Part 7

9K 210 2
                                    

#MENIKAH_DENGAN_SETAN
#PART_7
#ISRINA_SUMIA

https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=2430564283672115

“Mau apa kamu?” tanya Halimah gusar. “Jangan mendekat!” lanjutnya sambil mengambil benda keras—di sebelahnya—untuk ia gunakan sebagai senjata.

“Aku ini suamimu, hak aku untuk masuk ke kamarmu!” jawabnya tegas. lelaki itu kemudian membanting pintu.

“Aku mohon, jangan!” mohon Halimah, jiwanya kaku. Ia terjebak dan tak mampu melawan.

“Bukankah ajaranmu itu yang selalu menyuruh istrinya untuk taat pada suami?” jawabnya seraya menangkap tangan wanita yang sudah tak berdaya itu.

“Lepaskan benda itu!” pintanya sambil melotot.

“Aku mohon, jangan lakukan ini!” Halimah memohon, tangisannya pecah. lelaki itu menciumi wajahnya dengan penuh nafsu dan kegilaan, layaknya setan yang haus akan darah.

“Tolong, tolong aku!”

“Non, bangun Non!” Suara Sum terdengar begitu jelas.

“Hah?” Halimah terbangun, seluruh tubuhnya basah karena keringat.

“Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah!” Ia meludah ke kiri.

“Alhamdulillah, ini hanya mimpi. Terima kasih Mbok Sum, sudah membangunkan saya.”

“Ya, Non. Non, Aden sudah manggil Non dari tadi.”

“Oh, iya Mbok, saya segera keluar.”

Halimah keluar, ia menuju meja makan. Saat itu sudah pukul delapan malam. Rumah itu bagaikan istana baginya. Untuk menuju setiap ruangan, ia perlu berjalan antara 10 hingga 30 meter. Ia pun berhenti di ruang makan, lelaki itu—yang baru ia kenal beberapa hari—duduk di atas meja, menghadap ke arahnya.

Setelah berjumpa, dan makan malam. Halimah paham begitu tegas dan kerasnya Rhandra. Malam ini ia meminta padanya untuk melakukan beberapa tugas untuk membantu Sum. Rasa syukur pun terjaga di hati karena setidaknya Rhandra tak meminta haknya sebagai suami. Itu lebih baik, pikirnya.

Bersama Sum ia menuju ruang kerja yang dibilang masih berantakan. Ruangannya berada di lantai dua lorong kiri dari tangga, dan kamarnya berada di lorong sebelah kanan. Ditemani Sum, ia membersihkan ruangan yang menjadi tempat favorit Rhandra. Ruangan itu dipenuhi buku-buku di dindingnya. Sebuah meja dan lampu meja ada di tengah, tidak ada jendela di sana.

“Mbok, kenapa hanya Rhandra yang boleh menyalakan lampu?” tanya Halimah heran.

“Karena hanya ruangan Den Rhandra yang tak berjendela, semua ruangan yang ia tempati tidak memiliki jendela, makanya ia bebas menggunakan lampu. Aden tak ingin ada orang yang tahu bahwa rumah ini masih berpenghuni, makanya di ruangan lain hanya boleh dipasang lilin atau lampu minyak yang sinarnya masih kalah dengan sinar rembulan.”

Halimah semakin penasaran dengan alasan Rhandra yang tak ingin orang tahu akan keberadaannya.

“Tapi hari ini Den Rhandra, meminta Simbok untuk menambah lampu minyak di kamar Non.”

“Kenapa?”

“Sepertinya ia khawatir sama Non.”

Dug! Dug! Dug!

Halimah terperangah “Suara apa itu Mbok?”

“Pak Darmin sedang memaku jendela di kamar Non, biar cahaya dari dalam tidak keluar.”

“Apa?” buru-buru Halimah berlari ke arah kamarnya. Ia tak bisa membiarkan Darmin menutup mati jendelanya, jendela itu adalah sumber kehidupan baginya, asma Allah jelas berada di ukiran itu. “Berhenti, Pak!”

MENIKAH DENGAN SETANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang