Sebelas

407K 6.9K 1.3K
                                    

ROMEO

Damn!

Tubuh ini begitu kaku dan sulit digerakkan, pukulan dari preman tadi malam rupanya cukup membuatku menahan rasa sakit semalaman. Kuulurkan tanganku untuk meraba posisi disebelahku, mencari sesosok gadis cantik nan cerewet yang kupeluk erat sepanjang malam. Kosong. Rupanya Natasha sudah tidak ada disampingku. Aku sedikit kecewa, padahal aku hanya ingin bermanja-manja lagi denganya. Wajarkan kalau orang sakit itu manja?

Kejadian semalam juga masih membuatku heran. Aku kenal betul wanita yang menginjak tubuhku semalam, kalau tidak salah dia ibu tiri Natasha. Dulu dia sering sekali datang ke sekolah tiap menerima surat peringatan dari guru BK karena pertengkaranku dan Natasha yang mirip seperti adegan smackdown. Konyol bukan? Dulu memang dia seperti preman sekolah yang hoby mem-bully murid-murid cupu dan aku seperti Superman dengan celana dalam Calvin Klein bukan celana dalam merah menggelikan itu.

Apa yang diinginkan ibu tiri Nat-nat yang kejam itu hingga tega-tega nya membayar preman untuk memukuli wajah tampanku ini? Mencari anak gadisnya? Untuk dijual pada pria kaya lagi? Cih.. aku benar-benar tak habis pikir, kenapa tidak dia sendiri saja yang menjual dirinya?

Dengan susah payah aku bangkit dari tempat tidur menuju pintu tanpa memakai bajuku, whatever lah dengan kondisi shirtless ku sekarang toh Natasha juga sudah melihatnya semalam. Mana ada sih wanita yang menolak pesonaku? Haha..

Begitu keluar dari kamar yang pertama kulihat adalah piring-piring kotor diatas meja makan. Begitu banyak untuk ukuran makan satu orang, apa porsi makannya sebanyak itu? Kalau dilihat dari tubuhnya kurasa tidak mungkin. Aku masih ingat sekali detail tubuh Natasha ditiap lekukannya, sangat.. damn! Sexy!

"Apa kamu gak bisa pake baju dulu baru keluar kamar, Romeo?"

Aku menoleh ke belakang, disana Natasha sudah menekuk wajahnya dan berkacak pinggang. Ya Tuhan.. terimakasih telah menurunkan kenikmatan di pagi hari.

Gadis ini begitu menggoda walau hanya menggunakan kamisol celana 15 centi diatas lutut. Rambutnya diikat asal keatas meninggalkan sedikit rambut dan poni disisi wajahnya, kedua kaki jenjangnya ingin sekali kujilati sampai dia menjeritkan namaku, terlebih lagi bahan satin pada kamisolnya membuatku ingin merasakan kelembutan bahan dan tubuhnya diwaktu bersamaan sambil memijat payudara favoritku itu.

Romeo... tenangkan dirimu sekarang! Atau kalau tidak kamu akan orgasme ditempat tanpa melakukan apa-apa!

"Romeo, kamu lagi gak mikir jorok kan?"   Kini dia persis ada di depanku.

Aku diam, kenapa dia bisa membaca pikiranku?

"Mending kamu duduk, biar aku bersihin luka diwajah kamu. Keburu nanti infeksi, lagian semalem mau aku bantu bersihin kamunya tidur."

Dia berlalu pergi ke kamar, mungkin mencari kotak p3k disana. Lihat saja, pagi-pagi sudah cerewetnya minta ampun. Apa dia tak bisa menggunakan kata-kata yang lebih simple? Misalnya, "Romeo sayang, aku bantu bersihin luka kamu pake lidahku ya?"   Mungkin itu lebih bagus kedengarannya haha..

Kurebahkan tubuhku bersandar pada sofa hitam yang ada diruang santai. Natasha mulai membersihkan luka-luka yang ada di wajah dan tubuhku, rasanya perih hingga aku harus memejamkan mata dan menahan jeritan dengan mengeratkan gigi-gigiku.

"Yap, selesai!"  dia tesenyum puas melihat hasil kerjanya, menurutku okelah untuk seorang lulusan sarjana Manajemen Bisnis.

"Thanks." 

"Kamu belom bilang kenapa bisa luka-luka gitu? Habis berantem ditengah hujan ya? Kebiasaan dari dulu gak pernah berubah, pasti berantem gara-gara rebutan cewek." 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 01, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dirty Little SecretWhere stories live. Discover now