.

1.2K 111 6
                                    


Kala itu, Minhyun dengan bangga menatap desain bangunan yang ia gambar pada kertas berukuran lumayan besar. Sudah banyak sekali rancangan yang ia buat, dan ia bermaksud mengirim kertas-kertas berisi karya nya itu ke Singapore.

Banyak teman-teman Minhyun yang menyukai desain bangunan yang ia gambar, beberapa dari mereka yang ingin membuat usaha sendiri -meminta Minhyun untuk merancang bangunan.

Sampai suatu hari Minhyun mendapati kamar nya yang rapi, kertas-kertas yang dipenuhi dengan goresan tangan nya itu menghilang entah kemana.

Minhyun mengepal kuat tangan nya. Detik berikut nya kaca lemari yang menyimpan buku-buku masa kuliah nya pecah berjatuhan di lantai.

"Hyun, kamu kenapa?"

Mamah nya datang, tentu raut wajah beliau tak bisa dijelaskan secara jelas -ada kecewa, khawatir, dan juga bingung. Kaki nya melewati pecahan kaca itu perlahan, selanjutnya mengelus bahu Minhyun, berusaha menenangkan.

"Dimana papa, ma?" Tanya Minhyun tanpa menoleh kan wajah nya. Tatapan mata nya lurus kedepan, melihat jalanan yang basah karena hujan.

"Papa belum pulang, dia lagi kerumah orang tua pak Jisung."

Minhyun menundukkan kepala nya, mengacak kasar rambut nya, sekarang ia tidak bisa melepaskan semua amarah nya jika ada mamah nya. Minhyun tidak tega bila mamah nya melihat Minhyun se kalut ini.

"Minhyun mau sendiri, ma," Tutur nya dingin. Berusaha melembutkan suara, namun tidak bisa.

"Iya, hyun. Tapi kamu jangan bikin diri kamu luka begini, mana tadi tangan kamu yang mukul kaca? Pasti berdarah kan?" Khawatir nya mencoba melihat tangan Minhyun yang masih mengepal sempurna.

"Minhyun bisa obatin sendiri, ma. Ga usah khawatir."

Minhyun menyemburkan napas kasar, bentuk dari amarah nya yang tak tersampaikan dengan jelas.

"Hyun, gapapa marah tapi, jangan diluar batas. Jangan sampai kamu ngelukain diri sendiri." Tangan nya kembali mengelus, bahkan menepuk bahu Minhyun.

Minhyun mengerjapkan mata nya, ia masih di posisi semula-berdiri menghadap jendela dengan memasukkan kedua tangan nya yang terkepal pada saku celana.

Hujan yang disertai petir menyambar itu tidak membuat Minhyun ketakutan. Ia mengeluarkan tangan nya dari saku celana, dan benar saja, darah segar itu berhasil mengalir dari ujung sela-sela jari nya.

"Mana Minhyun."

Suara itu berhasil mengalihkan atensi Minhyun sendiri. Suara itu, suara dingin itu, suara yang Minhyun benci sejak ia duduk di bangku perkuliahan. Yang dengan sengaja membuang kertas-kertas berharga Minhyun.

"Hyun, dicari papa."

"Minhyun gak mau liat papa lagi."

"Hyun...," Panggil nya lembut, suara nya bergetar karena takut. Disatu sisi suami nya keras kepala, ia hanya menginginkan apa yang ada didalam kepala nya. Sementara di sisi lain, Minhyun sulit untuk di atur.

"Minhyun! Minggu depan kamu harus jadi kepala sekolah untuk menggantikan pak Jisung!"

Minhyun frustasi, marah dan kesal disaat yang bersamaan. Sudah cukup papa nya tidak memberi izin Minhyun untuk menempuh pendidikan di Singapura. Minhyun tidak mau kalau papa nya memaksa agar dirinya menjadi seorang kepala sekolah.

"Papa ga mau tau, kamu harus datang dan menjadi kepala sekolah. Kalau tidak keluarga kita akan malu karena melanggar perjanjian dengan keluarga pak Jisung, dan kamu akan papa coret dari KK."

Membosankan. Lagi-lagi Minhyun harus mendengar ancaman seperti itu. Dalam benak Minhyun, ini kan yang membuat janji papa nya, bukan Minhyun. Kenapa repot-repot membawa nama Minhyun?

"Papa yang tanda tangan, papa aja yang jadi kepala sekolah sana!" Minhyun membalikkan badan, ia menatap papa nya yang sekarang berada di ambang pintu. Mama menggelengkan kepala, memberi kode pada suami nya agar ia tidak berbicara lagi. Sudah cukup. Jangan sampai amarah Minhyun semakin menjadi.

***


Hari ini Minhyun secara resmi menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 101
Jangan lupakan kata -terpaksa-

Banyak ucapan selamat yang dilemparkan rekan guru dan siswa/i untuk Minhyun. Mereka terlihat senang melihat kepala sekolah nya ternyata tidak kalah tampan dari pak Jisung.

"Hhh astaga! Ini pak Jisung pinter banget nyari ganti Smanowan."

"Tapi gue tetep pak Jisung, mau pak Jisung!"

"Daritadi senyum nya kaku woy, bau-bau galak nih, pasti!"

"Huhuhu mamah, kepsek gue ganteng banget. Mana masih muda. Bapak nikahi aku sekarang pak!"

"Bacot!" -Guanlin, tidak suka pak Jisung di gantikan.

Siswa/i mulai masuk kedalam ruang kelas, karena acara peresmian pergantian kepala sekolah sudah selesai sekitar lima menit yang lalu.

Minhyun masih berdiri di depan sana, menyalami beberapa guru yang memberi nya selamat. Mungkin setelah ini akan diadakan rapat pembagian tugas.

"Pak Minhyun, selamat ya. Semoga betah disini." -Ibu Chungha yang mencium bau-bau kegalakan.

"Pak Minhyun, selamat ya! Ini harus merekrut guru baru kayak nya."

"Wah iya pasti, pak! Kalau pak Minhyun nyari guru baru mungkin bisa berpeluang nyari jodoh juga. Hahaha." -Bapak Daniel yang menanggapi cicitan Seongwoo.



***

Mungkin sekian aja dulu:(

Maaf gak jelas bgt huhu

lenjut ke chapt berikut nya.



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

❏Pak Minhyun⚘Where stories live. Discover now