I: Surat untuk Ayah

16 0 0
                                    

"SURAT INI UNTUK AHMAD QASIM AL-IDRISIYYAH!!"

Teriakan itu ditunjukan kepada orang-orang yang sedang mengantri untuk menerima surat-surat, ada sekitar 60 orang disana.

"Itu untuk ayahku!" kata Sufyan.

"Hei, apakah kau keturunan arab?" tanya biro pengantar.

"Ya, aku dan keluargaku pindah dari arab" kata Sufyan.

"Baiklah" tutup biro pengantar

Terlihat dari surat tersebut ditunjukan kepada ayahnya, dan ditulis oleh seorang dari Bursa, entahlah siapa itu.

Setelah menerima dan sempat membaca amplop surat tersebut, Sufyan kemudian pergi menuju rumahnya di Wirabhumi.

Setelah sampai di Wirabhumi, secara cepat Sufyan memberi surat tersebut kepada Ayahnya yaitu Ahmad Qasim Al-Idrisiyyah.

"Ayah, itu surat dari siapa?" tanya Sufyan

"Ini dari Utsmaniyyah, cukup aneh, ayah sama sekali tidak kenal dengan orang-orang sana" jawab Ahmad

"Assalamualaikum... Apa kabar wahai keturunan Hanafiyyah Al-Idrisiyyah, aku adalah sepupu kamu, aku adalah keturunan Yahya Al-Idrisiyyah, aku mengajakmu untuk hijrah ke tempat ku ini di Bursa, Lupakan perseturuan kakek kita, aku bersungguh-sungguh mengajakmu hijrah ke Bursa, Tujuanku mengajakmu ke Bursa adalah, untuk melengkapi seluruh keturunan Abubakar Al-Idrisiyyah, Mungkin dalam benakmu kau bertanya, Bagaimana aku bisa menemukan tempat tinggalmu?, Aku tau dari Ganesha, dia adalah importir dari Wirabhumi yang mengenalmu.. Ku tunggu jawabanmu Saudaraku."

"Ini surat dari keturunan Yahya Al-Idrisiyyah" kata Ahmad

"Hah?, bukanya leluhur kita bermusuhan?, apakah itu ancaman?" tanya Sufyan

"Tidak, mereka justru mengajak kita untuk hijrah ke sana, beserta keluarga" jawab Ahmad.

"Lalu apakah ayah ingin ke sana?" tanya kembali Sufyan

"Mungkin, tetapi harus ada satu orang yang menjaga gembala ini" jawab Ahmad.

"Tapi aku berfikir kau dan Jafar sepupumu yang akan menjaga gembala ini" tambah Ahmad.

"Kenapa ayah tidak membawa semua keluarga Hanafiyyah?" tanya Sufyan

"Ini adalah ciri khas, Disini keturunan Hanafi adalah seorang penggembala, sepertinya kau dan Jafar adalah orangnya" jawab Ahmad.

Nampak ada sedikit kekecewaan, ingin sekali Sufyan membantah ayahnya, namun dia sadar bahwasanya ayah adalah seseorang yang harus dipatuhi dan di hormati.

"Baiklah yah, aku akan tetap disini" kata Sufyan dengan wajah muram

"Itu baru putra ayah, tenanglah aku akan mengirimkan surat kepadamu setiap bulan." kata Ahmad.

"Baiklah ayah harus bersiap-siap sekarang" kata Ahmad

"Kau terlalu terburu-buru, sebaiknya bulan depan" Kata Sufyan

"Tidak ada waktu lagi nak, ayah dan keluarga harus berangkat." jawab Ahmad

Setelah itu ayahnya bersiap untuk pergi bersama ibunya juga adik-adik dari Sufyan untuk menuju ke Bursa.


Sufyan Yasir: MajapahitΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα