2. Niat baik

17 9 0
                                    


Setelah mencuci piring An Qinlao pergi kekamarnya. Suara menyebalkan itu berhenti. Dia mencubit tangannya.

"Aw! Ini... Sakit. Ini bukan dunia game. Apa yang terjadi?"

An Qinlao menghembaskan diri di tempat tidur. Tiba-tiba sekelilingnya berubah menjadi gelap. Kemudian basaya seperti bintang-bintang menyebar di sekelilingnya. Ini seperti dia berada di ruang angkasa.

Di depannya tiba-tiba muncul layar besar.

"Satu kristal senilai dengan 100 koin emas. Satu koin emas senilai 100 koin perak. Satu koin perak snilai dengan 100 poin. 1 poin senilai dengan 1 Yuan. Murah!"

An Qinlao membaca keterangan dengan cepat. Poin dapat di tukar dengan kebaikan yang kau lakukan. Jadi jika dia ingin menukar poin dengan uang tunai maka 100 Poin hanya bisa ditukar dengan 100 Yuan. Jika membuat bubur senilai dengan 5 poin, maka dia perlu membuat 20 kali hanya untuk mendapatkan 100 yuan. Pelit sekali!

An Qinlao membaca keterangan lainnya. Poin-poin ini akan bisa di tukar dengan dengan barang-barang di toko.

"Toko?"

Layar berganti dengan yang lebih bagus. Dia atasnya di tuliskan toko. Hal-hal di dalam toko sudah di kategorikan. Bahkan sayuran dan buah-buahan pun ada. Harga barang-barang umum sama dengan harga di dunia nyata. Ini terlihat seperti berbelanja di toko online.

An Qinlao tertarik dengan kata sihir. Saat kolom sihir terbuka, An Qinlao dapat melihat beberapa elemen. Air, angin, bumi, api, cahaya, petir, es, kegelapan, suara, ruang, bahkan kayu juga ada. Keterampilan ini bisa di tukat dengan poin.

"Apa gunanya sihir seperti ini di dunia modern?"

An Qinlao memeriksa bagian senjata. Tongkat sihir, pedang, sampai senapan pun ada. Bom yang menakutkan juga ada.

'Aku bisa di sangka teroris jika mengunakan senjata ini.'

An Qinlao memeriksa pengaturan. Dia mematikan sistem suara dan pengingat. Ini sangat menyebalkan jika setiap kali kau berbuat baik selalu ada suara yang mengingatkanmu. Jadi dia mematikannya.

.

Keesokan harinya dia bangun dan eraktivitas seperti biasa. Tapi ada hal yang engganggunya. Dia menghampiri neneknya untun bertanya. Orang tua memiliki banyak pengalaman dalam hidup.

"Nenek. Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu. Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Nenek. Jika kau berbuat baik hanya untuk mendapatkan hadiah atau hanya untuk dianggap baik oleh orang lain. Apa menurut nenek itu adalah baik?"

"Bagaimana menurutmu?"

"Aku tidak tahu."

"Apakah orang yang kamu tolong mengetahui bahwa kau tak tulus?"

"Tidak."

"Maka tidak apa-apa."

"Mengapa?"

"Jika suatu hari kau sangat lapar. Kemudian ada orang memberimu makanan. Apakah kau senang?"

"Senang."

"Apakah kau tahu orang itu memceritakan kebaikannya pada orang lain agar dia dipuji. Akankah kau kesal?"

"....."

"Apakah orang yang memberi makanan itu orang yang jahat?"

"Tidak."

"Benar. Orang jahat hanya akan membiarkan orang yang kelaparan."

"Hm."

"Misalnya. Jika ada seorang preman memberi makan kucing. Kucing itu pasti menganggap preman itu baik. Dia tidak peduli profesi orang itu, tidak peduli apakah yang diberikannya makanan sisa atau bukan. Kucing itu kelaparan dan orang itu memberinya. Maka orang itu orang baik. Bukan orang yang acuh tak acuh terhadapnya dan membiarkannya mati kelaparan."

"Begitu. Nenek, terimakasih. Sekarang aku sudah mengerti."

"Baguslah. Lebih baik melakukan perbuatan baik tidak peduli niatnya apa. Itu lebih baik dari pada orang yang tidak melakukan apa-apa dan hanya menunggu niat untuk melakukan sesuatu."

.

Setelah mengobrol sebentar An Qinlao sudah memutuskan. Dia akan banyak berbuat baik tidak peduli niatnya terpengaruhi oleh poin atau tidak. Kalau tidak melakukan kebaikan maka dia akan menjadi orang yang sia-sia.

YOU GET POINTSWhere stories live. Discover now