Tokoh utama

455 31 73
                                    

Ting~ tring~ ding~

Suara dentingan merdu piano, menggema diseluruh koridor Vins akademi.

Suara lembut nan merdu yang bersumber dari sebuah piano dari ruang musik. Gadis berambut curly bubble gum, tengah memainkan jari-jari mungilnya diatas tuts hitam dan putih.

Seakan sedang mewarnai ruang musik yang terkesan monoton dengan nada-nada indah dari permainnya.

Cuit~ Cuit~

Burung-burung ikut menyanyi merdu mendengarnya.

Saat gadis itu menyelesaikan permainannya. Suara tepukan tangan langsung memasuki telinganya.

"Sempurna, seperti biasa. Putri musik,"

Mata pink muda gadis itu melebar gembira, kala melihat sosok pemuda di depannya. "W-wrath ?! Sejak kapan kau di sini ?,"

"Sudah lama. Sampai kau menyadariku ada disini,"

Pemuda berambut merah, Wrath berjalan menghampiri Patience. Di tangannya ada sebuah kaleng soda, tanpa basa basi. Ia melemparkan kaleng soda itu pada Patience.

Hampir saja kaleng itu menyentuh lantai, refleks dari tangannya yang cepat menyelamatkannya. Patience menghela nafas legah

"Huh...hampir saja...," ujarnya legah. "Terimakasih ya,"

Wrath mengangguk sekilas, lantas mengambil catatan Note dari atas piano klasik tersebut.

"Love...sorrow ?," Patience yang tengah meneguk soda, mengangguk kecil. "Iya. Love sorrow, kesedihan cinta,"

"Heh ? Padahal nada yang dimainkan begitu merdu, tak kusangka judul dari musik itu begitu menyedihkan,"

Senyum miring Wrath terbit kala mendengar ucapan Patience. Seakan tak memperdulikan ucapan Wrath. Patience melemparkan kaleng soda kosong ke tempat sampah dipojok ruangan.

"Kau tahu...," Patience berujar, sambil merenggangkan tubuhnya yang agak kaku. Terlalu banyak duduk di depan piano penyebabnya.

"Sesuatu yang sedih tak selalu jelek,"

"Aku tak berkata jelek,"

"Tapi, intinya kan begitu ?," Wrath melemparkan tersenyum tipis pada Patience. Diam-diam mengagumi kepekaan gadis Curly di dekatnya ini.

"Ada apa, kau kesini Wrath ?,"

"Hm ? Memangnya aku tidak boleh menemuimu ?,"

"Eh !? Bu-bukan begitu ! Seingatku, Pak Adjudicate sedang mengajar pelajaran olahraga. Dan aku tahu kau ini jarang bolos pelajarannya," Jelas Patience tidak enak. Wrath tak menjawab.

Tangan kanan pemuda itu dengan lembut membelai rambut bubble gum milik Patience. Samar-samar, semburat merah muda nampak diwajahnya.

"Sebenarnya karena hal ini aku menemuimu,"

Patience menatap bingung kearah koran sekolah yang dipegang Wrath. Tanpa basa-basi, segera mengambil---lebih tepatnya merebut---nya dari tangan cowok berambut merah itu.

"E-eh !? Ke-kenapa jadi begini !!??,"

Mata patience membulat sempurna, kala menangkap sosok dirinya pada sebuah foto di koran itu. Wrath mengacak rambutnya kesal.

"Aku tak tahu, mereka mendapatkannya dari mana. Huh ! Mereka mempermalukan kita !,"

"Love dan Jelaousy kali ini benar-benar keterlaluan ya ?," Patience tersenyum sabar, seraya menenangkan Wrath yang kelihatannya bisa meledak kapan saja.

Antagonis [Desime FF] [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang