SAFE HAVEN - 2

1.3K 187 102
                                    

Hujan benar-benar turun begitu Chanyeol sampai di kediaman neneknya. Pemuda yang kini berusia 28 tahun itu meneduhkan sepeda yang tadi ia gunakan sebelum masuk ke dalam rumah. Sang nenek menyambut dengan hidangan makan siang yang telah tersaji di meja.

"Kau bertemu dengan Yifan?" Tanya Nenek Park ketika dilihatnya sang cucu tidak berhenti tersenyum sejak tadi.

Pemuda itu mengangguk. Masakan sang nenek terasa lebih enak siang ini.

"Aku akan menemuinya lagi besok." Kata Chanyeol dengan mulut penuh makanan.

Sang nenek tersenyum dan membuat kedua matanya seperti membentuk garis.

"Yifan pasti sudah bercerita banyak hal padamu. Aku tidak tahu kenapa anak malang itu masih bertahan di sini dan bukannya menyusul orang tuanya ke China."

Chanyeol otomatis mengernyit dan mengulum sumpitnya. Anak malang?

"Yifan belum mengatakan apapun padaku. Apa yang terjadi?"

Nenek Park terlihat ragu-ragu untuk mengatakan keadaan Yifan pada cucunya itu.

"Yifan tidak mengirimkan undangan padamu ke Seoul?"

Dahi Chanyeol semakin berkerut. Undangan?

"Yifan telah menikah beberapa tahun lalu. Kau ingat dengan teman SMP-mu yang pendiam itu? Uh, Joo-hyun?" Nenek Park berusaha mengingat nama istri Yifan.

Chanyeol mengeratkan pegangan pada sumpit di tangannya. Benda itu tiba-tiba terasa licin dan siap terlepas dari tangannya kapan saja. Tapi Chanyeol tidak seharusnya bereaksi seperti ini. Ia telah sadar sejak bertahun-tahun lalu mengenai posisinya di mata Yifan.

"Maksud nenek, dia Bae Joo-hyun?"

Nenek Park mengangguk. Penduduk desa begitu antusias dengan pernikahan yang digelar sederhana itu. Yifan dan Joo-hyun seperti pasangan yang keluar dari negeri dongeng karena paras mereka yang begitu cantik dan serasi. Nenek Park pikir cucunya itu akan pulang untuk menghadiri pernikahan sahabatnya.

"Aku tidak bertemu dengannya di rumah Yifan kemarin." Kata Chanyeol. Rumah yang dikunjunginya tadi tampak sepi dan tidak terurus.

Nenek Park berhenti makan dan ekspresi wajahnya berubah sendu.

"Joo-hyun meninggal bersama calon bayinya ketika usia kandungannya memasuki empat bulan."

Sumpit Chanyeol benar-benar terlepas dari pengangan tangannya kali ini. Nafsu makannya yang semula kembali tiba-tiba hilang seketika. Nenek Park merasa bersalah karena menceritakan hal ini di meja makan.

"Yifan pasti bersedih." Ucap Chanyeol setelah mengatasi rasa terkejutnya.

"Yifan mengurung diri di dalam rumahnya berbulan-bulan sebelum akhirnya penduduk desa berhasil membujuknya keluar. Yifan yang tadi kau lihat telah melewati banyak hal."

Chanyeol sempat merasa naif karena berpikir bahwa tidak banyak yang berubah dari diri Yifan ketika melihatnya tadi.

.

.

.

.

.

Butuh dua mug penuh atau setara dengan setengah botol anggur untuk membuat Chanyeol memejamkan matanya malam itu. Otaknya sibuk mengingat-ingat kenangan masa SMA-terutama bersama Yifan, yang perlahan mulai muncul ke permukaan. Benarkah Yifan sengaja tidak mengundangnya di acara pernikahannya itu? Atau Chanyeol yang melewatkannya begitu saja karena ia benar-benar kehilangan kontak dengan teman-temannya setelah debut dulu.

Pukul 10.00 siang, Chanyeol akhirnya membuka mata. Pemuda itu telah berjanji untuk mengunjungi Yifan lagi hari ini. Tapi setelah mengetahui fakta tentang sahabatnya itu, Chanyeol ragu-ragu bahwa ia akan bisa menatap Yifan dengan cara yang sama.

SAFE HAVENWhere stories live. Discover now