📍Lima

1K 199 41
                                    


Haloooo~

Long time no see ya😊
Aku kembali lagi untuk melanjutkan book yang sudah lama tidak dilanjutkan hehe.

Happy reading and Vote comen don't forget~

Yang suka siders, ayo muncul ke permukaan😊




********************

Seongwoo membuka matanya dengan berat, ia memegangi kepalanya yang tiba tiba dihantam oleh rasa sakit dan pening bukan main.

Ia melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Sudah jam 4 sore, yang berarti sudah 8 jam lebih ia berdiam diri dikamar sampai tertidur. "Daniel pasti belum makan." Dengan perlahan, seongwoo bangun dan turun dari kasurnya. Rasa pusing itu ia abaikan.

Sesampainya pemuda itu di dapur, ia langsung mengecek isi kulkasnya. Mengambil bahan yang ingin ia masak. Ia menggelengkan kepalanya sedikit, untuk mengusir rasa pusing yang masih hinggap dikepalanya. Seongwoo berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya.


Ting...tong...

Suara bel rumah membuat atensi seongwoo teralihkan. Buru buru ia berjalan menuju pintu, untuk segera dibuka. Siapa tau itu tamu penting. Seongwoo membuka pintu rumahnya dan kaget. Di depannya sudah berdiri seorang wanita paruh baya dengan senyuman lebar yang terpancar dari wajahnya.

"Seongwoo-ya, ibu merindukanmu nak." Itu ibu seongwoo, yang langsung memeluk anak bungsunya, yang kini sudah menjadi anak tunggal.

"Ibu datang?" Seongwoo membalas pelukan ibunya dengan wajah bingung. "Kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu?"

Ibu seongwoo melepas pelukannya, memberikan kecupan sayang di pipi sang anak, lalu berjalan masuk. "Ibu hanya kebetulan lewat tadi. Ibu juga membawakan makanan untuk mu dan daniel. Omong omong, dimana suami mu?" Ibu seongwoo meletakan rantang berisi makanan yang ia bawa keatas meja dapur.

Seongwoo berjalan dibelakang ibunya, memijit pelan pelipisnya. "Um, dia dikamar, mungkin." Seongwoo duduk disalah satu kursi makan, yang sering daniel duduki.

Ibu seongwoo menatap anaknya dengan alis yang bertaut. "Ada apa denganmu nak? Kau sakit? Wajahmu pucat."

Seongwoo langsung menggelengkan kepalanya. Menghindari tangan ibu yang hendak menyentuh dahinya. "Aku, baru saja bangun. Ini hanya efek karena masih mengantuk bu." Seongwoo berkilah dan tersenyum lembut.

"Ibu bawa apa? Wah-sudah lama aku tidak makan kimchi dan bulgogi buatan ibu." Seongwoo tersenyum lebar saat melihat makanan kesukaannya. Ibu menyalin makanan itu kedalam piring, dan kemudian mencuckan tempat makan milik ibunya itu.

Cukup lama mereka mengobrol. Akhirnya ibu seongwoo berpamitan untuk pulang. Seongwoo memeluk erat ibunya, sedikit meminta dukungan batin secara tidak langsung.

Seongwoo tidak menceritakan apapun masalah dengan daniel pada ibunya. "Ibu pulang dulu. Jaga kesehatanmu sayang. Kapan kapan ajak daniel berkunjung kerumah." Seongwoo mengangguk pelan, mengiyakan.

Baru saja seongwoo menutup pintu dan berbalik. Ia melihat daniel dengan dibalut celana pendek dan kaos putih berlengan pendeknya, sedang menuruni anak tangga. "Apa kamu lapar? Tadi ibu berkunjung, dia membawa makanan. Kamu bisa makan itu karena sudah kusiapkan diatas meja tadi." Setelah herkata demikian, seongwoo langsung berjalan menuju kamarnya. Mengabaikan tatapan datar dari daniel yang mengarah padanya.

Wajah pucat dan lesu seongwoo mampu menarik sedikit rasa keingintahuan pria itu. Ia ingin bertanya, namun diurungkan. Ia lebih memilih duduk dikursi dan menyantap makanan yang telah tersedia.

Setelah selesai makan, tanpa membereskan bekasnya terlebih dahulu, daniel lansung bangkit untuk kembali ke kamarnya.

Namun baru beberapa langkah pria berbahu lebar itu menaiki tangga. Dari arah kamar seongwoo, ia mendengar suara debaman yang cukup keras. Karena merasa adanya sesuatu yang aneh, daniel langsung berlari pelan memasuki kamar itu.

Mata daniel melebar seketika, sesaat setelah ia membuka pintu. Di dekat kaki kasur, seongwoo tergeletak tak berdaya dengan wajah yang pucat. Dengan cepat daniel langsung menghampirinya dan mengangkat tubuh kurus seongwoo.

"Sial, panas sekali. Menyusahkan saja."

Daniel melajukan mobilnya segera menuju kerumah sakit, setelah berhasil membawa seongwoo untuk masuk dan meletakkannya ke kursi penumpang disebelahnya.



.
.
.

Seongwoo membuka matanya dengan perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah langit langit ruangan berwarna putih dan bau obat yajg langsung menyeruak masuk ke indera penciumannya.

Ia hendak bangun, namun diurungkan ketika rasa pening menghantam kepalanya. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap berbaring. Hingga sebuah suara datar mengambil atensinya.

"Apa kamu terlahir hanya untuk menyusahkan orang lain saja?! Gara gara membawamu kemari, pekerjaanku menjadi terbengkalai. Sialan!"

Perkataan daniel menghantam ulu hati terdalamnya. Hingga tanpa sadar air mata menetes dan mengalir begitu saja dari pelupuk matanya. "Maafkan aku." Daniel memutar bola matanya dengan jengah. Ia melemparkan plastik berisi makanan kearah seongwoo, dan kemudian menutup pintu itu.

Seongwoo langsung mengusap jejak air matanya, dan tanpa sadar bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil. Memang ucapan daniel tadi membuat goresan kecil dihatinya, namun sikap daniel barusan mampu mengobatinya langsung.




😊




-tbc-

A/n
Gimana? Kangen gak sama aku?
Harus kangen ya, aku maksa😋

Pendek dulu, sebagai pemanasan gara gara lama gak ngetik hehe

Semoga suka~


Semoga suka~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cha❤_

Beautiful 📍 OngNiel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang