Chapter 3

970 133 4
                                    

Kini, semua perhatian tertuju pada Taehyung. Walau ini pertama kalinya mereka bertemu secara formal, Taehyung secara terang-terangan mengajak Jeongyeon untuk mengobrol hanya berdua dengannya, tanpa mau diganggu oleh lainnya. Hal tersebut ditanggapi dengan senang hati oleh Eomma Jeongyeon. Wanita paruh baya itu menyuruh Jeongyeon untuk berdiri dan mengajak Taehyung mengobrol dengannya di luar restoran. Jeongyeon yang ragu-ragu untuk berdiri akhirnya berdiri juga karena selain dipaksa oleh Eomma-nya, Eonnie-nya juga ikut memaksa. Bahkan, kakinya juga diinjak oleh Seungyeon yang bermaksud untuk menyuruh Jeongyeon cepat-cepat berdiri karena Taehyung sudah lumayan lama berdiri menunggu Jeongyeon.

"Kajja, Taehyung Sunbae" ajak Jeongyeon dengan senyum yang dipaksakan. Setelah itu, dia membungkuk hormat ke arah keluarganya, keluarga Taehyung dan segera melangkahkahkan kaki keluar restoran. Taehyung mengikutinya dari belakang.

Semua yang berada di ruangan tersenyum senang melihat interaksi keduanya. Jika dari awal saja sudah seperti ini, pastinya rencana pernikahan mereka akan berjalan lancar bukan?

~~~

Angin malam yang cukup dingin, berhembus menyapa wajah Jeongyeon setelah keluar dari restoran tersebut. Ia kemudian membalikkan badan untuk bertanya kepada Taehyung perihal maksud kalimatnya tadi. Seperti yang dapat diduga, lelaki tersebut langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan Jeongyeon.

Taehyung P.O.V

Aku mengikuti gadis menyebalkan ini dari belakang. Ketika berada di luar restoran, dia menanyakan maksud kalimatku tadi tetapi aku enggan menjawabnya karena sejujurnya aku hanya ingin keluar dari pertemuan tersebut. Aku lanjut melangkahkan kaki dan melihat sekeliling untuk mencari minimarket terdekat. Gadis menyebalkan itu tetap mengikuti langkahku dalam diam, walaupun aku tahu pasti dia sedang mengumpatku dalam hatinya. Ketika pandanganku menemukan sebuah tulisan minimarket, aku langsung masuk dan membeli barang yang dari tadi kubutuhkan. Sekotak rokok dan sebungkus permen penyegar napas. Ya, saat sedang banyak pikiran seperti saat ini, aku biasanya melampiaskan hal tersebut dengan merokok ataupun alkohol. Tapi untuk sekarang, rokok lebih tepat menurutku.

Ketika sedang membayar barang yang kubeli, aku melihat gadis tersebut sedang duduk berpangku tangan di luar minimarket. Entahlah, mungkin sedang menungguku. Dan benar saja, ketika aku keluar, dia langsung melihat ke arahku. Karena tidak ingin merokok di dalam restoran dan tidak ingin segera kembali kesana, aku memilih duduk dihadapannya karena hanya tinggal itu kursi satu-satunya. Kemudian aku mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Detik berikutnya, rokok tersebut sudah ada di mulutku.

Gadis yang berada di hadapanku menatap dengan wajah datarnya.

"Sejak kapan kau merokok?"

"Tahun lalu. Kau mau?" aku menyodorkan sebungkus rokok yang ada di atas meja mendekat ke arahnya.

"Kau gila?" seringai kecil muncul diwajahku karena reaksinya barusan. Aku tetap lanjut merokok tanpa mempedulikannya. Sebenarnya, aku hanya ingin mencari udara segar karena terlalu jenuh di dalam restoran. Karena itu, aku terus-terusan menatap Jeongyeon ketika ia makan agar merasa risih dan ingin segera keluar.

Tidak ada percakapan lagi diantara kami, hanya ada suara ombak pantai dan semilar angin malam yang sangat menenangkan. Kami tetap diam dalam waktu yang cukup lama. Dia tidak lagi menanyakan perihal tadi dan tetap duduk disana alih-alih kembali ke restoran. Bahkan sampai rokok kedua yang kuhisap tinggal sedikit, dia tetap duduk disana.

Gadis itu sibuk menatap langit malam, "Yeppo" gumamnya.

Aku setuju dengannya. Langit malam ini sangat indah karena banyak sekali bintang-bintang diatas sana. "Kau juga", aku menatap wajahnya sambil tersenyum hangat.

Our SecretsWhere stories live. Discover now