Prolog

35 3 0
                                    

Senyap-senyap gadis itu terbangun. Matanya terasa berat untuk terbuka dan kepalanya terlalu pusing untuk berpikir. Manik kelereng hitam itu mendapati sebuah langit-langit yang tak ia kenali,ranjang yang begitu keras dan tirai asing yang belum terbuka. Ia tak tahu mengapa otaknya tidak bisa diajak berkompromi kali ini. Pertanyaan bagaimana, dan dimana masih asik memutar di dalam pikirannya. Sejenak,ia berusaha untuk bangkit,sekedar untuk duduk di tepi ranjang yang menyakitkan punggungnya. Entah apa yang terjadi,kepalanya berdenyut keras. Sakit sekali. Ia memegang kepalanya kuat, berusaha menahan rasa sakit yang menjalar. 'Ada apa ini?' gumamnya. Gadis itu menapakkan kakinya di lantai. Rasa dingin khas ubin menjalar ke seluruh tubuh gadis itu.

KREEKKK

Tak lama pintu ruangan dibuka seseorang.

Gadis itu memandangi seseorang yang datang. Laki-laki dewasa yang umurnya ditaksir sekitar dua puluhan tahun,memakai jas putih dan kacamata yang membingkai mata bermanik coklat itu. Perawakan tinggi,berkulit porselen dan rambut pendek berwarna hitam. Memang tipikal pasangan idaman.

Tapi,sayangnya gadis itu lebih termakan rasa penasaran daripada rasa ketertarikan lawan jenis.

"Oh sudah bangun ya?" Pemuda itu memperhatikan gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.ia menarik bangku lalu duduk ,"Bagaimana perasaanmu?"

Gadis itu duduk kembali di tepi ranjang kerasnya, "Kepalaku sakit sekali tadi. Ngomong-ngomong anda siapa?".

"Aku? Aku dokter disini." Pemuda itu menjawab datar dan tidak memerhatikan lawan bicara. Asik dengan data yang dia pegang. " Tunggu dulu,jangan-jangan kau tidak ingat siapa dirimu?" Pemuda itu bangun dari kursinya dan berjalan mendekat ke arah gadis itu, matanya menatap penuh rasa khawatir.

Gadis itu terdiam sebentar. Menundukkan kepalanya,menatap ubin putih yang terasa dingin itu. Lalu mengangkat kepalanya lagi,menghadap ke dokter itu,

"Dokter, aku tak mengingat apapun".

***

GONEWhere stories live. Discover now