Bagian 30

390 21 2
                                    

Nia pov

Aku kanget begitu menoleh,yahh suara bariton tegas nan lembut itulah milik hamdan.

Entah kenapa aku merasa ketakutan melihat mimik wajah hamdan yang begitu menyeramkan.

Aku dan mansour saling tukar pandang,mansour terlihat syokk dan aku berusaha untuk tidak gugup ,kau tahu perasaan ini seraya lagi maling ketangkap basahh itulah rasa yang lagi aku rasakan.

" kak fazza sedang apa disini " tanyaku untuk menetralkan suasana
" aku yang tanya kenapa tanya balik hah " hamdan terlihat marah tercetak jelas di nada bicaranya
Huft aku hampir saja mau nangis bisa-bisanya hamdan membentak aku,sabar nia sabar mungkin dia lagi PMS.
Aku menghela nafas sebentar namun mansour sudah berkata duluan.
" kau tidak lihat kak kita lagi duduk menikmati suasana malam pantai "
" ohhh menikmati pantai yaa,apa sampai semalam ini " terjeda sebentar " dan KAU (mengarah kepada nia) bilang sama mama kurang sehat terus apa ini ,berkeliaran di pantai " maki hamdan
Mampus aku dahhhh aku harus gimana iya memang aku ga sakit tapi pikiran ini yang sakit,hufttt bodohhh bodohhhh bodohhhh lagian ngapain juga sih pake acara ketemu di pantai jugaaaa.
" maaf kak,sekarang aku udah baikan dan aku merasa jenuh di flat makanya sekarang di sini mencari udara segar " elakku
" kau tak pandai berbohong nia " cicit hamdan
Aduhh inyong mumet kie jannnn ada yahh orang sok misterius gitu kek mbah dukunn tau gaaa.
" terserah kakak aja mau percaya apa tidak " ujarku
" tidakkk " ucap hamdan singkat
" sudahlah kak ini bukan salah nia lagian apa salahnya nia cari udara segar " ucap Mansour
" masalahnya adalah kau mansour,kenapa bisa kalian berada di tempat yang sama apa kaliann " ujar hamdan seraya menajamkan tatapannya.
" aku????masalah ??? Aku ga ngerti kak,aku juga ga sengaja ketemu nia dan akhirnya duduk disini menemaninya " ucap mansour.
Aku bingung harus berucap apa takut-takut malah makin berbohong dan menyakiti hati hamdan tapi ehhh kenapa aku mesti begitu kan bukan urusannya terkecuali ya aku ini kekasihnya tapi kan bukan kenapa harus aku takut iya kann.
" apa aku harus percaya ucapanmu mansour " tanya hamdan
" itu semua tergantung kau kak " cicit mansour
" sekarang aku mau tanya serius mansour, apa yang membuatmu membantu nia dan memenjarakan mantan kekasihnya,meminta ijin untuk mendeportasinya dan juga meminta ijin petugas kantor polisi untuk membiarkan nia membesuk fadli hmmm jelaskan " titah hamdan

Aku yang mendengar ucapan hamdan bagai tersabar petirrr⚡⚡⚡⚡⚡
Kenapa bisa tau semua diaaa ajib bin ajaib nih orang,sumpah aku ga ngerti jalan pikirnya kenapa hamdan bisa sekepo ini sama hidup aku.

Mansour terlihat syokkk karena hamdan ternyata mengetahuinya.
" karena aku peduli dan sayang sama nia, yaa aku melakukan semua itu karena aku sangat mencintai nia dan menginginkan nia,apa aku salah.aku yakin jika kau di posisi ku kau akan melakukan hal yang sama denganku melindunginya dengan caramu dan aku juga mencintainya dengan caraku " jelas mansour.

Hamdan terlihat semakin murka dengan jawaban mansour tapi ia berusaha untuk relax karena hamdan sudah di didik untuk kebal terhadap emosinya terkecuali ya kadang-kadang namanya juga manusia ada khilafnya.

" wow ternyata cinta yang mendasari kau berbuat demikian baguss sangat-sangat romantis menurutku sungguh aku merasa terharu " ucap hamdan sok sabar padahal argggggggg dihatinya.

Aku yang sedari tadi diam mematung mulai jengah dengan polah mereka yang saling beradu argument dan aku menyerah mending pulang dan besok pagi menemui fadli di airpot.

Aku berdiri di antara pria jangkung yang kini terlihat saling menatap tajam. coba bayangkan aku cuma tingginya sebatas dada mereka harus melerai mereka butuh kerja keras dan tenaga.

" oke karena sudah malam sebaiknya kalian semua pulang " ucapku
Mereka berdua tidak mengubris ucapan nia dan hanya diam mamatung.

" ya sudah kalau kalian tidak mau pulang aku yang pulang assalamualikum " ucapku lagi dan hendak beranjak pergi tapi lengan ku terasa ada yang menahannya.
" kau ikut denganku please " ucap hamdan
Aku melirik kearah mansour seolah berkata untuk menolak ajakannya tapi justru aku mengiyakan ajakan hamdan terlihat jelas rona kecewa di wajah mansour.

My Idol My HusbandWhere stories live. Discover now