Dateperimen 1: Mission Possible

22.5K 923 38
                                    

SUDAH jatuh tertimpa tangga, begitulah ungkapan yang cocok untuk Adhistia Naeswari atau biasa disapa Dhisti hari ini. Sudah telat masuk mata kuliah Falsafat Hukum, satu kelompok dengan orang-orang yang super pintar tapi tidak tahu etika, jinsnya terkena cat yang masih basah ketika duduk di bangku taman dan sekarang ia harus menunggu tanpa kepastian.

Xaviona Aresti, teman sekaligus penolongnya. Pertama kali kenal, gadis itu memang baik, kelewat baik malahan. Awal masuk kuliah, Dishti bingung mencari kontrakan atau kos-kosan untuk tempat tinggalnya namun berkat kehadiran dan jiwa sosial Viona, ia bisa menumpang sementara di rumahnya yang maha megah.

Ya, Viona adalah anak orang kaya tapi tidak sombong seperti cerita di film-film yang pernah ditontonnya. Beruntung Dhisti mengenalnya, siapa kiranya yang mau berteman dengan gadis seperti dirinya yang berasal dari daerah dan tidak gaul seperti kebanyakan penduduk ibukota. Sejak kejadian hari itu, keduanya berteman sepanjang kuliah meski mereka berbeda jurusan.

Tapi sudah hampir satu jam menunggu, Viona masih belum muncul juga. Dan untuk apa mengajaknya bertemu dadakan di kafe siang ini? Biasanya juga di kedai pinggir jalan, karena selama ini Viona tidak pernah membeda-bedakan tempat. Walaupun ia berasal dari keluarga berada, Viona diminta orang tuanya agar mampu mengatur keuangannya dengan baik. Yah, meski terkadang Viona boros juga kalau sedang lapar mata.

Gadis yang dinantinya, akhirnya tiba dengan senyum mengembang seolah hal tersebut akan membuat si penanti bisa terobati. Viona tersenyum tipis untuk menyapa Dhisti setelah itu ia menyeret kursi ke belakang, lalu duduk dengan sedikit anggun dan menaruh paper bag yang dibawanya di kursi kosong. Matanya memancarkan aura penuh misteri meski ditutupi senyum manis tapi Dhisti tahu hal itu.

Ada yang aneh, pikir Dhisti.

"Ada apa tho, Vi? Pakai acara ngajak ketemuan di sini?"

"Pesen dulu yang lo mau makan hari ini, Dhis!" Viona menyerahkan buku menu kepadanya setelah meminta pada pramusaji yang baru saja lewat di sekitar mereka.

"Tumben kamu ngajak makan di kafe begini? Kok aku curiga ya?" kata Dhisti seraya memandang Viona untuk meneliti raut wajahnya.

"Lo jangan negative thinking dulu dong, Dhis! Udah sekarang pilih menu makan siang lo, yang mahal juga nggak apa-apa." Viona berkata mantap.

Tanpa bertanya lebih lanjut, Dhisti akhirnya menurut lalu membuka buku menu tersebut dan pilihannya jatuh pada spaghetti bolognese. Cukup untuk mengganjal makan siangnya yang terlewat. Puas memesan, keduanya memilih bertukar kalimat satu sama lain.

Kendati obrolan yang dibahas adalah seputar kuliah dan tugas-tugas kampus, justru hal itu tidak nyambung sama sekali karena keduanya berbeda jurusan. Dishti masih menunggu gadis itu bercerita, namun Viona masih saja bungkam. Sampai akhirnya, makanan yang dipesan mereka tiba.

Sepertinya Viona tahu, kalau Dhisti sudah tidak sabar dengan maksudnya mengajak bertemu di sini. Kendati demikian, Viona menatap gadis berkacamata di depannya dengan sangat santai.

"Udah lo makan dulu aja! Setelah makan gue bakal cerita."

Keduanya menikmati makan siang dengan pikiran masing-masing. Di sisi lain, Dhisti bingung dengan topik yang akan disampaikan oleh Viona kepadanya. Sementara di pikiran Viona, ia berharap Dhisti bisa menerima apa yang diinginkannya. Apapun itu, akan ia lakukan agar Dhisti mau mengikutinya.

 Apapun itu, akan ia lakukan agar Dhisti mau mengikutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DateperimenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang