11

3K 488 23
                                    

***

Sampai di taman perkemahan, rencana yang sudah Taeyong susun sebelumnya tidak lagi berguna

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


Sampai di taman perkemahan, rencana yang sudah Taeyong susun sebelumnya tidak lagi berguna. Taeyong dan Ten tidak dapat memasang tendanya, sehingga mereka membutuhkan bantuan Jennie dan Lisa. Beberapa menit lalu Taeyong menyuruh Jennie untuk diam saja dan melihat mereka bekerja, namun sekarang pria itu justru menyuruh Jennie untuk membantunya memegangi tenda mereka sementara ia memasang pasaknya. Jiyong meminjam dua buah tenda besar untuk mereka, Taeyong memasang sebuah tenda bersama Jennie dan Ten memasang tenda lainnya bersama Lisa, sekarang kedua tenda tersebut sudah terpasang sempurna di area kemah mereka, bersebelahan dengan beberapa tenda milik pengunjung lain.

"Oppa... Aku lapar," keluh Lisa sembari berguling untuk memeluk Ten yang berbaring di dalam tenda bersama dengannya. Gadis itu sedang berusaha merajuk agar Ten bersedia menuruti keinginannya.

"Bersikaplah seperti ini pada Taeyong hyung,"

"Tidak mau, dia hanya akan memukulku,"

"Itu karena kau menjahilinya,"

"Dia yang lebih dulu menjahiliku," balas Lisa masih sembari memeluk Ten dengan kedua matanya yang terpejam rapat. "Sekarang dia menjahili Jennie eonni. Ah~ aku akan tidur saja disini sampai makanannya matang,"

"Ya! Dimana kompor portable-nya?" tanya Jennie sembari menepuk-nepuk kaki Ten agar segera bangun dan mencarikan peralatan masak mereka– sebelum hari mulai gelap. "Kau tidak lupa membawa gasnya kan?"

Ten keluar dari tenda, meninggalkan Lisa yang masih bermalas-malasan disana untuk mencarikan peralatan memasak yang tadi sudah ia siapkan untuk kemping mereka hari ini. Pria itu membuka sebuah kotak hitam kemudian menatap Jennie dan Taeyong dengan wajah memelasnya.

"Ya! Bodoh!" seru Jennie dan Taeyong bersamaan, membuat Lisa lantas keluar dari tenda untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar sana.

"Ada apa?" tanya Lisa sembari berjalan menghampiri Ten dan dua temannya. "Ya! Bodoh! Kau tidak bisa membedakan kotak perkakas dengan kotak kompor portable-nya?! Sudah ku bilang untuk mengecek isinya lebih dulu! Aaah! Kenapa aku harus berteman dengan orang bodoh sepertimu?!" omel Lisa sementara Jennie dan Taeyong tidak habis pikir dengan isi kepala Ten.

Dalam beberapa kesempatan, Ten memang terlihat cerdas dan dewasa, namun tidak pernah ada seorang pun yang dapat menebak kapan otak Ten akan bekerja atau tidak. Seperti sekarang, Taeyong, Jennie bahkan Lisa yang sudah bermain dengan Ten sejak kecil tidak menduga Ten akan melakukan kesalahan bodoh seperti ini.

"Hhh... Sudahlah, aku yang salah karena membiarkannya mengurus ini sendirian," ucap Taeyong kemudian. Pria itu lantas mengeluarkan semua peralatan kemping yang Ten siapkan, melihat-lihat apa ada sesuatu yang bisa mereka pakai untuk memasak.

"Maaf, aku benar-benar lupa mengeceknya tadi," ucap Ten sementara Lisa dan Jennie hanya menggeleng pasrah, tidak ada seorang dokter pun yang dapat mengobati Ten dan kemampuan isi kepalanya.

"Kenapa kau membawa stick baseball?" tanya Jennie kemudian. "Aku sudah melihatnya sejak tadi tapi tetap tidak tahu apa fungsinya stick baseball disini,"

"Untuk berjaga-jaga kalau ada pencuri? Atau ada seseorang yang mengganggu kita?" jawab Ten membuat Lisa kembali menghela nafasnya, menahan kesal.

"Kita tidak berkemah di gunung atau di hutan, ini taman perkemahan dan ada petugas keamanan disini, kalau kau lupa," jawab Taeyong membuat Ten lantas ber-oh-oh ria.

"Ayo memasak di api unggun saja," ucap Lisa yang kemudian menarik sebuah tong berlubang berisi kayu bakar di sudut area kemah mereka. "Oppa, kau membawa pematiknya kan?"

"Untuk apa pematik? Tidak ada yang merokok-"

"Ya! Manusia bodoh! Kau mau mati hah?! Kemari! Biarkan aku memukulmu sekali saja! Kemari oppa!" marah Lisa dengan sebuah kayu bakar di tangannya. Ten berlari, menghindari Lisa dan tentu saja Lisa mengejarnya sembari mengangkat kayu bakarnya, bersiap memukul Ten kalau-kalau pria itu sudah masuk ke dalam jangkauannya.

Taeyong akhirnya memesan makanan, mereka sudah menyerah pada Ten dan keteledorannya. Di depan kedua tenda yang sudah terpasang kokoh, mereka duduk berempat, menunggu pesanan mereka datang sembari menikmati beberapa kaleng beer dingin. Setidaknya Ten tidak salah membawa beer.

"Aku tidak akan mempercayakan hal-hal seperti ini lagi pada Ten," gumam Taeyong yang duduk diantara Ten dan Jennie, di atas sebuah kursi lipat.

"Huh? Setidaknya tujuan kita tercapai, dia sudah bisa tertawa sekarang," balas Ten sembari menunjuk Jennie dengan dagunya.

"Jennie eonni menertawakan kebodohanmu oppa," tutur Lisa membuat Ten kembali mendengus kesal. Ten sudah cukup kesal karena kayu bakar tadi mengenai kepalanya– walaupun itu adalah alasan Jennie tertawa. "Woah... Syutingnya benar-benar disini," seru Lisa, melihat ke sekumpulan staff syuting di arena kemping yang tidak jauh dari mereka memasang tenda saat itu. "Kira-kira apa kita boleh menonton syutingnya?"

"Untuk apa kau datang kesini kalau hanya untuk menonton syuting seperti itu?" sinis Taeyong yang justru hanya membuat Lisa mendengus kesal.

"Kau mau melihat syutingnya bersamaku?" tawar Ten yang hanya berniat menjauhkan Lisa dan Taeyong untuk sementara, mereka terus saja bertengkar dan Ten sudah bosan melihatnya.

"Mau! Mau! Mau!" jawab Lisa yang lantas bangkit dan berjalan bersama Ten menunju lokasi syuting tersebut. Seperginya Lisa dan Ten, Taeyong menghela nafasnya, membuat Jennie lantas terkekeh karena mendengarnya.

"Ada apa oppa?" tanya Jennie setelah mendengar helaan nafas berat Taeyong yang duduk disebelahnya.

"Jennie-ya, kapan kau berhenti mengidolakan seorang aktor atau idol?"

"Aku belum berhenti," jawab Jennie sembari menaikan bahunya. "Rasa sukaku hanya tidak sebesar Lisa,"

"Apa menurutmu dia akan terus seperti itu? Menyukai G Dragon dan mengiriminya hadiah-hadiah yang bahkan hanya berakhir di tempat sampah?"

"G Dragon membuang hadiah dari fansnya?" tanya Jennie dan Taeyong mengangkat bahunya.

"Siapa tahu? Mungkin dia tidak membuangnya di rumah, atau bisa juga dia memberikannya pada staff di perusahaannya? Aku tidak pernah masuk kerumahnya,"

"Aku juga tidak pernah masuk kesana, tapi ku rasa G Dragon tidak akan melakukan itu? Maksudku membuang sesuatu yang di berikan padanya. Kalau memberikannya pada staff, kurasa itu lebih baik dibanding membuangnya, kau tahu ada berapa banyak fans yang memberinya hadiah? Pasti banyak sekali dan Lisa satu-satunya yang beruntung karena dapat memberikan hadiah itu tepat di depan pintunya,"

"Beruntung apanya? Dia jadi gila karena itu," sinis Taeyong membuat Jennie justru terkekeh. "Kau tahu berapa banyak muridku yang juga gila karena aksi fans fanatik mereka? Aku sampai tidak terkejut membaca nama idol di lembar ujian mereka karena sudah terbiasa melihat Lisa,"

"Kau sedang mengkhawatirkan Lisa, oppa?"

"Tidak," jawab Taeyong. "Aku hanya mengkritik-nya. Kapan dia akan berkencan kalau kalau dia terus memuja G Dragon? Tidak ada pria yang dapat jadi seperti G Dragon,"

"Kalau begitu dia hanya harus mengencani G Dragon,"

"Ya!"

"Kenapa? Pria yang ingin ia kencani adalah pria seperti G Dragon, tapi tidak ada pria seperti G Dragon di dunia ini, bukan begitu maksudmu? Kalau itu yang oppa khawatirkan, solusinya dia hanya perlu mengencani G Dragon atau tidak berkencan sama sekali,"

"Augh! Kau tidak mengerti-"

"Oppa ingin berkencan dengan Lisa? Kalau begitu bersikap baiklah padanya, jangan terus menjahilinya. Tapi aku ragu Ten akan mengizinkan kalian berkencan, bagaimanapun Lisa sudah seperti adiknya sendiri,"

***

Sweet PotatoNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ