⭐BAB 1⭐

6.9K 182 44
                                    


Sintang, kota kecil yang berada di pinggiran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Berada di bagian barat pulau Borneo, memiliki julukan sebagai Kota Bersemi dan tempat berbagai suku hidup berdampingan dengan damai. Perbedaan agama, tidak menjadikan orang-orang di tempat ini bermusuhan. Perbedaan suku, warna kulit, tidak menjadi tolak ukur untuk saling bersaudara.

Malam yang selalu sama, penuh dengan asap rokok, minuman keras, narkoba, bahkan seks. Seorang pria muda berumur dua puluh tahun kini sedang duduk di atas motor Ninja kesayangannya. Namanya Robertus Anggi Pradana, ibunya seorang Guru SMP dan ayahnya seorang Pensiunan Tentara. Anak tunggal yang sangat dimanja oleh kedua orang tuanya.

Anggi sedang menemani kekasihnya, gadis yang selalu bersamanya dan memuaskan nafsu birahinya. Mereka berada di lapangan basket, tempat itu bercahaya remang, dan begitu sepi.

"Aku hamil, apa yang harus kita lakukan?" suara itu begitu lirih, tangan gadis itu memegang test pack yang memiliki dua garis merah. Ia menatap pria muda yang masih saja diam, berharap pria itu menerimanya dan mau menikahinya.

"Maaf, itu bukan anakku! Kau selalu bersama para supir taksi dan sudah pasti kalian bermalam bersama." Pria itu tersenyum remeh, ia turun dari atas motornya, "jika kau ingin terus bersamaku, maka gugurkan!"

"K-kau, kau ingin membunuh anak ini?"

"Amelia, aku tak pernah berjanji untuk menikahimu."

Amelia Kiandra Putri, kakeknya seorang Ketua Adat Suku Dayak. Dia gadis berumur lima belas tahun, kekasih dari Robertus Anggi Pradana. Anak kedua dari tiga bersaudara, kedua orang tuanya bercerai, ibunya sudah meninggal dunia, lalu sang ayah entah berada di mana.

Amelia berdiri, ia menatap Anggi dengan mata berkaca. Tak mungkin membunuh satu nyawa, ia masih ingat apa itu dosa. Gadis itu melempar test pack di tangannya, ia mendorong Anggi dan menendang kaki pria itu.

"Pelacur!" Anggi yang terduduk di atas rerumputan menatap Amelia penuh amarah, ia jelas tidak menerima perlakuan Amelia padanya.

"Kau harus bertanggung jawab!" tegas Amelia. Ia kini sudah benar-benar menangis, air mata mengalir deras, memberi jejak sungai kecil di pipinya.

"Aku tak akan menikahimu!" Anggi berdiri, ia mendorong Amelia kasar, "ingat, kau itu hanya pelacur kecil. Aku menjamin semua keperluanmu selama ini, tempat tinggal, makanan, pakaian, bahkan membuatmu mendesah di bawah tubuhku." pria itu kembali mendorong Amelia, membuat tubuh mungil gadis malang itu terhempas di atas tanah.

"Tapi, ini anakmu! Aku tak pernah tidur bersama pria lain, ini anakmu!"

Anggi diam, ia menatap Amelia dan meludahi gadis itu. Ia muak dengan kenyataan yang membuat dirinya terkekang, belum siap memiliki anak serta istri.

"Aku mengandung anakmu, aku tak akan membunuh anak ini!" Amelia bangkit berdiri, ia memegang perutnya yang terasa nyeri lalu melangkah jauh dari Anggi. Tangis tak dapat dibendung, sakit tak dapat ia tahan.

"Amelia, gugurkan kandunganmu!" sekali lagi Anggi meminta, ia berjalan cepat dan menarik Amelia ke dalam pelukannya, "aku mohon … gugurkan," ujar Anggi pelan.

"Tidak, jika kau tak menginginkannya, aku akan memilikinya seorang diri." Amelia mendorong Anggi, ia merasa sesak dengan perlakuan pria itu.

"Aku mohon, aku mencintaimu. Amelia, dengarkan aku, jika kita memiliki anak sekarang, kehidupan indah kita akan hancur. Aku belum memiliki pekerjaan, aku bahkan masih bergantung pada orang tuaku."

"Apa aku peduli? Aku tak akan membunuh darah dagingku!"

Anggi terdiam, pria itu bersimpuh dan memegang tangan Amelia. Ditatapnya mata sembab sang kekasih, "Baik, itu anakku. Tapi, aku mohon-," perkataan Anggi terpotong, ia menatap Amelia yang memalingkan wajahnya ke arah lain.

YOUNG MOM [Lengkap Dan Ini Cerpen!]Where stories live. Discover now