bakso, ketoprak, dan sekotak martabak

655 75 10
                                    

Keduanya berjalan beriringan, sesekali suara tawa terdengar dari bibir Gracia saat Shani mengeluarkan lelucon.

"Apaan sih, Shan, garing banget." Gracia memukul lengan Shani.

"Loh bener kan?" Shani membenarkan letak kacamatanya, "wakil presiden Indonesia yang sering streaming video, Muhammad YouTube Kalla."

Tak terasa keduanya sampai di kantin, Shani berinisiatif untuk memesan makanan.

"Mau makan apa, Gre?"

Gracia tampak berfikir, "gue pesen bakso aja deh, Shan, minumnya air mineral aja."

Shani mengangguk, lalu pergi ke gerobak penjual bakso.  Untunglah kantin kampus masih sepi, karena ini hari Jumat, dimana tidak terlalu banyak mahasiswa yang mendapat jadwal kuliah. Tak sampai lima menit, pesanan Gracia telah selesai.

"Nih, Gre, gue mau pesan makan dulu." Shani menyerahkan semangkuk bakso, kemudian pergi lagi.

Lagi, Shani kembali ke meja yang Gracia duduki. Membawa satu piring ketoprak, dan dua botol air mineral.

"Kenapa sih lo selalu beli ketoprak tiap kali kita makan?" Gracia menatap heran.

"Yee, ngga tiap kali juga kali," Shani membuka tutup botol. "Ketoprak itu enak, Gre, lo sekali-kali coba deh. Tapi awas aja kalo ketagihan."

"Padahal banyak makanan yang lebih enak tahu, Shan, tuh misalnya nasi campur punya Bude Sri." Gracia menunjuk ke sudut kantin.

"Kalo makan nasi mending di rumah, masakan mama lebih enak," Shani mulai menyuapkan ketoprak itu kedalam mulutnya.

"Ya itu mah emang ngga ada tandingannya," Gracia menyendok sambal ke dalam baksonya. "Nanti kapan-kapan bawa bekal masakan nyokap lo dong Shan."

Shani mengangkat jempolnya, menyetujui permintaan Gracia. "Lo abis ini ngga ada mata kuliah?"

Gracia menggeleng.

"Yaudah gimana kalo kita pergi ke pameran foto?" Tawar Shani.

"Engga deh, Shan, gue udah ada janji sama orang."

"Sama siapa?" Shani kepo.

"Sama anak futsal kampus kita." Gracia mengambil botol airnya.

"Mau ngapain emang?"

"Wawancara buat brosur kampus kita."

Shani mengangguk.

**

Shani tengah membaca novel di gazebo halaman rumahnya, segelas susu hangat menemani malam harinya.

"Shani," panggil sang ibu.

Shani tak merespon, masih sibuk membaca novel.

"Bujug buset, ini anak tuli kali ya," Ayana menjewer telinga Shani. "Woi itu ada Gracia."

Shani mengaduh, "sakit mama. Lepasin dong, nanti kuping Shani bisa copot."

Ayana malah makin keras menjewer, "makanya kalo di panggil itu nyaut, ini guna kuping, kan, buat denger."

"ihh iya-iya," Shani menutup novelnya, "lepas dong ma, beneran sakit."

Akhirnya Ayana mau melepaskan tangannya, "tuh di depan ada pacar kamu, nungguin kamu dari tadi di ruang tamu."

Shani melongo, "mama ngga salah? Sejak kapan Shani punya pacar?"

"Lah, selama ini mama kira kamu jadian sama Gracia," takjub Ayana. "Ternyata cuma temenan aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang