku jewer telinganya.

"Iya-iya. Nanti di jemput lagi lo Za." Ucapku mengancamnya. Dia mengangguk dan kembali melajukan motornya ke rumah Alina.

Sungguh rumit hidupku, mencintai tapi tidak di cintai. Pura-pura bahagia saat tidak bahagia. Katanya kalau cinta itu datang karena terbiasa. Lah ini sudah terbiasa tapi tetap tidak cinta-cinta. Kan ngenes sekali hidupku.

Aku berjalan menyusuri satu persatu pertokoan di dalam mall. Aku jadi teringat kegilaan ku bersama Rahma. Pamitnya ke UST mencari sponsor. Berhubung kantor staffnya belum buka, saat itu aku memutuskan untuk mlipir ke Malioboro Mall. Jam sembilan pagi, belum banyak toko yang buka. Masih sepi dan aku menggunakan seragam, nekat memang.

Berjalan sendiri tak tentu arah, aku jadi mempertimbangkan ucapan Reza. Untuk mengajak Piala Oscar itu.

Me:
Aku di Malioboro, sedang mencari sesuatu.

Centangnya langsung biru. Apa pekerjaannya hanya memegang handphone. Setiap pesan ia balas dengan begitu cepat.

Piala Oscar:
Lima belas menit lagi aku sampai. Kamu tunggu di kedai Jco Malioboro Mall ya.

Aku hanya membalas ok, masuk ke Gramedia lebih dulu. Aku ingin membeli novel fiksi remaja yang kisahnya selalu berakhir indah.

Jaman SMP dulu aku sering membaca novel. Yang paling aku suka judulnya adalah Dealova. Aku masih ingat betul jalan ceritanya.

Sampai-sampai di pelajaran Bahasa Indonesia, kami di suruh membuat drama berdasarkan novel. Aku memilih novel Dealova. Saat itu aku berperan menjadi Kara. Si tokoh utama yang berakhir bahagia dengan hati yang baru.

Akankah hidupku sama? Aku tidak tahu. Semuanya masih abu-abu. Tapi Reza masih saja mendominasi permainan di hatiku. Ia selalu menghadirkan debaran aneh pada jantungku.

Setelah mendapat novel yang kuinginkan. Aku naik kelantai 1 dimana kedai Jco berada. Aku memilih untuk duduk di kursi dekat tangga pintu masuk. Di sini bisa mengusir rasa bosan.

Aku sudah memesan satu gelas Jcocino untuk menemani siang ini. Sambil menunggu manusia tipis itu datang. Katanya lima belas menit. Masih ada tiga menit lagi untuk ia sampai disini.

Cukup lama aku terhanyut dalam cerita romansa Jihan dan Harsya si cowok populer di sekolahnya. Sampai ada seseorang dengan tubuh tegap mendekatiku.

"Maaf Karisa, saya terlambat delapan menit. Di ujung sana macet, jadi saya nggak bisa masuk." Aku mendongak mendapati manusia tipis itu memakai baju yang sama seperti saat pertama kali bertemu.

"Oh iya, nggak papa." Dia langsung duduk. Menteralkan pernafasannya yang tersengal-sengal.

Ia melepas topi petnya, mengusap peluh di dahinya. Dan tersenyum, kalau ku amati dia manis.

"Sudah pesan?" Aku mengangguk. Dia pamit untuk memesan minuman. Aku meliriknya,dia berbincang dengan temannya yang duduk tak jauh dari tempatku. Bajunya sama, sekolah atau apa sih?

"Saya senang bisa bertemu hari ini." Aku terkekeh. Mungkin memang benar kata Vina. Auraku seperti Maudy Ayunda. Yang ingin di jumpai semua orang. Hahahaha memuji diri sendiri memang salah satu cara untuk menghibur hati yang galau.

"Kamu ke Jogja sendiri?" Ia membetulkan duduknya hingga nyaman

"Enggak, tadi sama teman. Terus dia ada keperluan. Jadi di tinggal." Kini giliran dia mengangguk. Cukup lama kami mengobrol. Menceritakan keluarganya. Aku melirik jam di hpku. Kenapa orang ini nggak ngajak aku sholat ya.

"Mas, aku sholat dulu di bawah ya. Kamu juga belum kan?" Wajahnya menegang.

"Aku antar sampai bawah. Aku Nasrani Karisa." Jackpot!!!!! Bak di hantam banyak peluru bola. Ternyata mas-mas di depanku ini bukan Muslim. Tapi tak apalah, banyak kok teman laki-laki ku yang bukan muslim.

"Sini saya bawakan tas kamu kalau nggak keberatan." Double Jackpot, dia gentle sekali ya Allah. Dia menungguku di kursi tunggu depan mushola kecil.

Piala Oscar ini tak seburuk yang aku kira. Tapi sayang, aku belum bergetar sama sekali.

🌵🌵🌵


IntuisiWhere stories live. Discover now