Prolog

5 0 0
                                    

13 Juni 2013, di Kota Sukabumi, Jawa Barat.

"Ayah, jika nanti Ayah pulang dari perjalanan keliling dunia, Ayah akan melihat Yujin menikah dengan lelaki pilihan Ayah. Janji?"

Seorang gadis bernama Ahn Yujin sedang melepas kepergian sang ayah yang akan perjalanan keliling dunia dengan kapal. Beliau nampaknya berangkat dari Pelabuhan Ratu.

"Iya, Ayah janji. Ayah juga akan membelikan oleh-oleh yang sangat banyak setelah 2 tahun. Ayah tidak akan lama, hanya urusan bisnis," kata ayah Yujin.

Mereka berpelukan sebelum sang ayah berangkat naik kapal. Yujin dan ayahnya tersenyum dan berpandangan lama sekali. Air mata mereka sama-sama menetes.

30 menit kemudian...

Berita di TV:
"Kami melaporkan sebuah kecelakaan kapal yang tenggelam di tengah laut. Kapal ini diketahui tenggelam karena menabrak karang. Salah satu korban diketahui bernama Ahn Yunus, yang langsung tidak sadarkan diri setelah kapal tenggelam. Sekian laporan hari ini. Terima kasih."

"A... Ayah?" Yujin tergugu hebat, matanya berkaca-kaca. Sosok yang amat dicintainya harus tenggelam di laut dalam karena kecelakaan kapal.

Ayah Yujin telah meninggal.

"Tidak! TIDAK! Bangun, Ayah! Banguuun! Ingat, Ayah akan melihat Yujin menikah, kan! Ayah! AYAH! AYAAAH!"

Yujin berteriak-teriak sambil menangis sekeras yang dia bisa. Ditatapnya jasad sang ayah yang telah terbujur kaku dan terbungkus kain kafan setelah diselamatkan dari dalamnya laut.

"Sudah, Yujin... biarkanlah ayahmu beristirahat dengan tenang..." hibur ibu Yujin.

Seluruh keluarga dan sanak saudara Yujin menangis tersedu-sedu. Akan tetapi, Yujinlah yang paling sedih. Wajah ayahnya pucat, terbalut luka, dan bibirnya kering membiru. Yujin tak menyangka bahwa sosok ayahnya yang kuat, tegar, tabah, bersedia melindunginya yang anak semata wayang, kini harus merenggut nyawa di tengah dalamnya laut.

Yujin menjerit.

"WAAA!"

Yujin mengikuti pemakaman sang ayah. Inilah terakhir kalinya, dia melihat tubuh ayahnya yang dia sayangi. Dia terus menangis dari pelabuhan, rumah sakit, hingga kuburan. Yujin menaburkan bunga ke makam ayahnya.

"Oh... Ayah," ratap Yujin di mobil.

"Yujin, Ibu tidak tega melihat kamu seperti ini. Kamu memang harus ditinggal pergi Ayah di usiamu yang masih semuda ini, tapi ketika Ayah meregang nyawa di laut, di situlah ketabahanmu diuji. Walaupun kamu tidak punya saudara kandung, kamu adalah pejuang mandiri di kerasnya dunia," hibur ibu Yujin. "Kamu harus tabah."

Yujin menganggukkan kepala dengan kuat. Tetes demi tetes, air matanya terjun bebas.

Share the Joyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن