1

1.4K 99 2
                                    

Alam selalu punya cara tersendiri untuk menyampaikan kabar berita bagi semua makhluk yang hidup di dalamnya. Baik itu berita buruk atau berita bahagia. Dia bisa berkomunikasi, hanya saja makhluk yang bergantung padanya seringkali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh alam.

Pagi ini udara dingin menyebar diseluruh daratan, sisa - sisa malam belum benar - benar terhapus dan tergantikan eksistensinya meski matahari sudah mengintip dari balik bebatuan bukit. Sinarnya mewarnai langit menjadi merah. Merah yang indah namun berbeda.

Pepohonan masih basah oleh embun yang menggantung di pucuk - pucuknya. Berkilauan terkena sapuan sinar matahari. Aneh,t ak ada kicauan burung seperti biasa. Pagi ini sunyi dan dingin. Terasa hembusan angin pelan menggerakan sedikit dedaunan, menambah dingin suasana. Pun itu dirasakan oleh seorang wanita paruh baya namun kecantikannya masih tetap terjaga yang terus merasa gelisah dengan pertanda yang ditunjukkan alam.

"Ada apa Guru?''

Seorang wanita yang sejak tadi berdiri tegap di salah satu batu besar sambil menatap langit, menoleh sebentar ke belakang. Rambut pirangnya yang diikat sedikit bergerak.

"Kau lihat di atas?'' Wanita itu menatap langit dengan matahari yang semakin muncul menampakan dirinya. Menyorotkan sinarnya ke penjuru arah. Menerangi hingga ke celah - celah yang mampu dilewati.

"Langitnya indah guru'' jawab seorang gadis di belakang wanita itu, begitu matanya menangkap semburat warna merah di langit.

"Matahari merah terbit. Darah sudah tertumpah. Waktunya semakin dekat'' gumam wanita itu, membuat sang murid mengeryit bingung. Helaan napas sang guru membuatnya enggan untuk bertanya apa maksud ucapan wanita itu.

"Dia kembali. Penguasa kegelapan kembali dan mulai menghancurkan kerajaan - kerajaan besar'' Si wanita berbalik, menatap wajah muridnya yang masih kebingungan dengan ucapannya.

"Mari masuk ke rumah. Kita harus mengumpulkan tenaga. Peperangan besar mulai mendekat'' si wanita berjalan dengan kedua tangan di belakang punggung. Bicara tanpa menjelaskan pada gadis di belakangnya yang terusik dengan ucapan sang guru.

"Baik Guru'' meski tidak mengerti, namun sang murid tetap mengikuti langkah gurunya masuk ke dalam pondok sederhana yang dikelilingi pepohonan rindang di lereng bukit yang subur.

🔯

Derap kuda berlari cepat di dataran landai berbatu, diantara bukit - bukit tandus menghasilkan debu pekat yang akan membuat napas sesak siapapun yang tidak sengaja menghirupnya. Matahari bersinar cerah meski cahayanya belum mampu menghalau hawa dingin yang di tinggalkan malam.

"Istirahat disini dulu'' Satu pengendara menghentikan laju kudanya di dekat sebuah batu besar, suara ringkik hewan terdengar. Pengendara yang lain ikut menghentikan tunggangannya. Keduanya melompat turun, membiarkan dua hewan tunggangannya berkeliaran memakan rumput yang tumbuh di sekitar situ.

Dua pria berbeda warna rambut duduk bersandar pada batu besar. Sengaja menyembunyikan diri agar tidak terlihat.

"Anda baik - baik saja Yang Mulia?'' Si pria berkuncir, memandangi luka - luka di tubuh rajanya. Khawatir dengan keadaan Naruto.

Tidak ada jawaban. Yang ditanya diam saja. Tatapannya kosong ke depan. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya dan kerajaannya semalam. Dia tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Yang dia tahu pasukan orc itu sudah terlihat dikejauhan, mendekat ke kerajaannya. Dirinya hanya bisa menyelamatkan sebagian rakyatnya yang tinggal dekat istana. Sisanya, tewas oleh kekejaman para monster. Naruto berharap, orang - orang itu kini sudah jauh meninggalkan Galadril dan menemukan tempat yang aman.

GRAY LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang