Part 9

30 4 2
                                    

Sebenarnya apa yang terjadi sih?

Ahh...Daripada aku pusing memikirkannya mendingan aku pergi ke rumah orang itu.

"Dah semua...Aku pergi dulu ya" pamitku kepada kak Bryant dan Molly. Aku pun keluar dari rumah sakit. Lalu, aku pun pergi menuju ke rumah itu.

Sesampainya di rumah itu...

"Ih, kok masih sepi sih" ujarku sendiri. "Kemana sih orangnya" ujarku lagi. Aku pun duduk di depan pagar rumah orang itu.

Beberapa menit kemudian...

Aku melihat mobil yang ingin masuk ke rumah orang itu.

"Aahh akhirnya dia pulang...ternyata dia nggak ada di rumah" aku pun berdiri dan menepi. Orang itu turun dari mobilnya dan membuka pagar. "Nggak salah lagii..ini pasti orang yang kemaren" ujarku setengah senang. Dia pun masuk ke dalam mobil dan memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya yang luas. Aku pun mengikutinya masuk ke dalam rumah.

Aduh..ngomong nggak ya? Ah entar dia malah kaget. Tapi, kalau aku diam saja nggak ada gunanya juga..duh bingung...

Diapun memasuki sebuah ruangan, sepertinya kamarnya. Kamarnya sangat berantakan. Sangat sangat berantakan. Baju disana disini. Buku-buku ada yang dilantai dan dikasur. Sampah dimana-man.Dan kamarnya bau.

"Orang ini tidak pernah bersihin dan rapiin kamarnya apa ya? Tidak terurus begini!" ujarku sambil menutup hidungku.

Orang itu menjatuhkan dirinya di kasur. "Hfft..lelah sekali" ujarnya sambil menutup matanya dengan tangannya.

Aku pun memulai percakapan. "Hmm..eee anu..ka..kamu bisa dengar suara aku nggak?" tanyaku. Orang itu pun kaget dan beranjak dari kasurnya. "Siapa kau?" tanyanya dengan kaget setengah teriak.

Aku tidak tau harus berkata apa. "Huft..mungkin hanya imajinasiku saja" ujarnya. Dia pun menjatuhkan dirinya ke kasur lagi. "Ini bukan imajinasi kamu kok. Aku emang ada disini" ujarku.
"Aaah..sudahlah..Mungkin aku sudah gila..aku mendengar imajinasiku sendiri haha" ujarnya. Orang itu menganggap suaraku ini hanya imajinasi. Dan dia sekarang tertawa sendiri. Seperti orang gila.

Duhh..aku harus apa supaya dia percaya kalau ada aku disini.

"Ini bukan imajinasi kok. Maaf sebelumnya..aku ini memang tidak terlihat karena aku ini roh" ujarku. "Arrgghhh..suara aneh ini menggangguku" ujarnya setengah kesal sambil menutup telinganya dengan bantal.

"Heyy aku harus apa supaya kau percaya aku ada disini " ujarku setengah teriak.

Hhmm..gimana caranya ya?

"Hmm..kau..habis kehilangan ayahmu kan? Aku turut berduka cita ya" ujarku.

Lelaki itu membuka matanya kembali. "Suara itu..suara...suara yang pernah aku dengar ketika aku berada di taman rumah sakit" ujarnya sambil beranjak dari tempat tidur. "Iya ini aku" jawabku.

"Jadii kauu..jadi itu bukan imajinasi ku??" tanyanya kaget. "Aku kan sudah bilang daritadi" jawabku. "K..kau..." lelaki itu pingsan. "Huuhh..malah pingsan. Huh..ya sudahlah!" Aku pun hanya bisa menunggunya sadar.

_______________________________________
Hari Kedelapan

Terik matahari membangunkanku.

"Ya ampun sudah pagi". Tak kusangka, aku ketiduran ketika menunggu lelaki itu sadar dari pingsannya. Lelaki itu masih tertidur.

Alarm lelaki itu berbunyi. Dia pun bangun dan mematikan alarm. "Ya ampun udah jam 7."

Ia pun segera beranjak dari kasurnya. "Hftt dasar" keluhku. Dia pun memasuki kamar mandi.

Till I become a SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang