FIVE

1.6K 223 4
                                    

"Kita semua harus nganut paham inul daratista, dimana yang namanya masalalu harus kita biarkan berlalu."

...

Somi menjelajahi kamarnya. Mencari-cari kotak berharga yang kini lupa terakhir dia simpan dimana. Kamarnya berantakan. Terlihat seperti habis diserbu para klan uciha dari serial naruto.

Seharian Somi mencari namun tak kunjung ketemu. Kini dia lelah. Jam didinding kamarnya menunjukkan pukul dua siang. Pantas saja dia merasa lapar. Somi turun dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar kemudian menuju dapur. Gadis itu membuka kulkasnya. Hanya ada sosis dan telur yang tersisa beberapa lagi. Tak ambil pusing, gadis itu segera mengambil wajan dan mengeluarkan sosis dan telur tadi dari dalam kulkas. Tangannya asik mengaitkan epron bermotif sasuke itu ketubuhnya. Setelah terpasang, dia pun mulai menggoreng sosis yang akan menjadi menu makan siangnya hari ini. Hm, Somi menghela nafasnya. Sungguh ironi pikirnya.

Somi makan dalam diam. Pikiran kembali berkelana, teringat kejadian dua hari lalu, dimana Haechan dan Kokoro pulang bersama, menggunakan mobil Kokoro. Lima tahun bersahabat dengan Haechan, Somi baru tau kalau ternyata cowok itu dekat dengan Kokoro.

Lagi-lagi gadis itu menghela nafasnya. Beberapa hari ini Haechan tidak menghubunginya, membuat dia merasa semakin kesepian.

Somi memeluk tubuhnya sendiri, kemudian mengelus kepalanya prihatin. "Somi yang kuat ya, lo pasti bisa ngelewatin semua ini. Semangat." Somi berseru untuk dirinya sendiri.

...

Senyum Somi langsung merekah sempurna begitu mendapat notif dari Haechan. Cowok itu mengiriminya pesan dan mengajak nya jalan-jalan. Somi sangat senang tentu saja. Dia juga harus bertanya pada Haechan perihal hubungan cowok itu dengan Kokoro.

Somi kembali menyimpan ponselnya dan bangkit untuk bersiap-siap. 25 menit dia berdandan dan kini Somi sudah rapi dengan tampilan casualnya. Sekali lagi dia mematut dirinya dicermin. "Cantik." Pujinya sendiri sambil tergelak.

Somi mengambil handbag dan ponselnya kemudian bergegas keluar rumah. Setelah mengunci pintu, gadis itu pun berjalan kedepan pagar menunggu kedatangan Haechan dan kawan-kawan nya. Ya, Haechan tadi sudah bilang kalau Renjun dan yang lain juga ikut. Somi ga masalah selama ada Haechan didalamnya.

...

"Keadaan lo sekarang gimana Som? Udah mulai terbiasa sendiri kan? Udah gapapa kan?" sejak tadi Yeri sudah mencekcoki Somi dengan beragam pertanyaan yang jujur membuat kepala Somi pusing. Bukan hanya gadis itu, Haechan dan Renjun pun dibuat jengkel dengan suara Yeri yang cukup cempreng itu.

"Yer, bisa diem ga?" sekuat tenaga Renjun menahan emosinya. Kini mereka berempat sedang berada didalam mobil Renjun. Jeno dan Jaemin udah ngacir duluan naik motor matic nya Yeri.  "Lagian lo kok ga bareng Jaemin aja. Ngapain lo bareng kita coba, sumpek." Renjun dan mulut pedasnya yeah. Namun Yeri bukanlah lawan yang mudah. Dengan kesal gadis itu menarik keras rambut Renjun hingga cowok itu mengaduh kesakitan.

"Mampus lo bedebah."

Astaghfirullah, Somi kaget denger umpatan Yeri barusan.

...

"Sekarang udah gapapa kan?" kali ini Haechan yang bertanya. Saat ini mereka tengah berada ditaman kota. Banyak stan-stan makanan karna kebetulan hari ini ada festival kecil kecilan disini. Teman mereka yang lain sudah berpencar entah kemana, menyisakan Haechan dan Somi yang tengah menikmati sate padang dihadapan mereka.

Somi tersenyum. "Udah gapapa kok. Lagian gue yakin, suatu saat ibu pasti balik lagi." Haechan ikut tersenyum. Lega mendengar Somi yang mulai bisa menerima keadaannya. "Semoga aja. Gue yakin ibu ga ada maksud buat ninggalin lo. Dia cuma gamau lo repot harus ngurus dia yang sakit-sakitan sementara lo harus jualan juga." Somi juga mencoba mengerti. Walaupun sampai sekarang dia masih tidak habis pikir kenapa ibunya sanggup meninggalkannya sendirian, dirumah yang besarnya hampir mengalahkan istana kepresidenan. "Jadi toko lo sekarang gimana? Lancar kan?" Somi mengangguk lagi. "Kalo weekend gue yang jaga." lapornya pada Haechan. Cowok itu tersenyum. Mendadak dia mengeluarkan cengiran konyolnya yang sudah lama tidak dilihat Somi. "Kalo gitu gue boleh dong minta dibungkusin satu. Bunga matahari Som, gue lagi pengen bunga matahari."

Somi memicing. Tangannya tergerak untuk menoyor kepala Haechan. "Bunga anggrek yang gue bawain kemaren lo rawat ga?" Haechan tersenyum bangga.

"Oh sudah pasti, engga."

Tbc

Sun x Flower (HAECHAN) (END)Where stories live. Discover now