02 - Patah Hati

12.5K 750 6
                                    

Jika memang tak punya rasa, maka jangan main-main! Soalnya ini hati, bukan boneka.
🍁

Dua tangan itu saling menggenggam. Memamerkan kemesraan di depan beberapa pasang mata pengunjung kantin. Terutama pada Chayra, Arifa, dan Gavin yang menempati meja yang sama.

"Kenalin, ini pacar gue," ucap Jackson sambil mengeratkan genggaman pada tangan pacar barunya itu.

Di dalam hati Chayra, seperti ada suara petir yang menggelegar. Jackson, cowok yang diam-diam ia suka memamerkan pacar baru padanya. Cowok yang semalam bertukar pesan dengannya. Cowok yang selalu perhatian padanya. Cowok yang kini membuatnya patah hati. Cowok yang ternyata hanya memainkan perasaannya. Jika saja cowok itu tidak mendekatinya dulu sejak dua bulan lalu, Chayra bertaruh kalau dirinya tidak akan jatuh cinta pada Jackson.

Keterlaluan sekali si Jackson, sudah mempermainkan perasaannya. Rasanya Chayra ingin mengeluarkan umpatannya. Namun, sebisa mungkin ia menahannya. Takut jika ia benar-benar melakukannya, bukan hanya umpatan yang keluar, karena air mata bisa saja ikut keluar. Dadanya terasa sesak.

"Gue ke toilet dulu, ya." Chayra berucap sembari beranjak dari tempat duduknya.

Gavin yang peka, sudah tahu kalau Chayra hanya mencari alasan untuk menghindar.

Chayra berlalu pergi, bukan ke toilet, namun ke tempat yang paling sepi dari penghuni sekolah. Gudang sekolah, tepatnya di belakang gudang sekolah ia berhenti. Berjongkok, dan melipat kedua tangannya di atas lutut untuk menenggelamkan wajahnya. Lalu, ia menumpahkan rasa sesak itu di sana. Ia menangis. Ia juga menyalahkan dirinya yang terlalu berharap.

Sebenarnya Chayra keliru. Ia pikir di sana tidak ada orang. Namun, tanpa disadarinya ada seorang cowok yang duduk berselonjor dengan punggung yang bersandar pada dinding gudang. Cowok itu menatap ke arah Chayra sekilas, merasa terganggu dengan kehadiran cewek itu. Cowok itu tak lain adalah Darrell. Si peringkat satu di kelas Chayra.

Darrell tak acuh. Kembali memusatkan fokusnya pada buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Ia benar-benar tidak ingin mencampuri urusan cewek peringkat dua di kelasnya itu. Ya, karena ia tidak tahu kalau cewek itu suatu hari akan menjadi sosok yang memenuhi pikirannya.

Chayra mengangkat wajahnya. Air matanya ia seka. Seketika ia tersentak kaget ketika mendapati Darrell duduk tidak jauh darinya. Bagaimana bisa cowok itu ada di sana? Sejak kapan cowok itu ada di sana? Apa cowok itu melihat ia menangis? Bagaimana ini?

Segala pertanyaan memenuhi otaknya Chayra. Di satu sisi ia sangat malu. Apalagi Darrell sekelas dengannya. Apa ia harus menyapa Darrell dan meminta cowok itu agar tidak mengatakan pada siapa pun? Tidak, itu bukan ide yang bagus. Bukankah Darrell itu pendiam? Pasti cowok itu tidak akan mengatakan pada siapa pun. Jadi, lebih baik Chayra berlalu pergi.

Chayra merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia jadi secengeng itu gara-gara patah hati?  Lalu, gara-gara patah hati ia jadi malu pada Darrell. Ya, Darrell, si cowok yang suatu hari akan mengisi hatinya.

Sebelum kembali ke kelas, Chayra ke toilet terlebih dahulu untuk membasuh wajahnya di wastafel toilet. Ia tidak bisa kembali ke kelas dengan wajah seperti itu. Pasti terlihat seperti orang yang baru selesai menangis.

Sesampainya di depan kelas, ia melihat Gavin yang menatapnya cemas. Detik berikutnya, Gavin memeluknya erat.

"Chayra, lo dari mana aja?"

Gavin tahu apa yang dirasakan Chayra. Ia begitu cemas kala Chayra yang tadinya meminta izin ke toilet tidak kunjung kembali ke kantin. Katakan saja ia berlebihan, karena itu memang betul adanya. Meski Gavin sering menjahili Chayra, ia sangat menyayangi cewek itu. Ia tidak rela sosok yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya itu sakit hati.

Ketika kelas enam sekolah dasar, Gavin dan Chayra menjadi yatim piatu karena orang tua mereka kecelakaan dalam mobil yang sama. Saat itu pula, Gavin berjanji akan menjaga Chayra hingga cewek itu menemukan laki-laki yang akan menjaga adik sepupunya itu. Meski saat itu ia masih kecil, dengan meninggalnya kedua orangtuanya, ia sadar kalau ia harus menjaga apa yang tersisa untuknya. Kakeknya dan Chayra, adalah sesuatu yang sangat berharga baginya.

"Gavin, lepasin, ih!" Chayra merasa sesak dengan pelukan Gavin yang begitu erat. Selain itu, ia risih dengan tatapan siswa-siswi yang berlalu-lalang di koridor.

Memang tidak banyak yang tahu kalau Gavin dan Chayra adalah sepupu. Di sekolah, hanya teman-teman sekelasnya Chayra dan teman dekatnya Gavin yang tahu kalau mereka sepupu. Itulah mengapa Chayra selalu meminta Gavin untuk berangkat sekolah awal-awal agar tidak ada yang tahu hubungan mereka. Karena ia tahu, ada banyak siswi yang menaruh hati pada Gavin, si mantan OSIS itu. Jackson saja kalah dengan pesona Gavin. Dan juga, Jackson bukanlah cowok yang tampan. Wajahnya biasa-biasa saja, namun bisa membuat Chayra jatuh hati.

Gavin menguraikan pelukannya. "Si Jackson itu, mukanya udah pas-pasan, pakek nyakitin hati adek gue lagi. Pengen banget gue hajar dia biar tau rasa. Dan lo Chayra, mulai sekarang kalo suka sama seseorang bilang dulu sama gue, biar gue seleksi ketulusannya. Atau enggak gue yang bakalan cariin lo cowok yang baik.

"Oh iya, sekarang kita udah kelas dua belas, jadi lebih baik lo gak usah mikir soal percintaan dulu. Belajar, dan belajar. Lo kan mau jadi dokter. Jadi, harus rajin belajar biar lulus ujian masuk perguruan tinggi. Lo harus lulus di fakultas kedokteran. Lo gak boleh galau karena cinta. Lo harus tau ya, gue sama kakek sayang banget sama lo. Jadi, lo harus banggain kami." Jiwa emak-emak Gavin keluar.

"Iya, Gavin. Gue gak bakalan galau. Gue bakalan fokus belajar." Chayra berusaha tersenyum. Ia memang rada sebal pada Gavin yang suka jahil padanya. Tapi, ia tahu, di balik kejahilan Gavin, ada perhatian dan rasa sayang yang begitu besar padanya.

"Nah, gitu dong. Anti galau-galau. Ya udah, masuk kelas sana! Gue juga mau balik ke kelas. Bentar lagi bel masuk bunyi." Gavin mendorong Chayra masuk ke kelas cewek itu.

Mereka memang tidak sekelas. Chayra IPA dan Gavin IPS.

"Semangat belajarnya, anti galau!" Gavin memperingati sebelum bergegas pergi.

"Siap, Bos!" seru Chayra kala Gavin masih melihat ke arahnya.

"Enak bener ya lo punya sepupu ganteng dan perhatian kayak Gavin. Gue jadi cemburu tau gak," canda Dinda, teman sekelasnya Chayra.

Chayra hanya terkekeh sambil kembali ke tempat duduknya. Meski demikian, ia masih memikirkan Jackson. Melupakan seseorang memang sulit.

Ia harap, secepatnya ia bisa move on dari Jackson. Dan bertemu dengan cowok yang juga mencintainya.

🍁🍁

See you next part.
Tinggalkan vote dan komentar!
Terima kasih.

Aceh besar, 05 Juli 2019.
By Warda.

You Are My Remedy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang