1. Lembar Pertama

885 47 2
                                    

Aku tak lainnya dia, mengharapkan gerimis akan sedekat hujan. Bersamanya aku pandai bermimpi, pandai berkhayal, jika suatu saat nanti dekapnya akan jadi milikku, dan hangatnya akan melindungi setiap inci tubuhku. Yang aku mengerti jika bersamanya tawaku tak akan habis, semangatku tak akan reda, senyumku tak akan sirna.

Malam mengajakku berandai-andai dengan sambut suara indahmu, andai saja jarak menjadi tiada diantara kita, mungkin tak ada satupun bantahan yang bisa menyalahkan gema cinta paling merdu milik kita yang saling menyeru.

Namun sekali lagi. Aku tak lainnya dia, terbelenggu pada jarak yang lebih panjang dari sejarah, lebih pedih dari bentangan laut mati, dan lebih berat dari beban kesedihan seorang penyair putus asa. Satu kali kata cinta itu sampai padaku adalah saat kamu mengaku "Aku cinta kamu, La. Seandainya aja kita gak jauh, mungkin kita udah pacaran."

Tahukah kamu kata paling hampa yang terulang dikepalaku dari kalimat itu; seandainya, mungkin. Dua kata yang menjadi musuh kita. Dua kata yang menggariskan takdir kami cacat tangan dan kaki. Tidak berdaya.

Kuingat hari itu, hatiku patah menjadi dua, dan senyum paling getir tersuguh dihadapanmu. Aku menghabiskan waktu panjang dengan mencintaimu, aku berdoa pada setiap kebahagianmu yang mana itu menjadi kesedihan yang meracuni segenap sanubariku. Andai saja kamu mengerti, jika tak apa untuk jujur kepada perasaanmu jika kita tak mampu bersama, setidaknya katakan kamu cinta padaku lebih cepat, mungkin akan ada banyak waktu aku memberimu cinta sebanyak yang kamu ingini.

Kini seperti yang aku yakini, cinta adalah bungkusan kebohongan yang mencoba menyelamatkanmu dari rasa patah paling ngilu. Tapi, yakinlah terlepas dari upayamu mencoba memperlihatkan cinta tanpa pengakuan, aku telah memungut serpihan perasaanku dengan iringan tawa kecil agar kamu tak merasa bersalah telah membuatku jatuh cinta tapi tak menyambutnya.

Tulisan ini tidak ditulis untuk menyalahkanmu, tidak pula untuk mengulang kesedihan yang pernah ada. Tapi tulisan ini adalah pengingat, bahwa disepanjang waktu yang pernah ada aku dan kamu, kita pernah saling jatuh cinta. Tulisan ini adalah tiga tahun panjang yang penuh tawa dan lelah hingga aku benar-benar mengakhiri kisah kita dengan akhir bahagia yang tak siapapun bisa mengerti selain mereka yang mencoba mengikutinya hingga lembar terakhir.

Oleh Waktu: 10 Hari Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang