17. [빌어 먹을 녹음] Damn Recording

51 28 27
                                    

      Jeno melangkahkan kakinya disepanjang koridor sekolah tanpa ekspresi. Begitu sampai dikelasnya, dia langsung saja menghampiri Haechan dan Renjun yang sudah asik dengan dunianya sendiri. Haechan yang tengah memainkan ponselnya, sedangkan Renjun tengah sibuk melahap cimol yang baru saja ia beli dikantin sekolah.

     "Hai, Jeno," sapa Yoora yang baru saja memasuki kelas. Semenjak Rachel dan Chenle tidak lagi bersekolah disitu, cowok tampan itu selalu duduk bersama dengan Yoora. Bukan kemauannya, namun itu permohonan Yoora. Ternyata saat ia pertama kali masuk kelas, tempat yang ia duduki adalah tempat Renjun yang saat itu tidak masuk sekolah.

     "Ya," jawab Jeno singkat. Iya, Jeno tau diri. Dia sudah memiliki seorang gadis yang amat ia cintai. Semua cewek yang mendekatinya hanya ia respon dengan sekedar senyum tipis, tidak ia sakiti karena baginya menyakiti perempuan sama saja menyakiti ibunya sendiri.

     "Jen, nanti istirahat kita ke taman belakang ya. Ada yang mau gue tunjukkin ke lo. Penting!" Tanpa basa-basi, Jeno mengangguk singkat lalu menelungkup kan wajahnya dimeja. Tidur.

***

     Jeno mengernyitkan alisnya bingung melihat Yoora yang duduk disampingnya, ditanam, sejak tadi tidak kunjung mengatakan sesuatu. "Jadi, apa yang mau lo tunjukkin? Gak usah basa-basi. Langsung aja sini," ucap Jeno tanpa menatap Yoora. Ia menatap lurus ke depan.

     Yoora menatap Jeno sedikit lama sampai Jeno menjitak keningnya pelan. "Mana? Ngapain malah liatin gue sih? Gue bukan pajangan pameran seni!" Yoora menyengir kikuk lalu merogoh saku rok-nya. Ia mengambil benda pipih berwarna putih lalu membuka salah satu aplikasi.

     "Ini. Rekaman suara Rachel. Kemarin gue gak sengaja denger pas didepan rumah lo, waktu itu lo dan Chenle gak ada. Yaudah gue rekam aja. Siapa tau berguna," ucap Yoora dengan santai lalu menyodorkan ponselnya pada Jeno yang sudah penasaran akut.

     Cowok itu menyalakan rekaman itu lalu mendengarnya dengan seksama.

     Sebenarnya gue gak suka sama Jeno. Gue cuma kasian, dia itu cuma anak pungut. Ya kali gue suka sama dia. Selera gue gak serendah itu.

     Jeno memberikan ponsel Yoora dengan kasar lalu bangkit bergegas ke kelasnya. Tidak. Dia tidak berniat bolos hanya karena ini. Dia memilih untuk menghampiri kedua sahabatnya itu.

     "Habis ngapain lo sama Yoora?" tanya Haechab to the point'. Renjun diam menatap Jeno, menyimak. Jeno menghembuskan napasnya gusar. Ada rasa kecewa dalam hatinya. "Apa iya gue anak pungut? Masa Rachel tau, sedangkan gue enggak?" ucap Jeno ngawur. Jelas saja Haechan dan Renjun tidak mengerti arah pembicaraan cowok itu karena tidak menjelaskannya dari awal.

     "Apa? Apaan sih? Jelasin yang jelas, elah!" tukas Renjun. Jeno menjelaskan hubungannya dengan Rachel serta rekaman suara yang diberikan Yoora tadi. Seolah dapat menangkap sesuatu dari ucapan Jeno, Haechan manggut-manggut sendiri.

     "Coba lo tanya Tasya. Bukannya waktu itu kita ngumpul bareng ya? Rachel bareng sama Tasya seharian kan? Masa iya dia ninggalin Tasya sendiri dirumah? Gue tau Rachel gak begitu orangnya. Dia itu gak enakan. Lagian ya, dia ngomong gitu ke siapa? Temen dia selain Yoora siapa?" ucap Haechan yang sangat masuk akal. Renjun memetik jarinya setuju.

     "Nanti gue bahas sama Tasya."

***

     Jeno membuka pintu rumahnya lalu langsung nyelonong masuk tanpa permisi sampai membuatnya adiknya yang berada diruang tengah dibuat heran. Lantas Tasya mematikan televisi lalu berjalan cepat menaiki tangga, menyusul Jeno ke kamarnya.

My Maps Heart! || Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang