Broke, huh?

107 15 0
                                    

Sudah memasuki semester tiga aku disini sebagai mahasiswa. Semakin sibuk dan tidak sempat aku memerhatikan Suzui beberapa bulan ini.

Lagipula aku belum siap untuk menyatakannya. Musim semi tahun ini akan datang.

Sudah kurencanakan, aku akan mengajaknnya bertemu sebelum ia lulus.

Aku terlalu larut dalam pemikiran ini beberapa hari hingga tugasku tidak selesai seperti yang kurencanakan.

Dengan tangan meneteng tas, aku memasuki perpustakaan. Karena sudah agak petang, ruangan ini jadi agak sepi, hanya diisi oleh penjaga dan dua mahasiswi. Aku belum menghitung orang yang ada di bagian dalam perpustakaan.

Seperti mahasiswa kebanyakan. Aku hanya seperlunya datang ke tempat penuh dengan informasi ini. Saat ada tugas dan jika memang bosan.

Memulai dengan sebuah buku bersampul biru, aku menandai kalimat yang mungkin bisa menjadi bahan acuan tugasku. Tengah ruangan memang selalu jadi favorit orang yang penakut sepertiku.

Penerangannya lebih baik.

Saat tanganku mulai pegal, aku menoleh pada seseorang yang sedang mencari buku di rak.

Suzui Ryouta.

"Oh, hai Yumeko. Tugas?" Tanya Suzui sambil menunjuk laptopku.

"Iya, Suzui sendiri sedang apa disini?"

Matanya menyipit. "Hanya bosan."

Aku melihat buku yang ia bawa.

"Bunga tulip?"

Anggukan menjadi jawabannya.

Tapi, untuk apa?

Seakan membaca pikiranku ia menjawab, "Hanya untuk menentukan pilihan, dan memberinya jawaban."

Aku mengangguk lalu kembali larut dalam tugas.

****

Sejujurnya aku tidak begitu penasaran. Hingga aku menemukan buku yang sama ada di internet.

Aku membacanya. Hanya mengenai bunga tulip, dari ciri – ciri fisik, famili, sampai makna dari tiap tulip yang warna dan jenisnya berbeda.

Namun, aku tetap membacanya. Ada beberapa hal membuatku curiga.

Sepertinya hanya ketakutan biasa.

Beberapa hari terlewat begitu saja. Aku sudah memutuskan sejak melihat buku itu di internet dan melihat kalender.

Lusa tepat pembukaan Keukenhof tahun ini.

"Suzui punya waktu untuk besok?"

Ia terlihat membolak – balikkan buku di tangannya mengenai anatomi tubuh.

Matanya menyipit menatapku. "Baiklah. Jam berapa?"

"Siang hari," kataku. Ia menggusak rambutku.

Ya Tuhan, jantungku berdetak keras.

"Baguslah, sore hari aku ada acara."

Aku menggangguk. Rasanya tidak sabar untuk besok.

Dan, untuk hal yang kutunggu – tunggu biasanya berlangsung lama.

"Ah, kenapa lama sekali untuk menunggu."

Langkahku semakin cepat kala melihat Suzui lagi. Aku ingin menyapanya. Ini sore hari, aku mengajaknya kencan – entah bisa disebut kencan atau tidak – saat pagi tadi.

Sebelum sampai dua belas meter jarakku dengannya, seseorang lebih dulu menyapanya.

Seorang gadis dengan dua buku di tangan.

Gadis ini, kan primadona fakultas biologi.

Mereka tampak sangat dekat. Aku juga melihatnya. Kedua mata itu tertutup saat tersenyum.

Sesak. Pandanganku buram sesaat hingga aku sadar.

Aku tidak lagi berniat mendekat.

Aku pikir ini pertama kalinya aku sakit hati.

Ternyata akan ada hal lain lagi.

****

Yellow Tulips ✅Where stories live. Discover now