6

4.9K 459 44
                                    

"Seorang yang terlihat kuat sesungguhnya adalah sosok yang berteman dekat dengan luka."

~Enjoy it guys~

"Anak-anak diam!" Seru Bu Lani yang berhasil membuat semua murid diam seperti semula.

"Alve, kamu bisa duduk di samping Alva." Ucapan Bu Lani membuat Alva menatap tidak percaya.

Yang benar saja.

"Nggak!" Seru Alva tidak terima. Membuat seisi kelas menoleh ke arah laki-laki itu tidak terkecuali Vero dan Devan.

"Bukannya dia kembaran kamu?" Tanya Bu Lani heran.

"Sekali nggak ya nggak." Jawab Alva tetap pada pendiriannya.

"Alva! Hanya kamu yang duduk sendiri, jadi biarkan Alve mengisi tempat duduk di sampingmu itu." Jelas Bu Lani.

"Terserah." Balas Alva singkat tidak ingin memperpanjang perdebatan.

"Alve, kamu bisa duduk di samping Alva sekarang." Ucap Bu Lani menoleh ke arah Alve.

"Baik bu." Balas Alve lalu berjalan ke arah bangku paling belakang.

"Gua mau duduk di sini." Ucap Alve kepada Alva yang duduk tenang di kursinya dengan tatapan lurus ke depan.

"Ya udah duduk aja." Balas Alva singkat tanpa mengalihkan pandangan.

Setelah Alve berhasil duduk di kursi sebelah kiri Alva, laki-laki itu beranjak berdiri dari kursinya.

"Lu mau kemana?" Cegah Alve dengan memegang tangan Alva.

"Peduli apa lu sama gua?" Tanya Alva dingin dengan menarik paksa tangannya.

Alva berdiri dari duduknya dengan menyambar tas ransel yang terletak di atas meja.

"Alva! Mau kemana kamu!" Seru Bu Lani saat Alva berjalan di hadapannya.

"Pulang." Balas Alva santai dengan melanjutkan langkahnya keluar kelas.

"Alva! Ini belum waktu jam pulang!" Seru Bu Lani keras tapi tidak mendapat jawaban oleh pemilik nama yang sudah berjalan semakin menjauh.

"Apa dia sering bolos kayak gini?" Gumam Alve dengan tatapan setia ke pintu yang di lewati oleh Alva.

Alva berjalan di koridor belakang sekolah, membenarkan letak tas ransel yang tersampir di bahu kanan. Tangan kirinya bergerak merogoh saku celana seragam lalu mengeluarkan handphone miliknya, membuka aplikasi chat lalu mengetikkan beberapa kata.

"Gua ke apartemen."

Setelah memastikan pesan itu terkirim kepada dua temannya, ia memasukkan kembali handphone pada saku celana. Berjalan ke arah samping sekolah dimana gerbang samping berada. Ya, kabur itu adalah rencana Alva saat ini.

Hanya butuh tiga gerakan dan acara kabur laki-laki itu sudah berhasil. Kelewat mudah memang. Alva menekan tombol unlocked pada kunci yang ada di tangan, lalu masuk ke dalam mobil sport merahnya - yang memang ia parkir di samping sekolah sejak pagi. Menghidupkan mesin lalu mengendarainya dengan kecepatan sedang meninggalkan bangunan SMA Erlangga.

🔰🔰

Alva menuruni tangga lantai dua apartemennya dengan kedua tangan yang berada di saku. Laki-laki itu sudah berganti pakaian santai khas rumah. Kaos putih bergaris dengan celana jeans selutut warna hitam dan sandal yang biasa ia pakai di dalam ruangan. Berjalan ke arah dapur lalu membuka kulkas dan mengambil minuman dingin bersoda favoritnya.

Suara bel apartemen yang berbunyi beberapa kali itu membuat Alva menaikkan kedua alisnya. Siapa yang bertamu di jam sibuk seperti ini, pikirnya. Ia berjalan cepat ke arah pintu saat bel itu semakin berbunyi secara beruntun.

VA&VEWhere stories live. Discover now