16

793 118 23
                                    

🐥🐺
🌚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kau bilang Chan adalah pasienmu, kalau boleh tau Dia sakit apa ? " tanya Woo Jin.

'Haruskah Aku jujur? '  -Brian.

"Aku akan mengatakannya di lain waktu,  ini sudah waktunya Aku mengecek pasien yang lain"

"Baiklah, nampaknya Dokter Brian ini sibuk sekali" cibir Woo Jin.

"Jika Kau tidak mau menunggu lama , Kau bisa tanya pada temannya"

"Baiklah"

"Oke, Aku akan kembali bertugas jika Kau mau menjenguk Chan silahkan dan kalau bisa temani Dia pulang Aku takut ada apa apa dijalan"

"Kenapa harus... "

"Sudahlah, lakukan saja" Brian mengulas senyum lalu berpamitan untuk kembali bekerja.

Jangan tanya perasaannya. Dia sedikit berat mengatakan yang terakhir tadi. Dan bukan maksud Brian untuk menutupi kejadian itu ataupun bermaksud untuk merebut Woo Jin dari Chan. Tapi Ia bingung untuk menjelaskannya. Jadi Ia biarkan Woo Jin mencari tau melalui teman Chan yang sudah pasti mengerti tentang hal itu.

Ia membuang jauh-jauh pikiran itu, kini Ia melangkah masuk kedalam ruangan pasiennya. Seorang laki-laki kurus, berwajah manis tengah terpejam di atas ranjangnya. Brian mengecek infusnya, dan mengganti kantong darahnya yang sudah habis, lalu memeriksa suhu badannya.

Namanya Jae, Ia adalah pasien yang di tolong Brian di malam yang sama setelah Ia mengantar Woo Jin pulang.  Ia kembali ke rumah sakit dan tidak pulang karena menolong nyawa Jae yang nyaris tak tertolong karena percobaan bunuh diri dengan cara menggoreskan pecahan kaca di urat nadi pergelangan tangannya. Brian melihat tidak hanya satu goresan saja tapi banyak goresan silet di tangannya. Self harm.  Sampai hari ini Jae masih belum sadarkan diri.

Brian tersenyum miris melihat keadaan laki-laki di depannya ini. Tampaknya Ia sangat terpuruk sampai Ia melakukan ini. Dan yang paling mengenaskan lagi Ia menderita maag akut. Entah berapa lama Ia tidak makan.

Tak lama kemudian jari-jari kurus itu bergerak di susul dengan matanya yang mulai terbuka. 

"Aku dimana"

"Di surga" jawab Brian lalu tersenyum. "Kau ada di rumah sakit"

"Kau siapa? "tanya Jae.

"Aku dokter" jawab Brian.

"Nama mu"

"Brian"

"Aku Jae"

"Aku sudah tau"

Hening.....

"Kenapa Kau membawaku kemari? Kenapa Kau tidak membiarkanku mati?"

Brian menatapnya lekat,  terlihat dari wajah itu memang sudah seperti enggan untuk hidup.  "Kau sudah siap mati? "

Jae terdiam. 

"Kenapa? Kalau memang Kau ingin mati Aku bisa membuat mu mati dengan satu kali suntik, mau? "

Jae menggeleng.

"Lucu sekali"

"Aku hanya merasa tidak berguna "

SORRY  ◼️WOOCHAN◼️Where stories live. Discover now