Bukan Semesta Tapi Kau Jadikan Semesta

18 1 0
                                    

"Arghhh"

Ku menoleh ke belakang lantas ku ambil kuas itu. Sambil memberikan kuas itu ke dinda, ku perhatikan dalam-dalam wajahnya. Sepertinya ,dia dalam keadaan tidak baik. Wajahnya memerah dan nafasnya tidak beraturan. Benar, seperti menahan emosi yang tidak bisa ku tebak penyebabnya apa.

"Din, Kita makan yuks"

"Tidak,pen. Duluan saja"

"Ini kuas kamu", sambil ku sodorkan kuas itu.

Ntah, kenapa tiba-tiba ku ingin memeluknya saat melihat wajahnya dan tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya. Tak ku sangka air matanya langsung tumpah dan dia histeris. Aku tidak ingin bertanya jauh padanya. Aku langsung, memeluknya dengan menepuk-nepuk pundaknya. Lantas, pelukannya semakin kencang. Benar, aku agak sedikit kesusahan nafas. Namun, aku biarkan dia memelukku tanpa ku ajukan pertanyaan apapun pada dia, yang ku tahu dia sedang terluka dan aku tidak ingin mengajukan pertanyaan yang membuatnya semakin terluka. 

Perkiraan sekitar 5 menit tangisnya mulai mereda. Namun, dia tetap memelukku dengan erat.

"Tidak apa-apa din. Kamu tidak sendirian."

Dia hanya menangis. Saat dia menangis aku tidak melihat jiwa dinda yang selama ini aku lihat. Benar, dia benar-benar rapuh.

"Pen, aku telah kehilangan segalanya. Semua gak ada. Semua pergi. Aku sendiri pen."

" Sebenarnya kau hanya kehilangan satu hal . Kacuali, kau menjadinkanya semesta. Maka, benar, kau kehilangan segalanya."

Lantas, dinda menarik ku dan mencoba menunjukan sesuatu. Namun, tiba-tiba  langkahnya berhenti begitu saja.

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang