8. Sore Itu

60 12 11
                                    

Sakura menghela sebelum kembali berjalan keluar dari daerah sekolah, memandang jauh langit yang sudah senja. Dia pulang lebih lama hari ini karena ketiduran di UKS.

Gadis itu melihat kearah segala penjuru sekolah. Sepi sekali, mungkin hanya tinggal dia dan pak satpam yang belum meninggalkan sekolah.

Gadis itu hari ini tak membawa kendaraan, sengaja ingin berjalan kaki dari sekolah sampai rumah. Jaraknya sebenarnya lumayan jauh juga jika ditempuh dengan kaki, namun menurut gadis ini tak ada salahnya toh juga tidak setiap saat.

"Batre gua udah mau abis," Ucapnya menghela melihat persentase batrenya  yang tak sampai 7%.

Jalanan ramai kala itu, jam pulang kerja. Namun trotoar juga tidak kalah ramai, banyak pejalan kaki ataupun orang-orang yang sedang jogging sore.

"Akse?"

Sakura memutar kepalanya kearah kiri. Melihat pemuda yang setengah babak belur itu tersenyum lebar. Dengan tangannya yang memegang hoodie merah serta tasnya yang di selempangkan itu.

"Yuta?" Kaget gadis itu melihat bibir bawah Yuta luka.

Yuta tersenyum, menghampiri Sakura yang terdiam memperhatikannya dari bawah sampai atas.

"Habis ngapain elu??" Tanya gadis itu.

Yuta merasa hangat.

Mata yang menatapnya penuh khwatir itu benar-benar membuat darahnya berdesir hebat.

"Ah enggak, tadi keroyokan." Ucapnya sambil menatap kearah lain, berbohong.

Sakura mendecih pelan. Kini sibuk merogoh tasnya, mencari sesuatu. "Ya udah kalo lu ga mau bilang, gapapa." Ucap gadis itu.

Sebuah plaster keluar dari tas Sakura. Gadis itu menghela lega, "Untung ada," Ucapnya sambil tersenyum.

Sakura mendekat kearah Yuta. Agak menjijit mengingat jangkungnya tubuh pemuda ini. "Lain kali jangan sampai luka gini, kalo luka dibibir lama sembuhnya. Perih juga pas kena air," Ucap Sakura sambil menempelkan plaster itu pada ujung kiri bibir bawah Yuta.

Yuta mematung. Tak bisa mengendalikan degupan jantungnya. Apalagi tangan halus dan wangi itu menyentuh bibirnya dengan lembut. Yuta menoleh sedikit kearah Sakura, dia terpana telak. Mata bundar yang terlihat teduh itu tampak fokus pada luka yuta. Apalagi ketika nafas Sakura menyentuh lembut pipi Yuta.

Yuta benar-benar dibuat gila dengan gadis didepannya ini.

"Nah, lain kali kalo luka lagi ga bakalan gua obatin" Ucap Sakura menjauh.

Yuta kembali tersadar setelah Sakura menjauh. Pemuda itu terkekeh, "Akse kalo begini, gua bisa baper loh." ucapnya iseng. Kemudian tersenyum tulus, "makasih ya," Sambungnya.

Sakura malah tersenyum menggoda, "Bagus dong? Gua ga baper sendirian." ucapnya yang berhasil membuat Yuta terpana untuk kesekian kalinya.

"Ah lu kok jadi serius, kan tadi bercanda," Ucap Sakura lalu kembali berjalan.

Tidak, bukan Yuta tidak tau itu bercanda. Namun hatinya terlalu menolak fakta bahwa itu adalah candaan yang Sakura lemparkan kembali padanya.

Yuta hanya tersenyum masam, berjalan di samping Sakura.

Jika dilihat dari belakang perbandingan badan dan tinggi mereka benar-benar menggemaskan. Apalagi Yuta yang merangkul akrab Sakura membuat siapa saja yang melihat akan berpikir mereka adalah sepasang kekasih.

"Kenapa pulang lama?" Tanya Yuta.

"Gua tadi ketiduran di UKS, soalnya kecapean habis jam olahraga." Jawab Sakura.

"Kecapean caper ama si Raja Raja itu apa emang karena olahraga?"

Sakura berhenti, menatap tak suka kearah pemuda itu. "Caper apa maksud lu?" Tanyanya.

Yuta tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya, sungguh. Itu sebabnya dia mengatakan hal tak baik itu pada Sakura.

"Halah, gua juga liat kali. Elu ama dia dekatnya minta ampun, naksir kan lu?" Tuduhnya.

"Apa sih Yuta?" Sakura benar-benar tak mengerti ucapan pemuda ini.

"Si Raja mah cakep ya kan, anak OSIS, ke sekolah bawa mobil, bening, ya wajar aja elu naksir"

"Gua ga naksir dia, lu tuh kenapa sih?" Tanya gadis itu makin bingung.

"Bohong."

"Gua udah jujur Yuta."

"Terus lu naksir siapa?"

"Yuta... Nakamoto nct,"

Yuta sempat terhenyak namun tak berlangsung lama, dia kembali memasang tampang wajahnya yang sebelumnya.

"Dah ah, males!" Sakura malah berjalan dengan cepat, menjauh dari Yuta.

Yuta tak bisa untuk tak tersenyum, lega rasanya mengetahui bahwa Sakura ternyata tak ada perasaan khusus dengan pemuda itu.

"Maaff yaa, ga bermaksud tadi." Ucap Yuta merangkul Sakura.

Sakura hanya bergumam pelan.

Mereka kembali berjalan bersama, menyusuri trotoar untuk sampai ke rumah.

"Denger-denger tadi yang bantu nangkap malingnya itu anak SMA scorpion, yang bajunya ungu itu."

Sakura dan Yuta kompak menoleh, melihat kearah ibu-ibu yang sedang gosip sore sebelum pulang kerumah masing-masing.

"Iya, tadi sempat kelahi juga! Malingnya bawa pisau euyy! Seram," Ucap yang lain.

Yuta meringis pelan melihat Sakura yang jadi mendengarkan dengan seksama pembicaraan ibu-ibu itu.

"Iya jeng aduhh, ya Allah! Anaknya tadi hebat banget jeng. Dia kelahi nya jago! Saya denger namanya Yuta Yuta begitu! Anaknya juga enggak minta upah loh jeng!"

Sakura langsung menoleh, menatap Yuta yang hanya terkekeh kecil.

"Ayo pulang," Ujar pemuda itu.

Sakura hanya tersenyum lebar mengangguk.

Sore itu menjadi sore yang penuh kejutan bagi keduanya.

emperor_na

emperor_na

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Yuta dan Sakuraحيث تعيش القصص. اكتشف الآن