This is a remake story of amazing masterpiece DIVERGENT-FOUR by Veronica Roth
Don't forget to vote/comment
Hope you enjoy it!
.
.
.Aku membuka telapak tanganku di atas batu bara. Batu bara itu seakan-akan membara dalam perutku, memenuhi diriku dengan api dan asap bergulung.
Aku bebas.
Aku tak mendengar sorakan Dauntless; yang kudengar hanyalah denging di telingaku.
Faksi baruku bagaikan monster bertangan banyak yang berusaha meraihku dari berbagai arah. Aku bergerak mendekati bagian Dauntless. Aku tak berani menoleh ke belakang dan melihat wajah ayahku. Tangan-tangan menepuk lenganku, menyelamatiku atas pilihan yang kuambil, dan aku bergerak di bagian belakang tempat duduk Dauntless. Darah merembesi telapak tanganku.
Aku berdiri bersama para peserta inisiasi lainnya, di sebelah anak lelaki Erudite berambut hitam yang hanya melirikku sekilas. Aku pasti tak terlihat mengesankan dengan baju abu-abu Abnegation dan tubuh tinggi kurus akibat semburan pubertas tahun lalu.
Torehan di telapak tanganku terus mengeluarkan darah hingga menetes ke peegelangan tanganku dan lantai. Aku rupanya menoreh terlalu dalam.
Sementara anak-anak yang tersisa memilih faksi, aku diam-diam merobek ujung kemeja Abnegationku. Robekan kemeja itu aku bebatkan ke tangan untuk menghentikan pendarahan. Aku tak akan butuh kemeja ini lagi.
Para Dauntless yang duduk di depan kami berdiri begitu orang terakhir sudah memilih, dan mereka berlari menuju pintu,. Aku terseret arus mereka. Di depan pintu aku menoleh, aku tak bisa menahannya. Dan, kulihat ayahku duduk diam di barisan depan Abnegation dengan beberapa orang berusaha menghiburnya. Dia terpana.
Aku tersenyum sedikit. Aku berhasil. Aku bisa memunculkan ekspresi itu di wajah ayahku. Aku bukanlah anak Abnegation yang sempurna, yang dikutuk untuk tenggelam dalam sistem komunitas dan terlupakan. Kini, aku adalah salah satu pindahan Abnegation----Dauntless pertama setelah lebih dari satu dekade.
Aku berbalik dan lari bersama para Dauntless, tak ingin tertinggal. Aku membuka kancing-kancing kemejaku dan membiarkan kemeja lengan panjang itu jatuh ke tanah. Kaus abu-abu yang kupakai di balik kemeja masih agak kebesaran, tapi warnanya lebih gelap dan bisa bercampur lebih baik dengan baju hitam-hitam Dauntless.
Para Dauntless berlari menuju tangga, menendang pintu hingga terbuka, tertawa, teriak. Punggungku, bahu, paru-paru, dan kakiku terasa terbakar. Tiba-tiba saja aku merasa tak yakin dengan pilihan yang kuambil, dengan orang-orang yang kini aku klaim sebagai keluarga dan teman. Mereka sangat ribut dan liar. Bisakah aku menemukan tempatku diantara mereka? Aku tak tau.
Kurasa aku tak punya pilihan.
Aku menerobos kerumunan, mencari-cari peserta inisiasi yang lain, tetapi mereka sepertinya sudah menghilang. Aku bergeser ke pinggir, berharap bisa tau kemana kami menuju. Kulihat rel kereta api yang menjulang di depan kami, ditahan oleh panel-panel kayu dan logam. Dauntless menaiki tangga dan menyebar di peron.
Di anak tangga, kerumunan sangat padat sehingga aku kesulitan menemukan jalan masuk. Tapi kalau aku tak segera naik, aku mungkin akan ketinggalan kereta, jadi aku memutuskan untuk mendesak maju. Aku menggertakkan gigi menahan diri agar tak meminta maaf saat aku menyikut orang di kanan kiri ku, hingga akhirnya momentum kerumunan membawaku menaiki tangga.
"Lumayan juga larimu," kata Jennie mendekatiku di peron.
"Setidaknya lumayan untuk anak Abnegation."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAY
FanfictionJaehyun Jung, seorang lelaki Abnegation yang mengalami masa sulit dengan ayahnya dan mendambakan bisa bebas dari faksinya -A remake story