45

11.8K 1.4K 163
                                    

--

Woojin berjalan lesu setelah mengantarkan Eunbi pulang ke rumahnya. Lelaki itu dibebani oleh pikiran yang tak seharusnya ia pikirkan. Pikiran yang benar-benar tidak memiliki jawaban terbaik. Pikiran yang menyesakkan.

Bukan karena Eunbi dan Woojin adalah musuh abadi di kampus, tapi... rasanya banyak hal yang akan menghalangi jalan mereka. Mereka hanya merasa tak pantas satu sama lain. Bukan beban sosial, ini... benar-benar beban batin yang tidak bisa mereka selesaikan.

Akhirnya Woojin menghela napas dan melirik ke arah jam tangannya. Ini baru pukul sembilan malam dan tubuhnya benar-benar terasa dingin. Ditambah lagi dengan beban pikiran yang tak ada ujungnya. Lelaki itu jadi sedikit menyesal karena menolak botol soju yang bisa menghangatkan tubuhnya tadi.

"Ah, sial. Lagipula siapa juga yang bisa tidur dengan keadaan seperti ini?" keluhnya menendang bebatuan kecil di jalanan yang kosong. Sempat terlintas di pikirannya untuk mendatangi Yeonjun dan berkonsultasi, tapi rasanya itu hanya akan menyulitkan Yeonjun di masa-masa akhirnya berkuliah.

"Huh~ Jatuh cinta ternyata sangat menyulitkan."

--

Beomgyu terduduk malas di sofa ruang tengahnya. Matanya yang memberat terlihat sangat buruk dengan kerutan pada dahinya yang tak kunjung hilang. Berbeda dengan suaminya, Dami justru menunduk dalam sembari menggigiti bibirnya; panik.

Demi Tuhan, untuk apa Woojin datang semalam ini ke kediaman Beomgyu dan Dami?

"Yak! Berbicaralah atau aku akan menyeretmu keluar sekarang juga?" ancam Beomgyu membuat Woojin semakin merengut dan bersedih di sana.

"Tunggu, aku tidak mau mengganggu kalian, tapi... kenapa Woojin tidak terkejut dengan kehadiranku di sini?" tanya Dami dengan cengirannya yang terlihat sedikit dipaksakan. Pertanyaan gadis itu benar-benar tak digubris oleh Woojin.

Beomgyu lantas mengusap pelan kepala Dami dan menepuk pelan punggungnya, "Tidur duluan sana, aku dan Woojin akan menjelaskannya padamu nanti. Sepertinya ia ingin berbicara serius denganku." bujuk Beomgyu disambut anggukkan malas dari Dami.

Ah, pasangan itu selalu bersikap seakan-akan di dunia ini hanya dimiliki oleh mereka berdua. Sepertinya siapapun juga berani bertaruh kalau mereka lupa bahwa Woojin kini sedang menatap dengan tatapan yang amat-sangat tidak bisa diartikan sekarang.

"Beomgyu, kau sengaja seperti itu di hadapanku?" tanya Woojin saat baru saja memastikan Dami menutup pintu kamarnya.

Ini benar-benar akan menjadi bahasan yang tidak boleh diketahui Dami yang menjabat sebagai sahabat Kwon Eunbi.

Beomgyu terkekeh pelan dan menggeleng, "Maaf, itu namanya refleks."

"Memanas-manasi orang yang putus cinta kau bilang refleks?"

Beomgyu berdecih kesal melihat Woojin yang sangat senfitif, "Ada apa? Kenapa datang semalam ini?"

Woojin membuang napasnya kasar dan memalingkan pandangannya dari Beomgyu, "Dengar, ini memang sangat gila tapi sepertinya aku menyukai Kwon Eunbi."

"Kwon Eunbi? Teman Dami?" tanya Beomgyu memastikan. Woojin membalas pertanyaan lelaki itu dengan anggukkan pasrah. Ia sudah tidak bisa lagi menahan gengsi, ia benar-benar harus mencari jalan keluar dari permasalahan ini.

"Wah, kau memang gila." klaim Beomgyu.

"Benar, tapi tidak segila kau."

"Jadi apa permasalahannya?"

Woojin memperbaiki posisi duduknya dan benar-benar mencoba menatap Beomgyu sekarang. Kalau Beomgyu bersedia, Woojin benar-benar rela memberikan waktunya untuk bercerita hingga tengah malam.

NO LONGER | Choi Beomgyu✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें