Keluarga

3.8K 558 521
                                    

"Pokoknya aku mau ikut!" Seongwoo dengan keras kepala mengikuti setiap langkah kaki Daniel dari belakang. Pria itu menghentakkan kakinya kesal persis seperti anak kecil sedang merajuk. Tidak lupa sambil menggendong Ori di depan dadanya.

Daniel tidak menggubris omongan sahabatnya. Ia masih setia menata piring di meja makan tanpa mau balik badan. Daniel tau kalau Seongwoo pasti lagi mode menggemaskan, apalagi pake peluk-peluk Ori. Serangan beruntun untuk jantungnya yang lemah.

"Udah sih kak, ajak aja Seongwoonya. Lagian kan temen kamu ya temen dia juga. Mama malah lebih tenang kalo Seongwoo ikut liburan sama kamu." Mama Daniel yang lagi sibuk nuang sop ayam di dapur ikut menengahi dua krucil yang berdebat tiada henti.

"Gak ah. Nanti nyusahin," jawab Daniel. Pria itu menarik kursi makan dan mendudukan sahabatnya secara paksa.

"Aku gak nyusahin. Janji!" ucap Seongwoo sambil melemparkan tatapan memelas miliknya.

Daniel mendecak kesal. "Makan dulu. Sini Ori-nya kasih aku. Aku gak suka kamu gendong-gendong dia terus." Pria itu mengambil kucing miliknya dan meletakkan di lantai. Tidak lupa usapan halus sebelum Daniel duduk di kursi makan sebelah Seongwoo.

"Pelit banget sih. Dasar posesif. Ori lebih sayang aku daripada kamu," ucap Seongwoo.

"Gak mungkin. Aku kan kakak kandungnya Ori, ya dia lebih sayang aku lah." Sekarang gantian Daniel yang gak mau kalah. Heran dia tuh, kucing kesayangannya yang satu itu emang deket banget sama Seongwoo. Padahal yang kasih makan tiap hari kan dia! Kenapa sayangnya sama Seongwoo!

Keduanya masih berdebat hingga mama Daniel duduk di hadapan keduanya. "Sekarang makan. Stop dulu berantemnya."

Daniel dan Seongwoo sama sama mengisi piringnya. Perempuan paruh baya itu tersenyum saat keduanya saling menukar piring yang sudah penuh. Entah sejak kapan kalo keduanya makan bareng pasti kayak gini. Daniel ambilin makan buat Seongwoo, begitu juga sebaliknya. Bikin si mama iri aja.

"Woo, kalau Daniel gak mau ngajak kamu, mending ikut mama yuk. Sepupu Daniel dari California mau main di Jakarta. Kamu tahu Hangyul kan?" tanya mama Daniel.

"Hangyul? Oh! Anak kecil yang mukanya ganteng tapi serem itu? Tau! Ya ampun terakhir liat dia 10 tahun yang lalu. Dia ngapain ma di Jakarta?" ucap Seongwoo penasaran.

"Lagi liburan musim panas katanya. Lumayan lama, sebulan di sini. Kan pas kalian juga lagi libur kelulusan. Mama rencananya mau bawa Hangyul jalan-jalan. Karena Daniel sibuk, kamu aja yang nemenin gimana?"

Daniel menghentikan gerak sendoknya. "Gak usah ajak-ajak Seongwoo maa."

Seongwoo mengerutkan keningnya tidak suka. Sahabatnya ini kenapa hobinya ngelarang dia terus sih? "Kenapa sih? Aku mau kok ma!"

Daniek mencubit pipi Seongwoo keras, membuat pria kurus tersebut meringis kesakitan. "Ngeyel banget sih kalo dibilangin. Kamu kan gak kenal Hangyul. Jangan percayaan sama orang! Kalo diculik gimana?"

Seongwoo berusaha menepis tangan Daniel. "Apa sih! Kan ada mama kamu. Gimana bisa aku diculik? Makanya izinin aku ikut liburan sama kamu!"

Daniel berpikir sebentar. "Mereka semua ngerokok sama tukang minum."

"Gak masalah," jawab Seongwoo.

"Mereka bawel terus malu maluin," ujar Daniel lagi.

"Gak jauh beda sama kamu. Aku tahan!"

"Mereka jahil, kamu bakal jadi korban bully selama 3 hari."

"Aku bales jahilin mereka. Lagian kan ada kamu, yakin deh mereka gak berani ngapa-ngapain," jawab Seongwoo pede.

Chocolate BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang